442 - Gatha Termasyhur dari Guru Padmasambhava (2)

Kita mengulas gatha Guru Padmasambhava. Kalimat yang pertama adalah “Prajna sebagai ayah.”, dalam kalimat pertama ini telah mengungkapkan Prajna, ini merupakan ucapan teragung, sangat luhur, sangat mendalam dan tak terhingga. 

Dahulu saat saya baru mempelajari Buddhisme, di depan rumah saya ada orang yang bernama Wanjisao (Bahasa Taiwan), sudah pernah saya tulis dalam buku, saat menetap di Hezuo Xincun Taizhong di Taiwan, rumah saya berhadapan dengan rumah Wanjisao. Dia adalah seorang pemuja Avalokitesvara, dia sering berkunjung ke rumah saya. Dia mengatakan: “Saya ajari Buddhadharma!”, saya menjawab: “Baiklah! Anda ajari saya!”, Dia memberitahu: “Sukhavatiloka adalah Amerika!”. Saat itu, mendengarnya, dalam hati saya berpikir: “Mana mungkin!”. Saat itu saya belum pernah ke Amerika, sekarang telah menetap di Amerika selama 15 tahun, saya mengetahui tentu saja Sukhavatiloka bukanlah Amerika.
 
Saya membantahnya: “Wanjisao, di Amerika ada perselisihan, apalagi di Amerika tidak segalanya baik,  di sana juga ada perampokan, ada persoalan ekonomi, ada persoalan masyarakat, bagaimana mungkin Amerika adalah Sukhavatiloka?” Mendengar saya mendebatnya, raut wajahnya terlihat marah, hampir berubah menjadi Vajra Vidyaraja! Dia menyahut: “Meskipun bukan Sukhavatiloka, namun setidaknya dekat dengan arah Barat!”, itulah yang ia katakan, ia bersikeras Amerika adalah Sukhavatiloka, ini karena kurangnya kebijaksanaan.

Ada juga orang yang mengatakan, sesungguhnya pucuk jalinan rambut Shakyamuni Buddha tercipta karena Ia terlalu lama bermeditasi di bawah Pohon Bodhi, sehingga terkena kotoran burung yang hinggap di pohon. Orang itu mengatakan: “Tidak boleh makan unggas!”, “Don’t eat chicken!”, mengapa? “Sebab unggas sangat dekat dengan Shakyamuni Buddha, kenapa demikian? Sebab di atas kepala Sang Buddha terdapat kotoran unggas, oleh karena itu kita tidak boleh makan ayam!”, seorang umat Buddha melontarkan ucapan seperti itu?! Ini merupakan sebuah persoalan, bahkan banyak orang yang akhirnya percaya, tidak boleh begini dan tidak boleh begitu, ini semua merupakan contoh persoalan kurangnya kebijaksanaan.

Ada juga yang mengatakan, “Tidak boleh mendaras Ksitigarbha Sutra.”, mengapa? “Sebab Ksitigarbha Bodhisattva mengurusi alam arwah, saat Anda mendaras Ksitigarbha Sutra, para arwah akan menghampiri, mereka semua akan berkumpul di rumah Anda.” Ini juga persoalan kurangnya kebijaksanaan. Ada juga yang mengatakan, “Tidak boleh menjapa Sukhavativyuha Dharani, sebab Sukhavativyuha Dharani tergolong untuk arwah, para arwah akan berdatangan ke rumah Anda,” Ini juga persoalan kurangnya kebijaksanaan. Oleh karena itu penekunan Buddhisme membutuhkan kebijaksanaan, kita memerlukan keyakinan logika dan keyakinan cerdas, seperti yang dikatakan dalam sutra, yaitu hetuvidya, hetuvidya adalah penalaran. Seperti yang pernah saya katakan, saat kita melihat keberadaan burung air, maka kita dapat mengetahui di depan sana ada air, sebab burung air menetap di tepi air. Saat kita melihat ada asap di gunung, maka kita mengetahui di sana ada manusia yang membuat api, ini adalah hetuvidya, ini adalah penalaran. Sutra Buddha sangat mengutamakan hetuvidya, yaitu penalaran.

Selain itu, ada lagi, yaitu aptagama, apa itu aptagama? Karena merupakan sabda dari Shakyamuni Buddha dan tercatat dalam sutra Buddha, maka kita meyakininya, inilah aptagama. Dalam sutra Buddha juga sangat banyak hal yang melampaui sains,  namun umat Buddha meyakininya, mengapa meyakininya? Sebab disabdakan oleh Shakyamuni Buddha, oleh karena itulah kita meyakininya. Ajaran tersebut merupakan sabda Suciwan, oleh karena itu kita meyakininya, ini adalah rasionalitas dan kecerdasan. Apabila setelah tangan ini menjamah kepala seseorang, dan kankernya sirna, apakah Anda percaya? Jika yang mengatakannya adalah Suciwan, maka kita meyakininya, ini merupakan persoalan kebijaksanaan. Karena daya bhavana seseorang telah mencukupi, maka kita meyakininya, ini adalah aptagama, sebab Anda meyakini dia adalah seorang Suciwan yang tidak akan berdusta.

Sesuai dengan tingkatan keyakinan kita, ada sebuah pengukuran, kita meyakini sesuatu menurut aptagama dan hetuvidya, oleh karena itu kita mengutamakan raisonalitas dan kecerdasan. Kita harus mempunyai kebijaksanaan, harus memiliki pengetahuan, kemudian menggunakannya untuk meyakini sesuatu, inilah Prajna. Dalam penekunan Buddhisme, kita perlu memerhatikan tinggi dan rendahnya pengetahuan dan kebijaksanaan, saat hendak melakukan sesuatu, Anda harus mempertimbangkannya menggunakan rasio, kemudian Anda harus mengukurnya, gunakan logika, aptagama dan hetuvidya, dari sinilah Anda dapat memperoleh Prajna Anuttara.
 
Oleh karena itulah Sang Buddha menggunakan Tridrstinamittamudra (Tiga Karakteristik Umum) untuk membabarkan Kebenaran Semesta, terdapat Tridrstinamittamudra untuk membuktikan apakah sesuatu tergolong ajaran Buddha atau bukan. Segala yang berkondisi tidaklah kekal, segala sesuatu adalah tanpa inti dan Nirvana adalah kedamaian sempurna, inilah kebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha, Anda membuktikannya dengan menggunakkan Tridrstinamittamudra, maka Anda akan mengetahuinya. Oleh karena itu, Anda perlu menggunakkan kebijaksanaan untuk memahami segala fenomena dan noumena alam semesta ini. Secara mendasar ini telah diungkapkan dalam ucapan Guru Padmasambhava: “Prajna sebagai ayah.”. Shakyamuni Buddha mengulas trisahasramahasahasralokadhatu (tiga ribu maha ribu sistem dunia), ini merupakan ajaran Prajna Anuttara, kitab agama manakah yang memuat trisahasramahasahasralokadhatu dan Navapatra Sutra? Navapatra Sutra mengulas tata surya, siapakah yang mengulas mengenai tata surya dan sembilan planet? Ini semua ada dalam sutra yang dibabarkan oleh Shakyamuni Buddha, ini merupakan perwujudan dari Kebijaksanaan Tertinggi.

Oleh karena itulah dalam bhavana, kita perlu memerhatikan, gunakan Prajna untuk menghancurkan segala pandangan salah.

Om Mani Padme Hum.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。