Kita lanjutkan pengulasan Triaksara “Om A Hum”.
Sebelumnya kita telah membahas aksara “Om” yang berarti menyerap masuk, semua Adhinatha alam semesta memasuki diri Anda. “A” berarti menetap dan mempertahankan, membawa-Nya masuk, kemudian menetap selamanya, inilah menetap dan mempertahankan.
Bukan hari ini masuk, beberapa saat kemudian melepas-Nya. Melainkan setelah masuk, kemudian menetap selamanya dalam tubuh dan batin Anda, inilah menetap dan mempertahankan.
Oleh karena itu saya mengatakan, ketika dada Guru Padmasambhava dibelah, di dalamnya terdapat mandala, ratusan Istadevata santham ada di dalamnya, demikianlah hasil bhavana-Nya.
Setelah menetap dan mempertahankan, maka tubuh dan batin Anda menjadi sebuah mandala, para Adhinatha berada dalam diri Anda, ada di mandala dan tidak terpisahkan, inilah makna dari aksara“A”, yaitu menetap dan mempertahankan.
Ketika kita menekuni Bhadrakumbhaprana (Pernapasan Botol), menghirup napas, satu hirupan napas berarti menghirup alam semesta, menghirup semua terang murni. Prana atas menekan ke bawah, dan prana bawah mengangkat, membentuk sebuah ratnakalasa (botol pusaka), ini adalah menahan prana, sesungguhnya merupakan menetap dan mempertahankan, yaitu aksara “A”. Saat itu prana tidak akan buyar, tidak bergerak, prana atas menekan dan prana bawah mengangkat, membentuk ratnakalasa, sebuah kondisi yang sepenuhnya tak tergoyahkan, inilah aksara “A”.
Sungguh baik apabila Anda dapat bersadhana sampai kondisi ini. Ketika di Hong Kong, Mahaguru mengabhiseka rupang Buddha raksasa di Tiantan dengan cara meditasi, saya bermeditasi di dalam hotel, membuka cakra ajna, di dalamnya terdapat sebuah mandala mikro, di sana terdapat bhiksu Kumara yang sedang melafal sutra dan melakukan pengundangan.
Kemudian memancarkan sinar dan melesat keluar melalui ubun-ubun, melakukan pengundangan, terlebih dahulu Ia memasuki tubuh dan batin Mahaguru, kemudian keluar kembali, menjadi seberkas sinar, dan memasuki rupang Buddha raksasa di Tiantan, demikianlah abhiseka rupang.
Terlebih dahulu mengundang, membuka Pintu Langit, di dalamnya terdapat Kumara yang sedang melafal sutra dan melakukan pengundangan, setelah Istadevata turun hadir, sinar dipancarkan keluar dan melesat memasuki rupang Buddha raksasa di Tiantan, inilah abhiseka rupang.
Demikian pula dengan abhiseka di True Buddha Diamond Temple of New York (Jingang Leizangsi / 金剛雷藏寺), saya berada di hotel, pada mulanya hendak mengabhisekanya ketika tiba di vihara, namun akhirnya saya telah terlebih dahulu mengabhisekanya. Begitu terbangun, tiba waktunya abhiseka, langsung duduk bermeditasi, melakukan pengundangan, dan memancarkan seberkas sinar, inilah abhiseka mandala.
Anda mesti memiliki kemampuan demikian, dalam tubuh Anda harus ada mandala. Untuk melakukan penekunan memunculkan mandala dalam tubuh, Anda dapat mengundang para Adhinatha alam semesta, mengundang Istadevata Anda sendiri, mengundang Guru dan Dharmapala, memasuki mandala di dalam tubuh Anda.
Apakah di dalam tubuh Anda terdapat mandala? Ada jantung, lever, limpa, paru-paru, ginjal, ada kotoran, ada air seni. Apabila masih sangat kotor, batin tidak bersih, bagaimana Anda bisa mengundang Buddha dan Bodhisattva yang sangat suci untuk memasuki diri Anda dan selamanya menetap bersama Anda?
Selama lobha, dosa, dan moha dalam hati belum disingkirkan, selama masih terdapat pikiran serakah, kebencian dan kebodohan, Anda tidak mungkin meminta Buddha dan Bodhisattva menetap di dalam sarang laba-laba, di mana-mana adalah kekotoran.
Di Diamond Temple New York, ada seorang saudari Sedharma yang bermarga Zhang dan bernama Xixi (homofon dengan sangat kotor). Buddha dan Bodhisattva masuk ke dalam mandala diri Anda, namun mandala diri Anda tidak bersih, sangat kotor, Ia tidak mungkin menetap dan bertahan, aksara “A” tidak akan timbul, tidak akan bisa beryukta dengan aksara “A”.
Untuk melakukan pengundangan, Anda mesti beryukta dengan aksara "Om". Ia turun dan melihat, wah! Di dalamnya penuh dengan 'money', Anda serakah akan bau uang, Ia tidak akan menetap, sehingga Anda tidak akan bisa beryukta dengan aksara “A”.
Oleh karena itu, Anda mesti membersihkan tubuh dan batin, mendirikan dan mempersiapkan mandala batin dengan sebaik-baiknya, supaya Buddha dan Bodhisattva senantiasa menetap di dalamnya, inilah aksara “A”.
Terakhir adalah aksara “Hum” yang berarti melebur menjadi satu. Pada mulanya Anda berbeda dengan semua Istadevata Prajna, setelah menjalani bhavana, kelak ketika Anda menjulurkan tangan, berarti Istadevata Prajna juga sedang menjulurkan tangan. Rupa Anda akan semakin mirip dengan Istadevata Prajna, dan akhirnya menjadi sama persis dengan Buddha dan Bodhisattva. Tiap ucapan Anda sangat murni, pikiran juga murni, tubuh juga murni, segala perbuatan Anda pun menjadi murni.
Saat itu, dalam satu jentikan jari adalah “Hum”, Anda sepenuhnya menyatu dengan Istadevata Prajna, antara Anda dengan mandala tiada perbedaan. Anda sendiri merupakan Istadevata, merupakan Buddha dan Bodhisattva, saat itulah disebut sebagai “Hum”, sepenuhnya menyatu, sepenuhnya lebur dengan-Nya.
“Om A Hum” tiga aksara ini sungguh menakjubkan, bermakna menyerap masuk, menetap selamanya, dan lebur. Peleburan ini mengandung makna yang sangat luas. Aksara “Hum” menggelegar menghancurkan tubuh diri sendiri, tiada lagi diri. Setelah diri ini tiada, menjadi apa? Menjadi Vajrasattva, menjadi Guru Padmasambhava.
Sekali menggelegar, langsung menghancurkan batasan luar dan dalam tubuh Anda. Aksara “Hum” telah menghancurkannya, Anda sepenuhnya manunggal dengan alam semesta, batasan luar dan dalam telah hancur, inilah “Hum”.
Om Mani Padme Hum.