505 - Lingkungan Bhavana Mahamudra (1)
Kita bahas lingkungan bhavana Mahamudra.
Dalam ekagrayoga dikatakan, yang terbaik adalah menekuni bhavana di pertapaan. Nisprapanchayoga perlu menetap di pedalaman gunung. Samarasayoga boleh menetap di pusat kota. Dan yang terakhir, Abhavanayoga, menetap di angkasa, inilah lingkungan bhavana Mahamudra.
Ekagrayoga memerlukan pertapaan, pada zaman dahulu para sadhaka akan melakukan tapa terlebih dahulu. Contohnya adalah Guru Padmasambhava, pertapaan-Nya sangat banyak. Dapat dikatakan, Beliau menekuni bhavana sembari berkelana di banyak negeri.
Pertama adalah Uddiyana, kemudian Ia meninggalkan Uddiyana, dan menekuni bhavana di Khotan. Beliau juga pernah berada di Bangladesh dan Nepal. Guru Padmasambhava bahkan pernah berkunjung ke Gunung Wutai di Tiongkok. Beliau juga menekuni bhavana di India, sebab Beliau diupasampadakan oleh Arya Ananda dan Mahakasyapa. Masih banyak lagi negeri tempat Beliau menekuni bhavana. Beliau menekuni bhavana di sitavana. Apa itu sitavana? pemakaman.
Pemakaman di zaman itu tidak sama dengan saat ini, zaman sekarang seperti kebun yang sangat rapi, bahkan di malam hari dapat berjalan-jalan bersama kekasih, pemakaman semacam ini tidak ada di zaman itu.
Pemakaman di India, sama seperti tempat kremasi, jenazah diletakkan berjajar di tangga, menunggu giliran untuk dikremasi. Jenazah itu dibalut dengan kain, kemudian ditata berjajar.
Di India, ketika berada di dalam bus, kemudian memandang ke luar jendela, Ya Tuhan! Di pinggir bus ada orang yang sedang mendorong gerobak yang mengangkut dua jenazah. Di atasnya ditaburi banyak bunga kuning dan kalung bunga. Seakan tidak percaya ada yang menggunakan gerobak mengangkut jenazah di jalanan.
Sitavana di India memang demikian, mereka meletakkan jenazah secara sembarang. Guru Padmasambhava menekuni bhavana di sitavana, Beliau pernah mengunjungi sitavana di berbagai negeri. Itu adalah tempat yang paling baik untuk bertapa, tidak akan ada orang yang mengganggu.
Oleh karena itu lokasi bhavana orang zaman dahulu berbeda dengan kita saat ini. Dalam riwayat Guru Padmasambhava ada tertulis, ketika melakukan tapa, Guru Padmasambhava mengenakan mahkota lima tengkorak. Tubuh mengenakan kulit jenazah dan kulit hewan buas. Wajah dan tubuh-Nya diolesi dengan abu sisa pembakaran jenazah. Singasana Dharma terbuat dari tumpukan mayat. Perhiasan-Nya adalah tengkorak yang dirangkai dengan tali.
Apa makna dari Bhavana Guru Padmasambhava tersebut? Melampaui hidup dan mati. Menyingkirkan klesha akan berbagai materi, tiada lagi materi. Menekuni bhavana dengan melihat hidup sebagai mati, meski hidup, ketika Beliau memusatkan perhatian, sepenuhnya memandang diri sendiri telah mati, melepas semua klesha hidup dan mati. Melalui bhavana yang demikian, barulah Anda dapat memperoleh keberhasilan sejati.
Guru Padmasambhava berbhavana di smasana atau sitavana. Kepala mengenakan tengkorak, tubuh juga mengenakan untaian tengkorak. Khatvanga Guru Padmasambhava juga berhiaskan tiga tengkorak, tengkorak tersebut dirangkai di khatvanga.
Mangkuk yang digunakan untuk minum, terbuat dari tempurung kepala. Lihatlah kapala di tangan-Nya. Di bagian sini ada tiga tengkorak (Mahaguru memperagakan), di bagian sini adalah rangkaian tengkorak. Di atas kepala juga tengkorak, di bagian bawah adalah mayat, jubah terbuat dari kulit jenazah, tubuh berbalur abu jenazah.
Bhavana yang demikian benar-benar terpusat. Sepenuhnya tiada konsep materi, menekuni sadhana di pekuburan. Tempat-tempat seperti Bangladesh, Khotan, India, Nepal dan Uddiyana, semenjak dahulu telah sangat terbelakang, pemakaman ditinggali oleh sekawanan burung hering pemakan bangkai.
Di Tibet juga sama, oleh karena itu sampai saat ini di Tibet masih ada pemakaman langit. Daging jenazah diberikan sebagai makanan burung hering, terlebih dahulu dagingnya dikerat, kemudian dilemparkan ke arah burung hering yang kemudian menukik tajam untuk menangkap dan memakannya.
Di lingkungan yang paling buruk, barulah dapat memusatkan perhatian. Pondok Tapa di Rainbow Vila masih termasuk nyaman. Mengenai bhavana di pemakaman, saya tidak meminta kalian semua untuk pergi ke sana. Malam hari ini semua bersadhana di pemakaman, keesokan harinya, begitu pulang, raut wajahnya menghitam, membiru, semua kesambet, ini justru akan merepotkan.
Bhavana sadhaka zaman dahulu memang berbeda, di manakah Mahaguru berjumpa dengan Guru Padmasambhava? Di makam kuno, berjumpa di dalam gua makam kuno. Lihat dalam buku Mahaguru ‘Dzogchen’, ada tertulis, kami berjumpa di dalam gua di sebuah makam kuno.
Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.