466- Mahamayajala (2)
Kita kembali mengulas Mahamayajala.
Membahas perihal Guru Padmasambhava membunuh putra dan istri mara, ada yang bertanya: “Apakah tidak ada karmavipaka? Mana boleh sembarangan seperti itu?”
Coba Anda renungkan, tentu saja perbuatan membunuh ada sebab dan akibatnya. Meskipun Guru Padmasambhava memiliki abhijna yang sangat besar, namun mengapa Dia membunuh putra dan istri mara? Meskipun tujuannya untuk menyelamatkan rakyat, namun di manakah hukum karma pembunuhan yang telah Dia lakukan? Ini menjadi sebuah persoalan.
Beliau telah membunuh dua orang, namun dalam pengamatan Prajnacaksu (Mata Kebijaksanaan Luhur), Beliau sedang menyelamatkan rakyat. Dalam hetu-pratyaya (sebab dan kondisi), tujuan utamanya adalah kebajikan. Seperti kisah (kehidupan lampau) Shakyamuni Buddha yang membunuh seorang perampok, demi menyelamatkan 500 saudagar, dasarnya adalah Bodhicitta. Sebab, apabila tidak menyelamatkan 500 saudagar tersebut, maka 500 saudagar tersebut akan terbunuh oleh perampok. Demi menolong 500 saudagar, maka Beliau membunuh satu perampok itu, dengan demikian telah menanamkan karma pembunuhan, ini tetap merupakan karma pembunuhan, tentu saja tetap ada karmaphala.
Dalam Tantrayana, Vajrayana memiliki sebuah metode yang disebut Samkranti atau Sadhana Rahasia Memindahkan Kesadaran. Kita pernah membahas seorang Guru Sesepuh Tantrayana yang berbhavana di atas gunung, pada jaman dahulu kebersihannya masih kurang baik. Saat bermeditasi, ada beberapa kutu yang melompat ke depan, Beliau menangkap seekor dan membunuhnya. Dengan demikian Guru Sesepuh juga telah membunuh, sebab kutu juga bernyawa. Namun Guru Sesepun menggunakan abhijna metode Samkranti, memindahkan kesadaran kutu tersebut ke alam yang lebih tinggi.
Demikian pula dengan Guru Padmasambhava, saat Dia membunuh putra dan istri mara, Dia mengerahkan metode Samkranti yang sangat rahasia, dalam sekejap memindahkan kesadaran putra dan istri mara ke Istana Vajra di Surga Akanistha, ini adalah tingkatan yang sangat tinggi. Oleh karena itu tindakan tersebut adalah penyeberangan arwah, memindahkan kesadaran insan tersebut ke Surga Akanistha, kemampuan semacam ini sungguh luar biasa, dan tidak mudah, ini disebut sebagai metode rahasia Samkranti. Orang yang memahami Samkranti dan telah melebur dalam rahasia metode tersebut, disebut sebagai Mahabrahmadharmaraja.
Oleh karena itu, meskipun secara lahiriah nampak membunuh, namun Guru Padmasambhava melakukan beberapa hal, yang pertama adalah niat baik. Yang kedua adalah maitrikaruna, Dia bermaitrikaruna terhadap putra dan istri mara, supaya mereka tidak melakukan karma pembunuhan, maka Dia memindahkan kesadaran mereka ke Surga Akanistha, sebuah tingkatan yang tinggi, ini adalah penyeberangan arwah.
Guru Padmasambhava tidak hanya bermaitrikaruna terhadap putra dan istri mara, namun juga kepada seluruh rakyat. Dengan demikian karmaphala apakah yang ada? Dalam kesadaran yang paling mendalam, itu justru merupakan kusalakarma (karma baik), membunuh malah menjadi kusalakarma, di sinilah letak keistimewaan Tantrayana.
Guru Padmasambhava menggunakan metode abhicaruka untuk membunuh, kemudian menggunakan Samkranti untuk menyeberangkan arwahnya. Guru Padmasambhava memiliki tingkat spiritual berbeda dengan awam, tingkat spiritual dalam Tantrayana memang berbeda. Demikian pula dengan perbedaan pandangan Tantrayana terhadap vegetarian dan non-vegetarian.
Pada umumnya, para bhiksu dan bhiksuni Sutrayana, atau siswa yang menerima Bodhisattvasila harus vegetarian, sebab mereka takut melanggar sila pembunuhan dalam Pancasila. Guru Padmasambhava sungguh luar biasa, perbuatan-Nya nampak lebih berat, namun karena Dia adalah Vajrayana, maka Dia memahami hetupratyaya dari Mahamayajala, mampu menggunakan Samkranti untuk memindahkan kesadaran ke alam yang lebih tinggi, ini merupakan penyeberangan arwah.
Dalam Tantrayana, walau tidak vegetarian, namun mereka menggunakan penyeberangan arwah yang berlandaskan maitrikaruna, menggunakan metode kebajikan pemindahan kesadaran, menggunakan daya visualisasi, daya mantra dan daya pemindahan kesadaran, memindahkan kesadaran ke alam yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, dalam Tantrayana, selain menerima nutrisi dari makhluk hidup lain, Anda juga langsung meningkatkan alam kesadarannya, kelak dia tidak perlu terlahir kembali di alam binatang.
Sedangkan dalam Sutrayana, saya tidak membunuh, kelak setelah binatang itu mati, dia masih tetap terlahir kembali ke alam binatang, atau alam neraka, alam preta, maupun salah satu dari sadgati.
Dalam Tantrayana, setelah sadhaka menerima nutrisinya, dia menggunakan daya mantra untuk mengadhistananya, menggunakan prana, menggunakan daya Tantra, memindahkan kesadarannya ke alam bahagia. Mengubah petaka menjadi berkah, secara lahiriah nampak seperti petaka, namun sesungguhnya memperoleh berkah alam bahagia, di sinilah letak perbedaannya.
Vajrayana mengandung makna yang sangat mendalam, dalam Vajrayana ada Samkranti, secara lahiriah seperti membunuh, namun dalam abhijna Mahamayajala, merupakan pemindahan kesadaran yang sangat mendalam. Sesungguhnya merupakan kebajikan, maitrikaruna dan penyeberangan arwah. Ini telah menjelaskan kesadaran paling rahasia dalam Vajrayana, misteri daya yang paling mendalam, merupakan sudut pandang yang berbeda.
Om Mani Padme Hum