470 - Syarat Mencapai Kebuddhaan (4)
Kita mengulas syarat mencapai Kebuddhaan, ini dibabarkan oleh Guru Padmasambhava kepada ratu Tibet, di saat Beliau hendak meninggalkan Tibet. Beliau membabarkannya dengan cara meringkas beberapa hal utama.
Terlebih dahulu Beliau ingin kita menyadari bahwa kelahiran dan kematian adalah persoalan besar, dan anitya sangat cepat, sebab dengan demikian barulah timbul tekad menekuni bhavana untuk mengatasi kelahiran dan kematian.
Yang kedua, Beliau mengatakan tidak luntur sraddha, dan mengembangkan Bodhicitta. Kita tahu bhavana memang cukup sukar, tekad juga sangat mudah luntur. Oleh karena itu konsistensi sangat penting, Anda harus memiliki keteguhan dan konsistensi untuk menyelesaikan bhavana murni ini. Harus konsisten, jangan seperti ‘Kepala harimau, ekor tikus’ (Bahasa Taiwan), memiliki kepala harimau, tapi ekornya tikus, pada akhirnya urung dan pergi. Keteguhan dan konsistensi sangat penting, maka Beliau mengatakan: tidak luntur sraddha.
Dalam Zhenfozong, atau semua orang yang mempelajari Ajaran Buddha, banyak yang mempunyai tekad sangat baik pada permulaannya, namun setelah mengalami kekecewaan, rintangan mara, atau berbagai macam perselisihan, keyakinannya menjadi dingin, dan tidak lagi konsisten.
Ada siswa yang mengatakan: “Saya tidak mau bersadhana lagi.”, saya menanyainya: “Kenapa?”. “Sekalipun bersadhana, tetap saja menderita, jadi untuk apa bersusah payah bersadhana?”, saya jarang balik bertanya dengan mengatakan: “Jika Anda tidak bersadhana, apa yang akan Anda lakukan?”, “Jika Anda tidak menekuni Buddhadharma, apa yang akan Anda tekuni?” Segala sesuatu di dunia ini bagaikan ilusi dan bagaikan mimpi, apa yang benar-benar membahagiakan Anda?
Sebenarnya bisa saja saya menanyakan, “Hal apakah yang membuat Anda benar-benar bahagia?”, renungkanlah, di dunia saha ini penderitaan lebih banyak daripada kesenangan. Sederhana saja, sangat sedikit waktu yang tersedia untuk bersama-sama dengan orang yang Anda cintai, perpisahan justru lebih banyak. Anda justru sangat cepat atau bahkan setiap hari berjumpa dengan orang yang tidak Anda sukai, ini merupakan fenomena yang sangat wajar di dunia saha.
Demikianlah penderitaan lebih banyak daripada kesenangan, apa yang benar-benar merupakan kebahagiaan? Masa-masa yang menyenangkan sangat singkat, dan kerisauan terasa sangat lama, demikianlah kehidupan manusia. Bhavana dapat membebaskan dari klesa, dan memurnikan diri.
Ada orang yang memiliki pemikiran berbeda, dia mengatakan: “Untuk apa harus ke Sukhavatiloka? Untuk apa saya harus mencapai keberhasilan bhavana? Setelah saya menjadi Buddha, menjadi Bodhisattva, menjadi Arahat, atau terlahir di sana, apa baiknya hal-hal tersebut?” Ada yang menanyakan kepada saya, apa baiknya hal-hal tersebut.
Kadang Anda tidak akan bisa menjawab, apa baiknya berada di sana. Di sana tiada laki-laki dan perempuan, semua setara, apa pun yang diinginkan tersedia, semua yang dipikirkan akan muncul, harapannya terpenuhi, apakah menurut Anda yang demikian adalah baik? Ada orang yang berpikir demikian.
Mahaguru sendiri berpendapat, tidak harus masuk Parinirvana, Nirvana yang dibabarkan oleh Buddha, merupakan kondisi keheningan sempurna, di sana tiada kesenangan apa pun, juga tiada penderitaan apa pun, suatu kondisi yang sepenuhnya hening, memasuki keheningan sempurna, kondisi kesetaraan suka dan duka ini disebut sebagai Nirvana.
Apakah Nirvana itu baik? Saya juga tidak merasa Nirvana itu baik, oleh karena itulah saya mengembangkan Bodhicitta dan kembali lagi. Kembangkan Bodhicitta, dan kelak setelah mencapai Anuttarasamyaksambodhi, selamanya berada di dunia saha.
Ada yang mengatakan: “Saya tidak akan datang lagi, saya tidak mau kembali, saya menyukai tempat itu, saya tidak ingin terlahir kembali menjadi manusia, manusia terlampau menderita.”, tidak salah, silakan pergi, tapi apakah di sana baik? Apabila semua adalah kesenangan, apakah ini baik? Saya juga mempunyai pemikiran seperti ini, lebih baik saya membangkitkan Bodhicitta, dalam setiap kelahiran mencapai Anuttarasamyaksambodhi, berada di dunia saha berkutat dengan suka dan duka. Ada duka (tongku), ada suka (kuaile), disebut sebagai tongkuai (bahagia). Perlu sedikit duka, sedikit suka, dengan demikian barulah menyenangkan. Oleh karena itu dengan Bodhicitta barulah kita akan bahagia.
Apabila Anda tidak luntur sraddha, namun tidak membangkitkan Bodhicitta, maka hanya Anda yang terlahir di Sukhavatiloka. Kita mengembangkan Bodhicitta, setelah memperoleh sukha, memasukkanya dalam hati, Anuttarasamyaksambodhi ada dalam batin, kemudian kita kembali dan menggunakan Anuttarasamyaksambodhi itu untuk menuntun semua makhluk, inilah karya Bodhisattva. Ini disebut: Daripada menikmati kebahagian sendiri, lebih baik berbahagia bersama semuanya, kegembiraan satu orang tidak sebanding dengan kegembiraan semua orang. Terlahir di dunia saha juga baik, sebab sangat bahagia, ada suka dan ada duka.
Oleh karena itu saya berikrar untuk mengembangkan Bodhicitta, dalam setiap kelahiran menuntun para insan, tidak akan memasuki Parinirvana. Sebab begitu masuk Nirvana, memperoleh sukha abadi, tiada duhkha. Apakah sukha abadi baik? Ini juga merupakan persoalan, menurut saya lebih baik mengembangkan Bodhicitta, daripada bahagia sendiri, lebih baik bahagia bersama semuanya. Kita menjadikan Bodhicitta dan Anuttarasamyaksambodhi sebagai kebahagiaan sejati.
Meskipun menutun insan itu susah, namun juga merupakan kebahagiaan. Meskipun menderita, namun bahagia. Kebahagiaan sejati adalah mengembangkan Bodhicitta, demikianlah menurut saya.
Om Mani Padme Hum.