461 - Memahami Sutra (1)
Hari ini kita mengulas pemahaman dari mempelajari sutra.
Kita mengetahui bahwa sutra, vinaya dan sastra memuat Buddhadharma Tripitaka 12 bagian yang dibabarkan oleh Shakyamuni Buddha selama 49 tahun.
Secara garis besar, Buddhadharma tersebut mengupas sifat batin dan Dharmata, sepenuhnya menuangkan asas Dharma dalam bentuk tulisan. Saat membabarkan ajaran, Beliau sering membahas tokoh saat itu. Dharma adalah Buddhadharma. Metafora adalah persamaan atau perbandingan. Ada tokoh, Dharma dan metafora. Hampir dalam setiap sutra terdapat tokoh, Buddhadharma dan metafora.
Hari ini akan memberitahu Anda perihal metafora, ini sangat penting, inilah yang saya pahami dari mempelajari sutra.
Ada yang datang dan bertanya kepada Mahaguru, di dalam Samantamukhavarga Avalokitesvara Bodhisattva dikatakan, di saat ada orang hendak menebas Anda dengan golok, maka golok tersebut akan patah berkeping-keping. Juga dikatakan bahwa api tidak akan membakar Anda, sekalipun Anda masuk air juga tidak akan tenggelam. Ada yang memperlihatkan sutra tersebut kepada saya: “Mahaguru, bagaimana menjelaskan ini semua?”, setelah melafal Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya, maka golok yang digunakan untuk menebas Anda akan patah berkeping-keping, coba Anda praktikkan! Anda lafalkan “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, kemudian saya coba menebas Anda dengan pisau dapur.
Api tidak akan membakar Anda? Baiklah! Kita melakukan api homa, saat apinya menyala, Anda lafalkan “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya.”, coba Anda masukkan kepala ke dalam kobaran api tersebut, apakah apinya bisa membakar Anda? Tetap akan membakar Anda, wajah Anda akan menjadi Mahasattva Berwajah Hangus, wajah Anda akan hitam.
Adakalanya tidak boleh hanya dibaca belaka, itu adalah metafora. Dalam pembabaran Dharma Sang Buddha ada tokoh, Dharma dan metafora, metafora ini sangat penting.
Bagaimana saya harus menjelaskannya? Adakalanya menanyai Anda: “Bagaimana penjelasan Anda?”, mendadak semua bengong. Wah! Celaka! Tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Golok patah berkeping-keping, padahal golok itu bukan terbuat dari tutup botol Coca-cola yang bisa bengkok. Saat tutup botol Coca-cola terkena benda keras dia bisa bengkok. Oleh karena itu kalimat sutra tersebut mengandung makna yang sangat mendalam, kita tidak bisa membacanya begitu saja, dan menjelaskannya secara harfiah, tidak bisa demikian.
Yang dimaksud dengan api adalah api nafsu keinginan. Anda melafal “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, berarti sedang mengingatkan diri sendiri untuk memurnikan diri, bagaikan Avalokitesvara Bodhisattva sendiri. Saat itu api nafsu keinginan akan padam dengan sendirinya, api nafsu keinginan tidak akan membakar Anda. Api hasrat tidak akan membakar Anda, demikianlah penjelasannya.
Dengan tekun melafalkan “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, maka batin dan karakter Anda akan semakin meneladani Avalokitesvara Bodhisattva, dengan demikian api nafsu keinginan dunia tidak akan membakar Anda.
Selain itu, kita tahu bahwa saat Anda serakah akan uang dan gemar berjudi. Kita juga sering mengatakan bahwa nafsu keinginan bagaikan samudra. Begitu Anda serakah akan perjudian, Anda akan tenggelam oleh samudra nafsu keinginan, selamanya tidak dapat terbebas, tidak sanggup mengatasi kecanduan judi. Sekarang Anda melafal “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, air tidak akan menenggelamkan Anda. Dengan kata lain, apabila Anda melafal “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, saat batin Anda meningkat menyamai batin Avalokitesvara Bodhisattva, maka samudra perjudian tidak akan menenggelamkan Anda, Anda dapat meloloskan diri, demikianlah menjelaskannya.
Apabila Anda memahami makna dalam sutra Buddha, maka Anda dapat menjelaskannya, dapat menembusinya. Bila tidak, maka di saat orang melakukan api homa, Anda mengatakan “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, masukkan kepala ke dalam api, tidak akan terbakar, akhirnya justru menjadi Mahasattva Berwajah Hangus, mana mungkin tidak terbakar, kebanyakan orang hanya membaca sutra secara harfiah.
“Golok patah berkeping-keping” apa artinya? Ini artinya saat orang datang membawa emas dan meminta Anda untuk “Ouxi” (Bahasa Taiwan), meminta Anda untuk melakukan korupsi, mereka ingin memancing keserakahan Anda. Namun Anda tidak tergoda dan menolaknya. Dengan demikian, semua hal yang mencelakakan telah dipatahkan, inilah “Golok patah berkeping-keping.”, apabila Anda tidak serakah, maka golok tersebut tidak akan mencelakai Anda. Demikianlah makna yang terkandung di dalamnya, ada sangat banyak makna yang terkandung, mempelajari sutra tidak bisa hanya secara harfiah.
Setelah saya menjelaskan seperti ini, siswa itu akan mengatakan : “Oh! Akhirnya saya paham, saya tidak akan bertindak bodoh!”
Banyak orang yang melafal “Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya”, melafal dan melafal, kemudian terjun ke dalam danau, sebab merasa air tidak akan menenggelamkannya. Tidak boleh! Tidak boleh hanya secara harfiah, itu adalah metafora, dalam pembabaran Dharma Sang Buddha ada tokoh, Dharma dan metafora.
Oleh karena itu, dalam mempelajari sutra harus memiliki pemahaman benar. Sepenuhnya adalah demi meningkatkan batin dan pemahaman Anda akan Dharmata, inilah tujuan dari Shakyamuni Buddha, Beliau memang menggunakan metafora. Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran diibaratkan sebagai enam perampok. Menaati sila diibaratkan dengan mendirikan tembok kota. Setelah semua ditutup, bukankah enam perampok tidak akan bisa masuk?
Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.