463 - Raja dan Dharmaraja (1)
Hari ini kita mengulas raja dan Dharmaraja.
Sebabnya adalah karena saat Tibet dipimpin oleh Raja Trisong Detsen, Beliau mengundang Guru Padmasambhava untuk membabarkan Tantrayana di Tibet.
Raja Trisong Detsen harus bertemu dengan Guru Padmasambhava, namun ada sebuah persoalan, Raja Trisong Detsen adalah raja manusia, sedangkan Guru Padmasambhava adalah Dharmaraja, saat keduanya berjumpa, siapakah yang harus menghaturkan namaskara, demikianlah timbul sebuah persoalan, mereka berdua berjumpa di tepi Sungai Yarlung Tsangpo.
Di jaman dahulu, apabila Anda adalah seorang raja, maka rakyat harus bersembah sujud kepada raja. Namun Guru Padmasambhava berbeda, Beliau adalah emanasi Shakyamuni Buddha, Amitabha Buddha dan Avalokitesvara Bodhisattva. Guru Padmasambhava mengamati Raja Tibet tersebut, ternyata Beliau adalah emanasi Manjusri Bodhisattva, oleh karena itu sekarang, Buddha Bodhisattva berhadapan dengan Bodhisattva, siapakah yang harus bersembah puja, ini adalah sebuah persoalan. Keduanya saling memandang, entah siapa yang harus bersembah puja.
Bagi kita rakyat jelata, beliau adalah raja Tibet, siapapun yang berjumpa dengan kaisar atau raja, harus berlutut dan bersembah sujud, namun Guru Padmasambhava tidak melakukannya, sehingga keduanya berdiri terpaku di sana. Di tengah hembusan angin, mereka berdua berdiri saling menatap tajam.
Akhirnya Raja Tibet beranjali kepada Guru Padmasambhava, dalam Agama Buddha menundukkan kepala merupakan penghormatan. Guru Padmasambhava juga beranjali kepada Raja Trisong Detsen, kemudian membungkukkan badan, tubuh-Nya mengeluarkan bola api yang melesat membakar ujung jubah Raja Tibet.
Demikianlah yang dituturkan dalam biografi Guru Padmasambhava, sesungguhnya Guru Padmasambhava tidak perlu membalas penghormatan Raja Tibet, cukup menerima anjali dan penghormatan Sang Raja, tidak perlu membalas. Sebab, begitu membalas penghormatan, berarti menyamaratakan antara Shakyamuni Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva, Amitabha Buddha dengan Manjusri Bodhisattva, oleh karena itulah ujung jubah raja terbakar, ini menandakan kesetaraan.
Strata dalam etiket sangat sukar untuk ditentukan dengan jelas. Yang terutama bagi kita saat ini bukanlah persoalan tersebut, kita lebih menekankan pada raja manusia dan Dharmaraja. Raja manusia di dunia saha adalah raja sebuah negeri, memiliki banyak daerah kekuasaan, mempunyai rakyat, mempunyai banyak pejabat sipil dan militer. Sangatlah sukar untuk memimpin sebuah bangsa dan negara, inilah raja manusia.
Namun dibandingkan dengan Dharmaraja, Dharmaraja sendiri memiliki siswa, Dharmaraja memperoleh Dharma, Ia tidak memiliki teritori, sebab teritori-Nya tanpa batas, tidak hanya seluruh dunia saha, bahkan seluruh semesta. Dharmaraja juga tidak perlu sibuk seperti itu, Beliau memiliki tubuh yang lebih alamiah. Yang diperoleh oleh raja adalah bersifat terbatas. Yang diperoleh oleh Dharmaraja bersifat tidak terbatas.
Sesungguhnya saat kita membaca biografi Guru Padmasambhava akan mengetahui bahwa Beliau sendiri juga adalah raja, Beliau adalah putra mahkota sebuah negeri. Hanya saja, Beliau tidak ingin menjadi raja manusia, setelah Beliau meninggalkan semua, akhirnya menjadi Dharmaraja. Raja berjumpa dengan raja, siapakah yang lebih mulia, dalam pandangan umat awam, lebih baik menjadi seorang raja atau kaisar. Namun dalam pandangan saya, menjadi Dharmaraja lebih baik.
Dahulu juga ada seorang Dharmaraja berjumpa dengan raja, raja itu mengatakan: “Siapa Anda?”, Dharmaraja itu mengatakan: “Saya juga adalah raja.”. Raja itu mengatakan: “Anda tidak seperti raja! Sebab di samping saya ada banyak pejabat, Anda hanya seorang diri, raja apakah Anda?”. Beliau menjawab: “Bumi sebagai ranjang, langit sebagai kanopi, angin sepoi sebagai kipas, air hujan adalah air mandi.”, turun hujan berarti mandi, orang Asia Tenggara sangat suka mandi, mereka mengatakan menyiram tubuh adalah mandi.
Beliau juga mengatakan, “Memeluk bintang-bintang.”, Beliau memeluk semua bintang di langit. “Tiga kondisi abhaya.” Apa maksudnya? Lahir tak gentar, mati tak gentar, bardo tak gentar. Raja apakah Beliau? Raja Yogi Tidur Nyenyak. Seorang Raja yang tidur dengan sangat nyenyak, yang telah beryukta dengan semesta.
Setelah raja itu mendengar penuturan Dharmaraja, ternyata ada raja yang demikian, selama ini dia tidak mengetahuinya. Dia disebut sebagai Raja Yogi Tidur Nyenyak, Dharmaraja yang demikian sungguh luar biasa. Anda harus ingat gatha ini, “Bumi sebagai ranjang, langit sebagai kanopi, angin sepoi sebagai kipas, air hujan adalah air mandi, memeluk bintang, tiga kondisi abhaya.” Siapakah Anda? Raja Yogi Tidur Nyenyak.
Kelak Acarya Lianning dapat mengatakan kepada orang: “Saya adalah raja.”, Raja apakah Anda? Raja Yogi Tidur Nyenyak.
Om Mani Padme Hum.