492 - Kapan Keluar dari Samadhi (2)
Kita lanjutkan pengulasan kapan sebaiknya keluar dari samadhi.
Suatu ketika, saat saya sedang bermeditasi, begitu duduk, tanpa sengaja menyadari bahwa dalam samadhi, diri ini masih memiliki sedikit kesadaran astral.
Saya telah tiba di Safeway, dahulu pernah saya ceritakan, ketika bermeditasi di dalam rumah, begitu duduk, timbul sedikit kesadaran astral, saya mendapati diri sendiri sedang duduk di Safeway, duduk di hadapan tumpukan 'cheese' dan telur. Berkendara dari sini sampai ke Safeway membutuhkan waktu 10 menit, atau sekitar 7 hingga 8 menit.
Ketika timbul semacam kesadaran astral, Anda tidak perlu gentar, di dalam supermarket banyak orang berlalu-lalang, berjalan menembus diri Anda. Dalam sekejap Anda kembali kemari, dan keluar dari samadhi. Ini sungguh tak terperikan. Saat itu Anda dapat melihat semua orang yang sedang berjalan di Safeway, termasuk di antaranya adalah siswa Zhenfozong, dia sedang berbelanja di sana, Anda dapat melihatnya, bahkan sangat jelas. Siapa yang saat itu sedang berbelanja di Safeway. Begitu dikonfirmasikan, ternyata memang benar dia.
Oleh karena itu, dhyana dan samadhi sungguh tak terperikan. Anda duduk di sini, begitu bersamadhi, langsung tiba di Safeway, duduk di supermarket itu, sebuah tempat di mana banyak orang berlalu-lalang, Anda duduk bermeditasi di sana. Dengan sangat jelas Anda melihat banyak barang, seperti ‘mare cheese’, ‘egg’ besar dan kecil, ‘large’. Tulisan-tulisan itu terlihat sangat jelas, siapa yang telah membeli telur ayam itu, Anda mengetahui semuanya dengan jelas.
Dari dalam dhyana dan samadhi, Anda dapat menyadari beberapa permasalahan dalam bhavana jasmani dan batiniah.
Ketika secara mendadak meditasi Anda terputus karena keributan, rasanya seperti dibangunkan dari tidur nyenyak. Ketika Anda tidur sangat nyenyak, kemudian dibangunkan, saat itu akan terasa kurang enak.
Seperti ketika bhiksu senior sedang berada dalam samadhi, kemudian kita membangunkannya dengan suara ghanta. Suara ghanta sangat pelan, dibunyikan di dekat telinga (Mahaguru memperagakan), maka dia akan keluar dari samadhi mengikuti suara ghanta ini. Siswa merasa gurunya telah bermeditasi terlampau lama, kemudian memintanya untuk keluar dari samadhi, ternyata dia telah bermeditasi selama beberapa hari. Mungkin saja dia sedang menjalani rapat dengan Amitabha Buddha di Sukhavatiloka, kemudian Anda membunyikan ‘muyi’ “Tok!”, maka perlahan-lahan dia pun keluar dari samadhi.
Sthavira Xuyun yang termasyhur, beliau merebus talas di gubuk alang-alang, kemudian bermeditasi. Sambil menunggu rebusan talas, dia menenangkan diri, dan hendak bermeditasi sejenak, begitu memasuki samadhi, jika Anda mempertanyakan lamanya, tentu saja sangat lama, namun jika dikatakan sebentar, dia sendiri memang merasa sangat singkat, sebab begitu dia memasuki samadhi, berarti telah memasuki kondisi sunya, dan sepenuhnya tiada keinginan untuk keluar dari samadhi.
Begitu kedua matanya terbuka, ternyata talas itu telah berjamur, api telah padam, tumbuh jamur pada talas, coba Anda pikirkan sendiri, berapa lama dia bersamadhi? Oleh karena itu, kemampuan dhyana samadhi Sthavira Xuyun sangat tinggi, dia merasa hanya sebentar saja, namun sesungguhnya telah lewat berhari-hari.
Kemampuan dhyana samadhi yang benar-benar mendalam, berarti telah memasuki sunya, sebuah kondisi ketiadaan ruang dan waktu. Saat yang terbaik untuk keluar dari samadhi adalah ketika merasakan sukha, merasa damai dan terang, ketika tidak buyar, saat itulah keluar dari samadhi, inilah yang diajarkan oleh Guru Sesepuh kepada kita.
Jika terasa pegal, pinggang pegal, punggung pegal, kaki terasa tidak nyaman, pikiran bercabang, ini adalah meditasi yang paling buruk. Begitu duduk, Anda tidak sanggup memusatkan pikiran, pikiran terus berputar-putar, terus bercabang. Sebuah pikiran timbul, setelah sirna, disusul dengan pikiran yang lain. Pikiran yang ini belum sirna, muncul pikiran yang ketiga, berbagai macam pikiran terus silih-berganti, ini yang paling buruk.
Berikutnya adalah sangat letih, begitu Anda duduk bermeditasi, Anda merasa kelelahan, “Guru meminta kita untuk bermeditasi setiap hari, sungguh melelahkan! Hanya duduk mengosongkan pikiran, entah apa manfaatnya.” Ini yang paling celaka.
Yang masih belum terbiasa, begitu duduk, kakinya kesemutan, tidak bisa berdiri lagi, di sana-sini terasa sakit, ini merupakan meditasi yang paling buruk. Yang terutama adalah pikiran Anda tidak dapat dipusatkan, malah kacau-balau. Setelah Anda mencoba untuk bermeditasi sekali, dua kali, “Cukup sudah! Aku tidak mau latihan lagi!” Itu artinya tidak merasakan sukha, tidak merasakan sensasi ringan dan tenteram, tiada terang, meditasi semacam itu tidak masuk hitungan.
Oleh karena itu dalam tiap meditasi, kita perlu menjalani: “Memasuki aku, dan aku memasuki.”, Buddha dan Bodhisattva mengabhiseka dengan Dharmapati, dan ini terjadi tiap kali bermeditasi. Sangat ringan, diri Anda dibersihkan, diterangi. Sinar masuk, air suci masuk, membersihkan Anda, ini adalah hasil dari ketekunan bhavana. Saat itu Dharmapati akan membersihkan Anda, kemudian Anda keluar dari samadhi, ini adalah yang “Ichiban” (nomor satu).
Terang Buddha menyinari Anda, Anda merasa sangat nyaman, saat itu baik untuk keluar dari samadhi.
Ketika Anda merasa tenang dan damai, hati memancarkan sinar, saat itu baik untuk keluar dari samadhi.
Om Mani Padme Hum.