473 - Syarat Mencapai Kebuddhaan (7)
Guru Padmasambhava mengatakan, kelahiran dan kematian adalah persoalan besar, dan anitya datang dengan cepat. Selain itu, sraddha tidak luntur, dan mengembangkan Bodhicitta. Ada lagi, selaras afinitas, luwes, bermudita dan senantiasa damai. Di samping itu, Beliau menyatakan harus menguasai dhyana dan samadhi, inilah yang hendak kita ulas hari ini.
Dhyana dan samadhi, dua kata ini, dapat dikatakan sangat sukar untuk diulas. Semenjak dahulu hingga saat ini, setiap sadhaka menjadikannya sebagai tujuan, apabila Anda tidak menguasai dhyana dan samadhi, Anda tidak akan sanggup mengulasnya. Apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara menekuni dhyana dan samadhi, ini juga sangat sukar diulas. Semenjak dahulu hingga saat ini, ada sangat banyak metode dhyana dan samadhi. Anda sendiri harus memilih metode yang sesuai untuk ditekuni oleh diri sendiri, inilah dasarnya, tiada lagi.
Memang ada sangat banyak metode, namun sesungguhnya, supaya Anda dapat dengan cepat memasuki samadhi, ini adalah satu-satunya cara bagi Anda, tiada seorang pun yang dapat menggantikannya. Dari manakah asalnya metode tersebut? Berasal dari pengalaman belajar diri sendiri.
Dalam menekuni dhyana dan samadhi, lokasi ke-2 yang dipilih oleh Guru Padmasambhava adalah Sitavana, Sitavana adalah tempat persemayaman jenazah. Bagaimana Beliau menekuni dhyana samadhi? Bukankah lingkungannya sangat buruk? Beliau menumpuk mayat untuk digunakan sebagai Dharmasana, duduk di atas tumpukan mayat. Pakaian yang Beliau kenakan berasal dari kain pembungkus mayat. Perhiasan yang Beliau kenakan adalah tulang belulang. Di saat lapar, Beliau makan sesaji yang dibawa oleh orang-orang. Selain itu, apabila benar-benar terlampau lapar, maka Beliau akan makan daging mayat.
Lingkungannya sangat tidak baik, namun bagi seorang sadhaka, seburuk apa pun kondisi lingkungan, dia sanggup mengubahnya menjadi bersih. Oleh karena itu, upaya seorang sadhaka untuk menekuni samadhi bukan terletak pada lingkungannya. Lingkungan tempat Guru Padmasambhava menekuni samadhi sangat tidak baik, kepala mayat ditumpuk menjadi Dharmasana, mengenakan kain mayat, memakan daging mayat, menghias diri dengan tulang belulang, demikianlah kondisi lingkungan tempat Beliau menekuni samadhi.
Ada banyak metode, Sang Buddha mengajarkan metode menghitung pernapasan, yaitu memerhatikan keluar masuknya pernapasan Anda, disebut anapanasmrti. Ada juga metode nivrtti, yaitu metode untuk sekaligus menghentikan semua pikiran. Ada juga penekunan metode kontemplasi, Anda dapat menggunakkan pikiran Anda untuk berkontemplasi pada Sukhavatiloka, ini adalah metode 16 kontemplasi.
Selain itu, ada juga perpaduan metode penghentian dan metode kontemplasi, ini disebut sebagai metode samathayogabhavana. Apabila dalam bhavana Anda sanggup berkonsentrasi, maka akan timbul kebijaksanaan. Dari kebijaksanaan tersebut Anda dapat memperoleh samadhi, dan dari dalam samadhi Anda dapat menghasilkan Prajna. Kebijaksanaan sendiri juga merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan samadhi, kemudian dari dalam samadhi dapat menghasilkan Prajna. Antara samadhi dan Prajna, dapat dikatakan diupayakan secara bersamaan, dan tidak terpisahkan.
Penekunan dhyana dan samadhi sangat penting. Setiap sadhaka harus mengerahkan upaya keras untuk menekuni dhyana dan samadhi. Saya memiliki metode sendiri, namun sesungguhnya, dikarenakan saya sendiri telah menempanya sangat lama, pada akhirnya sama dengan tiada metode, mengapa demikian? Sebab begitu batin terserap, begitu memasuki keheningan, maka dengan alamiah dapat memasuki samadhi. Kemampuan ini tentu bukan diperoleh dalam waktu sehari, dua hari, atau seminggu, dua minggu. Melainkan ditempa dalam waktu yang sangat lama.
Menurut saya, penekunan samadhi memerlukan pengalaman dalam waktu lama. Anda boleh memulainya dengan metode menghitung pernapasan, anapanasmrti, metode penghentian, metode kontemplasi, maupun samathayogabhavana, bahkan metode sembilan tahap pernapasan Buddha dalam Tantrayana, metode bhadrakumbhaprana, semuanya boleh dipraktikkan. Dari semua itu, Anda memilih satu saja yang paling sesuai bagi Anda dalam memasuki samadhi.
Apa itu kondisi samadhi? Hingga saat ini, tulisan juga tidak dapat mengungkapkannya dengan jelas, suatu kondisi yang sangat subtil, memasuki kondisi yang paling subtil dan luhur. Tidak hanya terserap dalam satu, bahkan masih harus bermuara pada nol. Dalam Dao dikatakan sebagai kondisi tiada pikiran. Sampai pada tingkatan yang tertinggi, harus berada dalam kondisi bukan sengaja bersamadhi. Dalam samadhi tiada samadhi. Jangan terus memikirkan samadhi, atau ingin bersamadhi, Anda tidak akan bisa memasuki samadhi. Dalam samadhi, bahkan samadhi pun terlupakan, inilah samadhi yang sejati.
Apabila Anda mengatakan, “Saat ini saya sedang bermeditasi.” , “Saat ini saya sedang memasuki dhyana dan samadhi.”, berarti Anda sama sekali tidak bersamadhi, selama Anda terus ingin memasuki samadhi, maka tidak akan menghasilkan samadhi. Saat samadhi telah Anda lupakan, barulah Anda benar-benar bersamadhi. Ini perlu ditempa dengan upaya keras, dalam waktu yang lama, pilihlah salah satu metode yang paling tepat yang dapat membawa Anda memasuki samadhi.
Apabila sadhaka memiliki sepasang sayap berupa samadhi dan Prajna, maka Anda dapat terbang menuju ke tingkatan Tathagata.
Om Mani Padme Hum.