469 - Syarat Mencapai Kebuddhaan (3)
Kita lanjutkan pengulasan syarat mencapai Kebuddhaan.
Syarat mencapai Kebuddhaan ini dibabarkan oleh Guru Padmasambhava. Kita membahas instruksi Guru Padmasambhava kepada kita untuk memahami: Kelahiran dan kematian adalah persoalan besar, anitya sangat cepat.
Mengenai kelahiran dan kematian adalah persoalan besar, Mahaguru Lianchi, seorang bhiksu terkemuka di zaman dahulu, beliau menggantung tulisan mengenai kelahiran dan kematian adalah persoalan besar di atas tembok. Kelahiran dan kematian adalah persoalan besar, artinya selain kelahiran dan kematian, persoalan lain bukanlah persoalan besar, persoalan terbesar hanyalah kelahiran dan kematian, oleh karena itu dikatakan kelahiran dan kematian adalah persoalan besar.
Kita juga telah banyak membahas anitya, anitya sangat cepat, dalam hidup ini, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa muda, masa dewasa, masa tua, kemudian adalah “Dingding”, apa itu “Dingding”? Mati.
Hari ini saya hendak mengulas, mengapa setiap insan melalui proses yang sama, bukankah ini merupakan kesia-siaan? Semua sama, tentu saja ada pengecualian, pengecualiannya adalah anitya datang lebih cepat.
Masa kehidupan manusia sangat pendek, sudah saya katakan, dalam sekejap mata, masa kanak-kanak menjadi masa remaja. Dalam sekejap, masa remaja menjadi masa dewasa. Dalam sekejap, masa dewasa menjadi masa tua. Berikutnya tak berani membayangkan, manusia memiliki rasa takut, begitu menginjak masa tua, akan timbul semacam rasa takut dalam diri manusia. Kita sadhaka, tentu saja tak gentar, namun tetap harus menyadari cepatnya anitya, supaya Anda meneguhkan niat untuk berbhavana. Tanpa memahami cepatnya anitya, Anda tidak akan menekuni bhavana.
Saya sering merenungkan, bagi kita manusia, cepatnya anitya terasa sangat menderita, namun sesungguhnya tidak demikian. Saya suka melukis, melukis ikan, saya merasa ikan sangat baik, dia berenang di dalam air, menggoyangkan ekornya, keleluasaan dan gerakannya di dalam air sangatlah indah. Saya sangat menganggumi ikan yang berenang di dalam air, menatap mereka, mengambil pena dan menulis sajak, menulis sajak apa? Sukacita ikan.
Kebetulan tadi malam saya menonton Discovery Channel yang sedang menyiarkan pemandangan bawah laut, saya pikir: “Wah! Boleh juga, bagus sekali!” , saya terus melihat ikan-ikan itu berenang.
Ada seekor ikan yang berenang dengan bebas di atas sebongkah batu yang sangat besar. Pada mulanya adalah sebongkah batu, mendadak mulutnya menganga dan menelan ikan itu. Ternyata batu itu bukanlah batu, itu adalah seekor ikan batu yang sangat besar, dia mengapung di sana, dan terlihat seperti sebongkah batu. Ada seekor ikan yang berenang, terus hingga tiba di sana, mendadak, “Hap!”. Begitu melihatnya, saya berpikir, apakah ini sukacita ikan? Ikan itu berenang dengan bebasnya, bagaimana mungkin dia berpikir bahwa sedetik kemudian dia akan mati.
Saya berpikir : “Anitya!”, pengulasan hari ini bertema anitya. Saya mengira hanya ikan itu yang berumur pendek, mungkin ikan yang lain bernasib lebih baik. Ternyata tidak, sesungguhnya di dunia bawah laut berlaku hukum rimba, yang lemah adalah mangsa yang kuat, anitya sangat cepat, itu bukan di dunia manusia, kita manusia masih lumayan, kecuali dimangsa harimau di jalanan. Kenapa di jalan bisa dimangsa harimau? Harimau kota, harimau masa kini adalah kendaraan bermotor, menyeberang jalan harus hati-hati, jalanan bagaikan mulut harimau, ingat anitya, mengendarai kendaraan juga harus hati-hati, ingat anitya, ternyata di dunia bawah laut lebih cepat datangnya (anitya).
Saya menyaksikan banyak kura-kura sedang merayap di atas pasir, kura-kura kecil yang baru menetas, mereka merayap menuju ke laut, jumlahnya sangat banyak, mereka merayap dengan sangat cepat. Setelah mereka tiba di sana, mendadak seekor kura-kura lenyap, ternyata seekor gurita membelitnya dan langsung menelannya, dia menelan sekaligus bersama cangkangnya. Anitya! siapa sangka di sana juga terdapat ranjau.
Di saat kura-kura itu bergembira, segerombolan ada sekitar ratusan atau ribuan kura-kura merayap bersama, tidak menyadari ada banyak gurita yang sedang mengintai dan menunggu mereka di sana, baru menetas langsung mati. Di dalam lautan, ikan hiu memangsa ikan tuna, tuna itu berenang di depan dan hiu mengejarnya di belakang. Ikan tuna bersembunyi di dalam bebatuan, ikan hiu masuk, menggigit dan menariknya keluar, di dalam sebuah gua batu di dalam laut, dia digigit dan diseret keluar, sungguh kejam.
Selain itu, ada juga penguin, salah satu merek ternama di dunia ada satu penguin, saya pikir hidup penguin paling aman, di Alaska, Kutub Utara, dunia es dan salju, penguin berjalan keluar seperti seorang pria gagah, dia berdiri di atas tebing es di tepi laut, segerombolan penguin yang sangat gembira.
Tiba-tiba dari dalam laut muncul mulut menganga yang menggigit dan menyeret penguin, ternyata adalah anjing laut. Anitya datang dengan tiba-tiba merenggut nyawa, langsung sirna, tidak ada lagi merek ternama (penguin), lautan sungguh mengerikan.
Ikan paus juga sangat hebat, saya mengira bahwa ikan paus paling aman, sebab saat segerombolan ikan sedang berenang di dalam lautan, jumlahnya mencapai puluhan ribu ikan, begitu ikan paus datang, ia mengangkat ekornya dan mengibaskannya, ikan-ikan itu langsung pingsan, gerombolan puluhan ribu ikan itu pingsan semua. Kemudian, hanya dalam satu kali hirupan ikan paus, ikan-ikan kecil itu langsung berjumpa dengan anitya, semua habis.
Semula saya ingin di kehidupan mendatang terlahir sebagai ikan, bisa berenang bebas leluasa, setelah melihat acara tersebut, saya mengurungkan niat. Dunia bawah laut sungguh anitya, setelah Anda melihat pemandangan dunia bawah laut, Anda akan menyadari di sana juga merupakan dunia yang tidak kekal. Yang Anda sangka bebas leluasa, ternyata semua adalah anitya.
Om Mani Padme Hum