481 - Mengulas Prabhasvara (5)
Kita lanjutkan pengulasan prabhasvara.
Beberapa hari ini kita membahas prabhasvara. Ada yang bertanya kepada Mahaguru: “Bukankah Buddhadharma menyatakan bahwa segalanya adalah sunya? Dan segalanya merupakan ketidakberadaan? Mengapa masih ada prabhasvara?”
Ini sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang siswa, Buddhadharma mengulas sunyata dan ketidakberadaan, mengapa masih ada rupa, apa itu prabhasvara?
Baru-baru ini saya nonton video Tang Minghuang, ada sebuah tempat bernama Maweipo, di sana terdapat sebuah biara. Di atas biara tersebut terdapat sebuah papan bertuliskan dua aksara: ‘Kong kong’ (Sunya sunya).
Buddhadharma mengulas sunya dan ketidakberadaan, ini memang benar. Tingkatan yang paling akhir dan paling tinggi adalah sunya sunya. Kita membaca Mahaprajnaparamita Sutra, dan mengetahui sutra ini merupakan sebuah sutra yang paling penting dalam Mahayana. Mahaprajnaparamita Sutra ada banyak, dapat disebut sebagai pustaka paling penting dalam Buddhisme.
Buddhisme Mahayana muncul dari Mahaprajnaparamita Sutra. Di dalamnya dibahas perihal Vajra Yang Memperbarui Prana, dan berbagai vajra lainnya. Vajracchedika Sutra juga berasal dari Mahaprajnaparamita Sutra.
Demikian pula dengan Hrdaya Sutra (Sutra Hati) yang juga diringkas dari Mahaprajnaparamita Sutra. Kita membaca Hrdaya Sutra, di dalamnya membahas sunya, ada tujuh aksara yang membahas sunya, ada dua puluh satu aksara ketidakberadaan, sepenuhnya mengulas sunya dan ketidakberadaan. Kita mengetahui bahwa itu merupakan kondisi Dharmakaya, yang tergolong sebagai sunya dan ketidakberadaan.
Tanpa wujud dan tanpa bentuk, tidak bertambah dan tidak berkurang, oleh karena itu tiada pemikiran dan pandangan keliru. Tentu saja sunya merupakan tingkatan yang sangat tinggi dan mendalam.
Seperti yang dibabarkan oleh Sang Buddha, kita sendiri sebagai seorang manusia, mempunyai banyak kelahiran lampau, kita menyebutnya sebagai sebab berkondisi, teori ini juga tidaklah sederhana, ini tak terperikan. Sebab berkondisi adalah tak terperikan, ini juga sangat mendalam.
Oleh karena itu dahulu Arya Ananda berkata kepada Sang Buddha: “Saya telah memahami sebab berkondisi.”, Sang Buddha pun tersenyum dan berkata: “Bagaimana mungkin Anda memahami sebab berkondisi?”, sebab berkondisi sangat mendalam, selain Buddha tidak ada siapa pun yang dapat memahaminya secara sempurna.
Demikianlah Arya Ananda mengatakan Dia telah memahami sebab berkondisi, kata-kata itu menjadi kekanak-kanakan. Sebab sesungguhnya sebab berkondisi sangatlah mendalam, demikian pula dengan sunya dan ketidakberadaan, ini juga sangat mendalam. Apabila Anda tidak berhati-hati, Anda justru akan terjerumus dan teperdaya oleh pandangan sesat.
Menurut saya, ‘sunya sunya’ yang tertulis di biara tersebut memang benar adanya, dapat diubah menjadi ‘sunya keberadaan’, atau ‘keberadaan sunya’, boleh saja, tidak dapat ditulis ‘sunya sunya’, sebab dua kata sunya, ditambah sunya, merupakan sesuatu yang sangat mendalam dan tak terperikan.
Menurut saya yang tepat adalah ‘sunya keberadaan’, atau ‘keberadaan sunya’. Apabila Anda telah mencapai tingkatan tertinggi, mencapai tingkatan ‘sunya sunya’, maka hari ini tidak perlu Berdharmadesana, semua orang tidak perlu bersadhana. Sebab itu merupakan kondisi tiada kelahiran dan tiada kematian. Tiada lahir dan tiada mati, tidak bertambah juga tidak berkurang. Merupakan kondisi tiada apa pun, sehamparan keheningan mati, juga bukan mati, juga bukan keheningan, merupakan tak terpikirkan dan tak terperikan, sehingga sadhaka sangat mudah terjerumus dalam kekeliruan pemahaman.
Oleh karena itu, dalam Buddhisme, sesungguhnya Sang Buddha mengajarkan keberadaan, juga mengajarkan sunya, tidak hanya mengajarkan ‘sunya sunya’. Dalam Buddhisme terdapat Sunyavada (teori bahwa segala sesuatu adalah sunya), ada juga Sarvastivada (Teori keberadaan segala sesuatu). Pada dasarnya memang merupakan keberadaan dan sunya, tidak dapat dikatakan hanya sunya, inilah teori yang ditransmisikan oleh Sang Buddha sendiri.
Oleh karena itu prabhasvara yang saya ulas ini, sepenuhnya timbul dari sunya, merupakan prabhasvara yang sesungguhnya, yang timbul dari angkasa. Apabila Anda bahkan tidak memiliki prabhasvara, maka saya tanya Anda: “Apa yang Anda latih?”. Oleh karena itu tingkatan tertinggi dalam Zhenfozong adalah: Vimalaprabha Sunyata. Sunyata adalah sunya, sedangkan Vimalaprabha (Sinar Murni) adalah prabhasvara yang timbul dari sunya. Bhavana setidaknya mesti menghasilkan sedikit prabha (terang), sebab jika Anda berada dalam kondisi yang sepenuhnya kosong, maka bahkan kebijaksanaan pun tiada. Tidak boleh demikian, sebab di dalam sunyata mesti menghasilkan Prajna. Di dalam Sadparamita ada Prajna. Kita harus memiliki Sadparamita, oleh karena itu di dalam sunyata mesti terdapat Sadparamita. Mesti ada kemuliaan, ada kerendahan hati, ada Prajna.
Kita harus mengetahui bahwa tidak dapat sepenuhnya tanpa kemuliaan, dan tidak dapat sepenuhnya tanpa kerendahan hati, tidak dapat sepenuhnya tanpa keberadaan, oleh karena itu, sunya dan keberadaan mesti selaras.
Hari ini saya telah menjawab pertanyaan tersebut, meskipun Mahaprajnaparamita Sutra sepenuhnya membahas sunya, namun Prajna yang dihasilkan dari dalam sunya adalah prabhasvara, inilah prabha, inilah Vimalaprabha.
Om Mani Padme Hum