484 - Kunci Memasuki Samadhi (2)
Hari ini kita melanjutkan pengulasan kunci memasuki samadhi.
Sebelumnya, kita telah membahas, kunci memasuki samadhi adalah: avastuka dan acitta. Avastuka ialah tiada sedikit pun kerisauan, sedangkan acitta ialah tidak melekat pada apa pun.
Topik ini mengingatkan saya pada seorang siswa yang datang meminta konfirmasi dari saya. Dia mengatakan: “Mahaguru, tolong berikan konfirmasi untuk saya.”, dalam perbincangan kami, adakalanya saya menggelengkan kepala, adakalanya menganggukkan kepala. Anggukan kepala berarti benar, sedangkan gelengan kepala berarti pemahaman dia tidak tepat. Kadang saya mengangguk, kadang menggelengkan kepala.
Dia mengatakan: “Saya paling tidak suka jika Mahaguru menggelengkan kepala.”, dia mengatakan bahwa dia paling tidak suka saat Mahaguru menggelengkan kepala, jadi lebih baik saya terus menganggukkan kepala. Kemudian saya katakan kepadanya: “Di dalam hati Anda masih ada yang disukai dan yang tidak disukai.”, ini adalah kemelekatan, seorang sadhaka yang telah mencapai kondisi yang benar, ia memiliki batin yang murni dan non-aksi, tidak peduli bagaimana pun rasa tidak suka orang lain, ia tidak akan terpengaruh.
Seorang Siddha tidak memiliki rasa benci, baginya juga tiada kegirangan, dengan demikian dapat mencapai kondisi acitta. Sekarang Anda menyatakan telah mencapai kondisi acitta, namun Anda masih melekat pada anggukan dan gelengan kepala Mahaguru? Jika Anda benar-benar telah acitta, maka Anda tidak akan melekat pada anggukan dan gelengan kepala Mahaguru.
Ini merupakan bukti bahwa Anda belum mencapai acitta, berarti Anda datang memohon konfirmasi tatkala masih berada dalam kondisi melekat.
Saya mengangkat kaki dan menaruhnya di atas meja: “Lihat, bagaimana tindakan saya ini?”, dia mengatakan: “Kaki dinaikkan di atas meja, sungguh tidak sopan.” Saya menjawabnya: “Ini bisa juga disebut sopan, namun bisa juga disebut tidak sopan.”
Dikatakan sopan karena, saya menggunakkan kaki untuk mengangkat Anda. Namun tentu saja dari sudut pandang awam, menunjukkan kutu air di depan wajah orang lain adalah tidak sopan. Namun saya menggunakan kaki untuk mengangkat Anda, tapi Anda tidak menerimanya, semua tergantung bagaimana cara berpikir Anda. Apabila Anda menanggapinya dengan prinsip acitta, seharusnya Anda mengatakan itu bukanlah apa-apa, oleh karena itu Anda masih mempunyai konsep hati, masih memiliki kemelekatan.
Sesungguhnya ketidakmelekatan benar-benar sukar. Saat Anda hendak memasuki samadhi, memang sangat sukar untuk mencapai kondisi avastuka. Demikian pula, sangat sukar untuk benar-benar mencapai kondisi acitta. Sebab yang ditangkap oleh pandangan Anda, jika bukan sesuatu yang paling Anda sukai, maka pasti merupakan sesuatu yang Anda benci, kedua sisi tersebut terus bergolak dalam hati Anda, bagaimana mungkin Anda bisa memasuki samadhi? Anda tidak akan sanggup memasuki kondisi acitta.
Avastuka juga sangat sukar, apakah Anda tidak memiliki kerisauan? Hanya menanggapi satu hal saja, Anda langsung risau. Hanya mendengar sepatah kata saja, Anda langsung risau. Hanya menyaksikan satu hal saja, Anda juga langsung risau.
Seperti dalam hal pertemanan, dalam skala besar adalah antar negara, dalam skala kecil adalah antar pribadi. Jika Anda baik terhadap orang itu, maka saya tidak akan baik terhadap Anda. Saat Anda melihat mereka berdua sangat akrab, dalam hati Anda timbul semacam rasa dengki, bagaimana mungkin Anda tidak punya kerisauan.
Sangat banyak hal yang Anda risaukan, semua insan mempunyai kerisauan. Yang benar-benar sanggup memasuki samadhi adalah orang suci, setelah mencapai tingkat kesucian, barulah ada kemungkinan Anda tidak mempunyai kerisauan batin.
Mahaguru sendiri beraktivitas dengan ketenangan, kemurnian batin dan prinsip non-aksi. Batin tidak akan bergolak, sangat tenang. Saat menghadapi sesuatu, bersikap alamiah! Inilah prinsip kealamiahan, Keleluasaan Hakiki.
Jika batin Anda murni, pasti tidak akan bergejolak, rata bagaikan cermin, dengan demikian dapat mengamati segala sesuatu dengan jelas, dan menghasilkan kebijaksanaan. Saat batin seseorang bergejolak, maka dia akan kehilangan ketenangan batin, dengan demikian tidak mungkin bisa memasuki samadhi, ia bahkan tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara tepat. Di saat menangani sesuatu, apabila batin Anda telah bergejolak, Anda telah dipenuhi dengan pendapat pribadi, tentu saja kondisi hati Anda tidak stabil, dengan demikian bagaimana mungkin bisa memandang para insan dengan setara.
Prinsip Ajaran Buddha sangat baik, kunci memasuki samadhi adalah avastuka dan acitta, sangat tepat. Tiada kerisauan, tidak mengenakan sehelai benang pun, dengan demikian barulah dapat memasuki samadhi. Sama sekali tiada konsep suka dan benci. Kondisi acitta kita sebut sebagai batin tenang dan kokoh, kondisi batin Anda sangat lapang dan sangat rata. Di dalam kondisi semacam itu, barulah Anda dapat memasuki samadhi.
Dalam menjalani bhavana, apabila Anda dapat mencapai kondisi tersebut, maka barulah Anda dapat leluasa secara hakiki. Menggunakan kebijaksanaan Anda yang terang, merealisasi Keleluasaan Hakiki dalam segala hal.
Banyak hal yang dapat dihentikan dengan satu senyuman, begitu tersenyum, tiada lagi persoalan. Anda juga tidak akan terpengaruh oleh perilaku orang lain. Dalam segala hal, Anda tidak akan memaksakan. Anda juga tidak akan terpaksa melakukan sesuatu, sebuah kondisi yang sepenuhnya alamiah, leluasa, mengalir, fleksibel dan senantiasa tenang.
Mempelajari hal ini sangatlah bermanfaat bagi Anda dalam menangani segala sesuatu. Yang paling penting, saat Anda menekuni dhyana dan samadhi, dalam sekejap Anda mampu menghancurkan sekat antara luar dan dalam, terang Prajna Anda akan timbul, dengan demikian Anda dapat menjalankan Kebodhisatvaan, dapat mencapai Kebuddhaan.
Om Mani Padme Hum.