457 - Sepenuh Hati (1)

Hari ini kita mengulas perihal sepenuh hati. Dahulu saya pernah mempelajari Alkitab, memahami perjalanan hidup Yesus Kristus dalam mengabarkan injil. Dia juga membabarkan ajaran-Nya sendiri, serta membimbing murid-murid-Nya.

Ada satu hal yang membuat saya salut, yaitu saat Yesus Kristus disalibkan, Dia sama sekali tidak mengeluh. Dia berdoa kepada Allah, Dia mengatakan, Bapa di surga, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Apabila Anda membaca ayat ini dalam Alkitab, Anda juga akan merasa sangat tersentuh.

Meskipun kita menekuni Buddhadharma, metode bhavana kita berbeda dengan Agama Kristen, namun sesungguhnya, Yesus tidak membenci para insan, justru mendoakan supaya mereka diampuni, menurut-Nya para insan tidak menyadari apa yang telah mereka perbuat.

Pengampunan-Nya memiliki kesamaan dengan maitrikaruna Buddha dan Bodhisattva. Adakalanya Anda sanggup memaafkan seseorang, karena saat itu Anda memiliki kedudukan tinggi, memiliki kekuasaan, sandang, pangan dan papan terpenuhi, namun itu suatu hal yang wajar.

Bagaimana jika Anda dipaku di atas kayu salib? Tidak mudah untuk disalibkan, jika tidak percaya Anda boleh mencobanya, tentu saja saya bukan menganjurkan kalian untuk menirunya, Anda cukup membayangkan saja. Saat Anda tidak hati-hati melukai diri sendiri, rasanya sangat sakit. Sedangkan ini, menggunakan paku, dipaku di atas kayu salib, di paku di tangan dan kaki hingga berdarah. Dipaku di sana, supaya terus merasakan sakit, supaya darah terus mengucur hingga kering.

Pada umumnya dalam kondisi demikian, manusia pasti menyumpahi langit dan bumi, merasa benci terhadap sesama, marah terhadap orang-orang yang melukainya. Apabila saat itu masih mempunyai maitrikaruna, masih mengampuni para insan, berarti sungguh luar biasa, patut diteladani.

Perjalanan Yesus, sejak Dia muncul, terus hingga dipaku di atas salib, Dia selalu sepenuh hati, sepenuh hati mengajar, tidak pernah berubah. Hingga Dia dipaku di atas kayu salib, tetap tidak berubah, tekad-Nya untuk menuntun para insan tidak pernah berubah.

Kita juga harus sepenuh hati menekuni Buddhadharma. Jangan berubah, mungkin Anda merasa menyesal, untuk apa berusaha menuntun para insan, lihatlah, sekarang malah menderita, mati dipaku di atas kayu salib, saat itu tidak seharusnya menyesal.
 
Penyesalan sukar dihindari bagi orang yang tidak sanggup sepenuh hati teguh hingga akhir,  sedangkan Yesus Kristus, Dia teguh hingga akhir.

Apakah Yesus Kristus menerima hujatan? Dia sepenuh hati teguh membabarkan ajaran-Nya, maka Dia dihujat. Dahulu saya sangat tekun mempelajari Alkitab, saat Dia baru saja tampil untuk membabarkan ajaran, ada orang yang memaki-Nya: “Putra Allah bagaimana? Kamu ini putra seorang tukang kayu!”

Yesus orang Nazaret, saat Dia di Nazaret, Dia bersama Yusuf sang ayah, ayah-Nya adalah tukang kayu, mungkin tukang ‘furniture’. Yesus juga ikut menjadi tukang kayu, orang-orang menertawakan-Nya: “Dia adalah anak tukang kayu! Bukan putra Allah!” Tapi Dia tetap sepenuh hati, masih berupaya.
 
Hujatan yang kedua, tertulis di dalam Alkitab, suatu ketika ada orang yang ingin mengikuti-Nya, Yesus mengatakan: “Sekarang juga ikuti Aku.”, seperti misalnya saat ini kita mengatakan: “Sekarang juga Anda menerima upasampada, ikuti saya.”

Orang itu menjawab-Nya: “Saya ingin ikut, tapi orangtua saya belum dikuburkan, saya ingin pulang dulu untuk menguburkan mereka, baru saya akan mengikuti Anda.” Yesus mengatakan: “Orang hidup mengurusi urusan orang hidup; Orang mati, mengurusi urusan orang mati.”, Yesus mengatakan: “Orang hidup ikuti Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Setelah Dia mengucapkannya, banyak orang memaki Yesus, dan mulai menghujat-Nya. Bagaimana memakinya? “Orang itu tidak punya perasaan, tidak berbakti, jangan ikut dengan-Nya!”, orang mengatai-Nya tidak berbakti. Seharusnya mengatakan, “Kembalilah dahulu, urusi pemakaman orangtuamu, lakukanlah bakti, kemudian baru kemari ikuti Aku.”, dalam Alkitab, Yesus justru mengatakan: “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Oleh karena itulah Dia menerima banyak hujatan. Sebenarnya Dia meminta supaya orang itu sepenuh hati, tidak perlu lagi merisaukan urusan lain, biarlah urusan lain ditangani oleh yang lainnya.

Seperti kita yang menjalani pravraj (kebhiksuan), sebentar-sebentar putranya menikah, sebentar-sebentar putrinya menikah, dia mengatakan, “Saya ingin pergi untuk menghadiri resepsi!”. Tak berapa lama, bingung dengan urusan kerabat, kemudian mengurusi urusan tetangganya. Anda belum sepenuh hati melayani Buddha Bodhisattva, belum sepenuh hati menekuni jalan Kebodhisattvaan atau Kebuddhaan. Oleh karena itu, meskipun lahiriah Anda telah menjadi bhiksu bhiksuni, tapi tubuh Anda masih terus disibukkan oleh urusan duniawi.

Bukan berarti saya meminta kalian untuk tidak mengerjakan urusan vihara, ini masih perlu dikerjakan, ini juga merupakan bagian pelatihan diri. Yang saya maksud tadi adalah urusan duniawi seperti sibuk mengeruk harta, atau bertikai demi popularitas, jangan melakukan hal-hal tersebut, sepenuh hati sangat penting.

Om Mani Padme Hum.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。