486 - Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana (2)
Hari ini kita lanjutkan pengulasan Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana.
Kebuddhaan dalam hembusan prana, mudah diucapkan, namun tergantung pada kemampuan hasil dari pelatihan dhyana dan samadhi diri sendiri sehari-hari, hati dan prana senantiasa bersama, dengan demikian dapat mencapai tingkatan tersebut.
Di antara Buddhadharma yang paling cepat, ada beberapa metode yang dapat dengan segera mencapai siddhi. Dalam Tantra ada Sadhana Mencapai Kebuddhaan Dalam 7 Hari, ini merupakan sebuah metode yang sangat baik. Anda visualisasi diri sendiri menjadi aksara “Hum”, Kesadaran Alam Semesta menjadi satu aksara “A”. Gunakan kaitan pada aksara “A” untuk mengait aksara “Hum” diri sendiri, mesti tekun melatih visualisasi ini, ini merupakan sebuah metode yang sangat baik, inilah Sadhana Kebuddhaan Dalam 7 Hari.
Visualisasikan diri sendiri menjadi satu aksara “Hum”, visualisasikan Kesadaran Alam Semesta menjadi satu akasara “A”, kemudian saling terkait. Ketika Anda menghembuskan napas terakhir, menjapa satu “Hum”, langsung terkait, visualisasi aksara “A” mengait aksara “Hum”, langsung ditarik memasuki Kesadaran Alam Semesta, ini merupakan sebuah metode dalam Tantra yang sangat cepat mencapai siddhi.
Tidak peduli apakah Anda dalam posisi berbaring maupun duduk, Anda visualisasikan diri sendiri menjadi satu aksara “Hum”, angkasa adalah satu aksara “A”, mengait Anda dan langsung menarik ke atas, maka Anda langsung mencapai siddhi, ini tergolong sebagai Tantra.
Dalam aliran Ksetraparisuddhi (Jingtu) juga ada metode Kebuddhaan Dalam 7 hari, dalam Amitabha Sutra disebutkan, sepenuh hati tidak galau melafal Nama Buddha, maka Trini Arya Sukhavati akan hadir dan menjemput Anda. Penjemputan tersebut sama dengan kaitan yang mengait Anda, begitu ditarik ke atas, langsung mencapai siddhi. Begitu Buddha hadir, langsung menyerap Anda, dan Anda terlahir di Sukhavatiloka.
Menurut saya, di antara sekian banyak metode Buddhadharma, apabila Anda ingin mencapai siddhi, lebih baik Anda melafalkan satu Nama: “Namo Amituofo.”, adakalanya cukup demikian, aliran Ksetraparisuddhi melafal “Namo Amituofo.”, melafalnya hingga mencapai kondisi sepenuh hati tidak galau, kesulitannya hanya pada mencapai sepenuh hati.
Yang terutama hanyalah “Hati”, ketika hati Anda tidak galau, berarti Anda telah mencapai siddhi. “Namo Amituofo”, “Namo Amituofo”, Anda melafal sebanyak 100 ribu, 1 juta, 10 juta, 100 juta, setiap hari tidak pernah lupa, menjelang wafat Trini Arya hadir di hadapan, menjemput Anda terlahir di Ksetraparisuddhi, ini sungguh baik, metode ini lebih mantap, sebab ketika Anda melafal “Namo Amituofo”, maka hati Anda cenderung tidak akan galau. Anda terus melafal: “Namo Amituofo.”. Sepanjang hari terus bervisualisasi: “Namo Amituofo.”, melalui sebab dan kondisi yang bajik ini, Anda menjalin afinitas dengan Amitabha Buddha dari Sukhavatiloka di Barat. Tiba saatnya nanti, Beliau hadir dan menjemput Anda, berarti mengait Anda, dan Anda langsung terangkat.
Tidak perlu menarik rok Mahaguru, sebab begitu Anda tarik, rok ini bisa langsung melorot. Lebih baik melafal Nama Buddha, menjapa mantra, satu aksara “A” dan satu aksara “Hum”.
Ada juga yang mengajarkan Sadhana Phowa, Sadhana Phowa berarti membuka lubang ubun-ubun, saya sendiri telah membukanya. Membuka lubang di sini, ini adalah sushumna (nadi tengah). Ketika menjelang wafat, gunakan prana untuk membawa kesadaran Anda melalui sushumna, kemudian menerobos lubang ubun-ubun dan terbang ke atas, inilah metode dalam Tantra.
Namun ada satu hal, saya teringat sebuah pertanyaan, menurut Buddhadharma, segalanya adalah sunya, tidak ada atas, bawah, kiri, kanan, delapan maupun sepuluh penjuru, jadi di manakah Ksetraparisuddhi? Di manakah neraka? Coba Anda renungkan, di 10 penjuru loka ini, di manakah Ksetraparisuddhi, dan di manakah neraka.
Dalam Tantra diajarkan, jalan keluar terbaik bagi kesadaran adalah dari sini, yaitu keluar dari lubang ubun-ubun dan terlahir di Ksetraparisuddhi. Apakah keluar dari sini sudah langsung Ksetraparisuddhi? Mengapa bukan dari bawah? Mengapa tidak keluar dari mata, apakah di situ bukan Ksetraparisuddhi? Apakah keluar dari mulut juga bukan Ksetraparisuddhi? Jadi di manakah sebenarnya letak Ksetraparisuddhi?
Oleh karena itu ditanyakan, bukankah semua adalah sunya? Jadi untuk apa keluar? Ini merupakan pertanyaan dari saya. Kebanyakan orang mengatakan: “Kesadaran kita mesti keluar dari tubuh, barulah dapat tiba di Ksetraparisuddhi.”, teori pada umumnya menyatakan, “Kesadaran harus keluar.”, Sadhana Kebuddhan Dalam Hembusan Prana juga perlu keluar dari tubuh baru dapat tiba di Ksetraparisuddhi.
Jadi kenapa harus keluar? Bukankah di dalam saya ini ada Ksetraparisuddhi? Di sinilah persoalannya. Sebenarnya di manakah Ksetraparisuddhi? Apabila saya membiarkan kesadaran berada dalam hati, tidak pergi kemana-mana, saya tidak keluar melalui ubun-ubun, juga tidak menghembus prana, tidak keluar melalui hidung, juga tidak keluar melalui pantat, tetap di tempat, apakah di dalam sini bukan Ksetraparisuddhi? Sepulangnya nanti Anda renungkan dengan baik-baik.
Di manakah yang bukan Ksetraparisuddhi? Mengapa harus keluar? Jika berhasil mendobrak konsep dalam dan luar, di manakah yang bukan Ksetraparisuddhi? Mana ada dalam? Mana ada luar? Ketika Anda memahami hal ini, Anda memasuki sunyata. Ini adalah pertanyaan dari saya, sekaligus merupakan Pencerahan saya.
Yang berwujud dan beratribut, menyatakan di sinilah Ksetraparisuddhi. Ada pada sehelai bulu, ada di ujung bulu, di manakah yang bukan Ksetraparisuddhi? Ketika hati Anda damai, di manakah bukan Ksetraparisuddhi? Dalam Ajaran Buddha dikatakan, ketika hati Anda damai, di manakah yang bukan merupakan Ksetraparisuddhi.
Tidak perlu memikirkan yang berwujud dan beratribut, apakah menurut Anda keluar dari sini adalah Ksetraparisuddhi dan keluar dari bawah sudah pasti adalah neraka? Yang di bawah justru Ksetraparisuddhi, keluar dari ubun-ubun justru adalah neraka.
Ketika berhasil mendobrak konsep luar dan dalam, mana ada perbedaan antara atas dan bawah? Sadhana Phowa hanyalah sebuah wujud dan atribut, yang mengajarkan Anda untuk mengarah ke atas , hanyalah sebuah wujud dan atribut.
Oleh karena itu, sesungguhnya Buddhadharma sangatlah mendalam. Yang terutama ada pada “Hati”, ketika hati Anda damai, di mana pun adalah Ksetraparisuddhi. Ketika hati Anda damai, berarti Anda telah mencapai siddhi, Anda telah merealisasi Sukhavatiloka. Anda telah mencerahi sunyata, telah memasuki arupadhatu. Anda hidup penuh kebahagiaan, berarti telah berada di Sukhavatiloka.
Om Mani Padme Hum.