455 - Pencerahan dan Senioritas
Kita mengulas Pencerahan dan senioritas. Pencerahan adalah saat bhavana Anda telah mencapai puncaknya, Pencerahan berarti Anda telah sepenuhnya memahami, Mencerahi Batin dan Menyaksikan Buddhata, mengatasi samsara, Mencerahi Tathata semesta, inilah yang disebut Pencerahan.
Kita mengulas senioritas, artinya adalah Pencerahan tidak memandang siapa yang senior dan siapa yang junior, sekali pun Anda memiliki pengalaman yang lama dalam berbhavana, namun belum tentu Anda Tercerahkan. Ada dua orang yang paling dekat dengan Shakyamuni Buddha, kita tahu bahwa Arya Ananda paling dekat dengan Sang Buddha, Beliau adalah pelayan Sang Buddha, tentu saja setiap hari bersama dengan Shakyamuni Buddha, Beliau telah melayani Shakyamuni Buddha selama 21 tahun lamanya. Namun semasa hidup Shakyamuni Buddha, Arya Ananda belum Tercerahkan. Baru setelah Sang Buddha Parinirvana, Beliau segera tekun dalam bhavana, hingga akhirnya Beliau Tercerahkan. Oleh karena itu bhavana sukar dipastikan, bukan terletak pada panjang dan pendeknya waktu.
Selain itu, sebelum Arya Ananda, ada seseorang yang telah melayani Shakyamuni Buddha, seharusnya waktu dia lebih panjang daripada Arya Ananda, dia telah melayani Shakyamuni Buddha selama 24 tahun, dia adalah Devadatta, apakah Devadatta Tercerahkan? Tidak, tidak hanya belum, setelah dia meninggalkan Shakyamuni Buddha, dia membentuk kelompok bhiksu yang lain, dia membuat batasan dengan Sang Buddha, dia ingin mempunyai miliknya sendiri. Renungkanlah, Devadatta yang telah 24 tahun bersama Shakyamuni Buddha, belum mencapai Pencerahan seumur hidupnya. Arya Ananda yang telah menyertai Sang Buddha selama 21 tahun, baru mencapai Pencerahan setelah Sang Buddha Parinirvana. Waktu kebersamaan mereka sangat panjang, namun kita bisa mengamati dari waktu Sariputra, Mahakasyapa, Sivali dan Mahamaudgalyayana dalam mengikuti Sang Buddha, ada yang panjang dan ada yang pendek, namun Pencerahan mereka juga tidak berdasarkan panjang dan pendeknya waktu tersebut. Mengapa bisa demikian, ini sukar dijelaskan, kita ambil sebuah contoh dari kisah transmisi patra, seperti Patriark ke-5 sekte Dhyana, mentransmisikan jubah silsilah kepada Patriark ke-6 Huineng, bukan ditransmisikan kepada siswa yang sudah sangat lama, sesungguhnya Patriark ke-6 Huineng hanya sebentar saja bersama dengan Patriark ke-5 Hongren, namun pemahaman-Nya lebih baik dan lebih cepat daripada yang lainnya.
Demikian pula dengan Sthavira Huiguo dalam Tantrayana, Beliau mentransmisikan jubah kepada Kobo Daishi, ini juga sangat istimewa, sebab Sthavira Huiguo mempunyai banyak siswa yang telah mengikutinya selama bertahun-tahun lamanya, namun Beliau justru mentransmisikannya kepada siswa yang baru saja datang, sehingga juga timbul polemik dalam hal transmisi jubah ini.
Selain itu, Bhiksu Dhyana Yongming, beliau mempunyai ribuan anggota Sangha, Bhiksu Dhyana Yongming dari Vihara Jingci di Hangzhou, setiap hari membabarkan Dharma Pencerahan kepada ribuan anggota Sangha, saat beliau hendak Parinirvana, beliau malah mentransmisikan jubah kepada seseorang yang baru saja menerima upasampada. Saat hendak Parinirvana, beliau telah menuliskan surat wasiat: “Pada siapakah jubah ini saya transmisikan? Besok ada orang yang datang untuk upasampada, jubah ini ditransmisikan kepadanya.” Ribuan bhiksu, tiada satu pun yang memperoleh jubah silsilah darinya, beliau justru mentransmisikannya kepada seseorang yang hendak menerima upasampada di keesokan harinya, bagaimana menurut Anda? Bukankah ribuan bhiksu yang telah lama mengikutinya akan muntah darah? Semua yang telah mengikuti demikian lama, malah tidak ada yang memperolehnya, malah ditransmisikan kepada seseorang yang akan menerima upasampada di keesokan hari setelah beliau Parinirvana, orang itu adalah Xu Zhixin, sepertinya dia adalah seorang hakim kabupaten, demikianlah kisah transmisi jubah silsilah dari Bhiksu Dhyana Yongming.
Oleh karena itu, menurut saya, ini adalah persoalan bhajana (kapasitas). Tentu saja, dalam sejarah juga ada tercatat jubah silsilah ditransmisikan kepada siswa yang telah lama mengikutinya, apabila siswa yang telah lama mengikutinya itu benar-benar Tercerahkan, maka ia akan mentransmisikannya kepadanya, namun ada juga yang berbeda, ini semua perlu mengamati bhajana. Bhavana tergantung pada bhajana, tepatnya adalah tergantung diri sendiri, apakah diri sendiri telah berhasil, apakah Anda pantas atau tidak. Pencerahan sudah pasti bukan karena berapa lama Anda telah menekuni bhavana, bukan demikian. Melainkan, sepenuhnya tergantung pada kapasitas Anda dalam menginsafinya, seperti meminum air, hanya diri sendiri yang akan mengetahui suhu air tersebut, Anda harus memahami diri sendiri, sampai manakah tingkatan Anda, seharusnya Anda memahami diri sendiri. Yang paling memahami diri adalah diri sendiri. Apakah Anda benar-benar Tercerahkan? Apakah diri Anda memperoleh sesuatu, atau tiada yang diperoleh? Apakah mengejar sesuatu, atau tiada yang dikejar? Berapa banyak yang Anda pahami? Seharusnya diri sendiri mengetahuinya. Berhasil atau tidak, Tercerahkan atau tidak, semua tergantung pada pribadi masing-masing. Oleh karena itu dalam Buddhadharma dikatakan, Pencerahan tergantung pada diri sendiri.
Om Mani Padme Hum.