480 - Mengulas Prabhasvara (4)

Dalam pembahasan prabhasvara, saya perlu memberitahu Anda, pertama kalinya saya benar-benar melihat prabhasvara, seharusnya adalah 27 tahun yang lalu. Saat itu saya tidak mengetahui itu adalah prabhasvara, oleh karena itu saya mengatakan bahwa yang saya lihat adalah lingkaran cahaya terang, saya menulisnya dalam buku spiritual pertama saya 27 tahun yang lalu.

Pengelihatan tersebut bukanlah pengelihatan dalam samadhi. Juga bukan dalam kondisi terjaga saat mata terbuka, melainkan saat saya berbaring. Banyak orang mengatakan: “Berarti Anda bermimpi.”, mimpi tidak akan demikian istimewa. Apabila itu hanyalah sebuah mimpi, hanya pengelihatan dalam mimpi, tentu saja tidak akan demikian istimewa.

Namun sepengetahuan saya, itu sama sekali bukan mimpi. Lingkaran cahaya terang itu terlihat dalam kondisi sepenuhnya sadar. Saat itu saya tidak mengetahui apa itu prabhasvara, saya belum bersarana pada Buddha. Saya menuliskannya dalam buku spiritual yang pertama, terjadi pada malam hari setelah saya pulang dari Klenteng Dewa Indra dan memperoleh pengalaman spiritual berupa terbukanya divyacaksu (mata dewa).
 
Saya berbaring dengan mata terpejam, melihat sebuah lingkaran cahaya yang sangat terang-benderang. Sekeliling lingkaran itu berkilau. Seharusnya bukan disebut sebagai lingkaran cahaya terang, sebab itulah yang disebut sebagai prabhasvara dalam Tantra, itulah pertama kalinya saya melihat prabhasvara.

Kemudian saya melayang, menurut studi spiritual masa kini, tubuh cahaya bintang dalam diri saya melayang, dan masuk ke dalam lingkaran cahaya terang, ini yang saat ini saya katakan sebagai: “Anda melebur di dalam prabhasvara.”

Apabila 27 tahun yang lalu, setelah tubuh cahaya bintang terbang melayang memasuki lingkaran cahaya terang, dan saya tidak kembali lagi, orang akan mendapati jantung saya telah berhenti berdetak, maka saat itu akan disebut sebagai mati mendadak, saya akan meninggal mendadak dalam usia 26 tahun.
 
Namun saya kembali, tubuh cahaya bintang itu keluar lagi dari dalam prabhasvara, dan kembali ke dalam tubuh saya. Oleh karena itu, saya terbang dan memasukinya dalam kondisi sangat sadar, mulai pukul 9 malam hingga keesokan paginya, semalaman penuh berada dalam lingkaran cahaya terang.

Saya terbang sambil melihat sekeliling, melihat sangat banyak Buddha dan Bodhisattva, menuju ke Sukhavatiloka, dan berjumpa dengan Maha Padmakumara Putih. Saya tidak mengenal Maha Padmakumara Putih. Dia berdiri di atas padmasana, dan sekujur tubuh-Nya memancarkan cahaya putih yang terang-benderang.

Sebuah suara dengan sangat jelas berkata kepada saya: “Itu adalah Padmakumara.”. Hanya sepatah kata itu, kemudian saya berjumpa dengan sangat banyak Buddha dan Bodhisattva, Malam hari itu, setelah memasuki lingkaran cahaya terang, dalam perjalanan saya melihat dan mengingatnya, siapa nama Bodhisattva tersebut, padma itu sungguh besar bagaikan roda. Melihat Gunung Sumeru, melihat Gunung Kunlun, melihat pilar langit, melihat semua pegunungan, sungai dan daratan, semuanya sangat jelas.

Sepanjang perjalanan, saya terbang sambil mengingatnya, sangat jelas, apalagi nama “Padmakumara” sangat jelas terdengar. Saya tidak mengenal Padmakumara, sama sekali tidak ada bayangan, selain Pangeran Ketiga Nazha yang bermanifestasi dari padma, saya tidak mengetahui apa pun.

Saat itu masih belum bersarana pada Buddha, oleh karena itu tidak mengetahuinya, dan saya menulisnya menjadi: “Melihat sebuah lingkaran cahaya terang dan terbang masuk ke dalamnya.”, dalam studi spiritual itu disebut sebagai tubuh cahaya bintang. Bangkit, dan terbang masuk ke dalam lingkaran cahaya terang. Kemudian, keluar lagi.

Sebelum bersarana pada Buddha, saya tidak mengenal apa pun dalam Agama Buddha. Saya juga tidak mengenal Ajaran Dao. Sepulangnya saya ceritakan kepada ayah dan ibu, ayah saya mengatakan dia adalah Li Jing, Li Jing adalah Dewa Raja Penopang Pagoda (Vaisravana), sebab dia mempunyai seorang putra yang bermanifestasi dari padma, yaitu Pangeran Ketiga Nazha. Dia mengatakan: “Berarti saya adalah Li Jing.”, sebab dia pernah membaca Daftar Penganugerahan Dewa-dewa.

Sepulangnya saya sungguh bercerita kepada ayah dan ibu, menceritakan kondisi tersebut kepada mereka. Sangat jelas, saya bukan bermimpi, justru berkat pengelihatan tersebut, saya mulai menapaki jalan bhavana. Pengalaman itu merupakan salah satu pilar utama dalam kehidupan saya. Saya benar-benar melihat prabhasvara untuk pertama kalinya, tubuh cahaya bintang saya benar-benar terbang melayang, masuk ke dalamnya, dan kemudian keluar lagi.

Saya yakin yang dilihat oleh Shakyamuni Buddha adalah sebuah prabhasvara. Dalam Tantra dikatakan bahwa yang dilihat oleh Sang Buddha adalah prabhasvara. Pada usia semuda itu saya telah melihat prabhasvara, menceritakannya kepada orang lain, dan tidak ada satu pun yang percaya. Saya sendiri juga tidak tahu apa sebabnya, saat itu saya belum menekuni bhavana. Namun dia memberitahu Anda bahwa itu merupakan akar pembawaan dari kehidupan yang lampau, kehidupan lampau Anda memiliki akar yang demikian mendalam, dan terbawa hingga kehidupan saat ini.

Afinitas unik itu saya alami saat berkunjung ke Klenteng Dewa Indra, malam harinya langsung melihat prabhasvara, tubuh cahaya bintang langsung terbang, kemudian melihat kehidupan lampau. Berikutnya, perlahan-lahan mulai menapaki jalan bhavana.

Di bangku kuliah saya mempelajari survei, di Sekolah Menengah Atas saya mempelajari ‘fansha’ (Bahasa Taiwan), yang artinya pengecoran. Bagaimana mungkin bisa menapaki jalan spiritual ini? Itulah nidananya, setelah adanya nidana tersebut, saya mulai menapaki jalan spiritual, terus hingga saat ini.

Sampai hari ini, barulah mengetahui bahwa yang saat itu dilihat adalah prabhasvara, bukan lingkaran cahaya terang, dan yang memasukinya adalah tubuh cahaya bintang diri. Bagaimana Anda melatihnya? Setelah Anda melihat prabhasvara, Anda tidak luntur keyakinan, setiap saat Anda harus menerima sinar terang dari prabhasvara, harus memasukinya, kemudian keluar, untuk menambah sinar bintang diri Anda.

Inilah yang disebut sebagai sinar anak dalam Tantra, sinar tersebut harus sangat kuat. Sinar Induk adalah prabhasvara Kesadaran Alam Semesta, manunggal menjadi Phalaprabha (Sinar Perolehan), setelah mencapai keberhasilan akan menjadi Phalavimalaprabha (Sinar Murni Perolehan). Sebelum mencapai keberhasilan, masih terbagi menjadi dua, yang satu adalah prabhasvara alam semesta, dan yang satu adalah prabhasvara diri.

Om Mani Padme Hum

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。