440 - Citta, Buddha dan Sattva Tiada Berbeda
Kita mengulas perihal: “Citta (batin), Buddha dan sattva (makhluk), ketiganya tiada berbeda.” Sesungguhnya kalimat ini diucapkan oleh Sakyamuni Buddha.
Sakyamuni Buddha duduk di bawah Pohon Bodhi, menyaksikan Bintang Timur, setelah Ia Tercerahkan, Ia bangkit dari duduk, kalimat yang pertama diucapkan adalah: “Adbhutam!” artinya adalah: “Sungguh menakjubkan!”, karena semua makhluk setara, Ia mengucapkan kalimat ini, ternyata semua makhluk memiliki Buddhata. Setelah Tercerahkan, Ia memahami bahwa citta, Buddha dan makhluk tiada berbeda, kalimat ini dapat dikatakan merupakan ajaran Tantrayana. Apa yang diajarkan dalam Tantrayana? Anda adalah Buddha, semua makhluk adalah Buddha, secara sederhana, Anda, aku dan dia, semua adalah Buddha, dalam Buddhata semua adalah setara, inilah yang diungkapkan oleh Sang Buddha.
Dahulu, saat saya menuliskan: “Lu Shengyan adalah Buddha”, “Buddha Hidup Liansheng adalah Buddha.”, banyak orang yang mengecam, Anda mengatakan Buddha Hidup, maka banyak orang langsung…. Anda mengatakan Lu Shengyan adalah Buddha, ia adalah Padmaprabhasvara Buddha, maka banyak orang ingin mencela. Anda adalah Amitabha Buddha? Wah! Lebih besar lagi, Raja Para Buddha! Mereka akan mengatakan: “Mana mungkin Lu Shengyan adalah Amitabha Buddha?”, akan dipandang remeh, sesungguhnya apakah Anda benar-benar memahami apa yang diucapkan Sang Buddha: “Citta, Buddha dan sattva, ketiganya tiada berbeda.” Apa salahnya mengatakan diri sendiri adalah Buddha? Seharusnya tidak salah, yang keliru adalah ‘crazy people’, setelah Anda masuk rumah sakit jiwa, Anda mengatakan: “Aku adalah Buddha! Aku adalah Buddha!”, setiap hari melompat-lompat dan mengatakan: “Aku adalah Buddha.”, tentu saja bukan, ia mengatakan dia adalah Clinton, tentu saja bukan. Ia mengatakan: “Aku adalah Chiang Kai-shek.”, tentu saja bukan. Pasien rumah sakit jiwa mengatakan ia adalah Mazu, Tuhan, Yehuwa, Yesus. Itulah orang yang tidak waras, sedangkan Lu Shengyan tidak sakit jiwa, namun dia mengatakan dia adalah Buddha, maka Anda perlu merenungkannya, Sakyamuni Buddha sendiri mengatakan, semua makhluk memiliki Buddhata. Dalam Tantrayana diajarkan, Anda adalah Buddha, aku adalah Buddha, ini membuktikan bahwa citta, Buddha dan sattva tiada berbeda.
Di manakah letak persoalannya? Yaitu Anda masih belum sadar, Anda belum memahami Buddhata, oleh karena itu disebut insan, saat Buddhata Anda telah nampak, tentu saja Anda adalah Buddha, semua makhluk juga adalah Buddha, hanya saja belum tersadarkan, belum Tercerahkan, setelah para makhluk Tercerahkan, maka para makhluk adalah Buddha, sedikit pun tiada berbeda. Oleh karena itu tidaklah salah, bagi orang yang Tercerahkan, dia adalah Buddha, kecuali dia telah masuk rumah sakit jiwa, tentu saja itu hanyalah halusinasi, menghayalkan diri sendiri adalah Buddha, menghayalkan diri sendiri adalah Yesus, menghayalkan dirinya adalah Yehuwa, Tuhan, Macopho dan Lishan Laomu. Itu semua adalah akibat dari halusinasi. Anda tidak berhalusinasi, Buddhata benar-benar nampak, tentu saja Anda adalah Buddha. Buddha hanyalah sebuah sebutan, sesungguhnya Ia adalah Yang Tersadarkan, Yang Tercerahkan, tentu saja disebut Buddha, Anda telah memahami fenomena dan noumena di alam semesta ini dengan jelas, Anda memahami kelahiran dan kematian, memahami tumimbal lahir, memahami hetuphala, memahami Dzogchen, tentu saja Anda adalah Buddha. Anda tidak hanya memahaminya, namun Anda telah mengaplikasikannya, Anda adalah seorang yang Tercerahkan, tentu saja disebut Buddha. Buddha hanyalah sebuah sebutan belaka.
Oleh karena itu sangat sedikit yang memahami ajaran Sang Buddha, meskipun mengatakan diri beragama Buddha, namun dia sendiri tidak memahami apa itu Buddha. Banyak yang mengatakan: “Saya beragama Buddha.”, Apa itu ajaran Buddha? “Agama Buddha adalah berdana.”, apa itu berdana? “Berbuat baik.” Jadi begitukah agama Buddha? Itu sangat jauh dari ajaran Buddha! Apakah ajaran Buddha adalah berdana dan berbuat baik? Bukan! Sang Buddha mengajarkan Anda untuk Mencerahi Kebenaran Semesta. Apa agama Anda? “Agama Buddha.”, apa itu agama Buddha? “Membakar dupa dan memuja.”, mana mungkin membakar dupa dan memuja adalah ajaran Buddha, itu hanyalah ritual lahiriah! Ajaran Buddha yang sebenarnya adalah memahami Kebenaran Sejati Semesta, Paramarthasatya, Tathata. Segala tindakan Anda selaras dengan Tathata, ucapan Anda selaras dengan Tathata, lahiriah Anda selaras dengan Tathata, Tathata di dalam bersinar, inilah yang sesungguhnya. Banyak yang keliru memahami ajaran Buddha, bahkan ada kalanya menyimpang terlampau jauh, selisihnya sangat jauh. Menata rupang Buddha di rumah dan menyatakan diri beragama Buddha. Ajaran Buddha adalah supaya Anda memahami Kebenaran Tertinggi Semesta, inilah ajaran Buddha yang sejati.
Bhavana Tantrayana dapat menuntun pada pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga, dengan kata lain dalam kehidupan saat ini juga dapat mencapai vimukti (pembebasan). Mengapa? Sebab dalam Tantrayana ada pujana yang tak terhingga, namaskara, bersarana, memancarkan sinar Vajracitta diri sendiri, dengan demikian barulah dapat mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga. Bhavana secara umum perlu menempuh tiga mahasamkhyeyakalpa, perlu menempuh waktu yang sangat lama untuk menimbun semua jasa kebajikan, barulah dapat mencapai keberhasilan. Dalam Tantrayana terdapat metode menghasilkan jasa kebajikan tak terhingga, oleh karena itu dapat mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga. Anda baru dapat benar-benar menekuni Tantrayana apabila Anda mempunyai afinitas yang sangat baik, kapasitas yang sangat baik, serta sebab dan kondisi yang sangat baik.
Tentu saja kita tidak boleh mengatakan: “Bernamaskara pada Buddha bukanlah ajaran Buddha.”, itu juga termasuk ajaran Buddha, memang benar, namun hanya merupakan satu bagian saja dari ajaran Buddha, hanya merupakan ritual lahiriah. Kita juga tidak boleh mengatakan: “Berdana dan berbuat baik bukanlah ajaran Buddha.”, berdana dan perbuatan baik juga merupakan ajaran Buddha, namun hanya merupakan salah satu dari metode Buddhisme, merupakan salah satu cara untuk memupuk jasa kebajikan.
Tujuan yang paling utama adalah mengumpulkan jasa kebajikan, memancarkan sinar batin sendiri, dan menyaksikan rigpa ( Kesadaran Terang Intrinsik ).
Om Mani Padme Hum.