512 - Maravinashana Mahamudra Sadhana (2)
Kita membahas Mahamudra untuk Menghancurkan Rintangan Mara.
Sebelumnya kita telah membahas fenomena kerasukan mara, dan penyebab kerasukan mara, mengapa seseorang bisa kerasukan mara? Terutama adalah karena pikiran sesat. Anda melekati pikiran sesat, sehingga mara sangat mudah merasuki.
Oleh karena itu, metode pertama untuk menghancurkan rintangan mara adalah ‘mematahkan’. Mematahkan pikiran sesat Anda, maka mara akan sirna.
Sering saya katakan, apa itu metode mematahkan? Apakah dengan cara menebasnya dengan pisau? Tidak dapat dipatahkan dengan cara ini. Dalam Tantra ada metode mematahkan, bagaimanakah itu? Menjapa sebuah mantra untuk mematahkannya.
Bagaimanakah mantra untuk mematahkannya? Yaitu “Pei!”, artinya adalah menghancurkan. Ketika muncul pikiran sesat, “Pei!”, hancurkan! Langsung menjadi sunya, langsung terhenti, dan telah terpatahkan.
Tekun menjapa mantra ini dapat mengikis rintangan karma diri sendiri. Mantra ini mirip dengan makian, “Pei!”, yang artinya mengusir. Sesungguhnya adalah mengusir diri sendiri, bukan mengusir orang lain. Jika Anda terus mengucap: “Pei! Pei! Pei!”, orang akan mengatakan: “Orang ini sungguh….”
Sesungguhnya “Pei!” berarti mengusir pikiran Anda. Saya juga sering mengatakan, beberapa orang meminta petunjuk saya, saya jawab: “Tidak usah dipedulikan.” Tidak usah mengacuhkannya, tidak perlu memikirkan baik atau buruk, jangan menganggap pikiran tersebut sebagai buruk. Tidak usah dipedulikan, lama-kelamaan dia akan sirna dengan sendirinya, ini adalah metode mematahkan.
Saya sering katakan bahwa dalam Tantra ada visualisasi. Ada siswa yang dalam bervisualisasi, yang muncul bukan sesuatu yang hendak divisualisasikan, yang muncul justru yang tidak ingin dilihatnya, ini sungguh merepotkan.
Ketika Anda hendak memvisualisasikan Avalokitesvara Bodhisattva berada tepat di hadapan, Avalokitesvara Bodhisattva tidak muncul tepat di hadapan, Beliau muncul membelakangi Anda. Bagaimana ini?
Siswa itu sering bertanya pada saya: “Bagaimana ini? Berharap Avalokitesvara Bodhisattva berdiri dengan agungnya di hadapan Anda, akhirnya justru selalu membelakangi Anda.” Bagaikan pepatah, orang yang dikenal justru tidak memedulikan Anda. Bagaimana ini?
Saya memberitahunya: “Tidak usah dipedulikan.” Jangan menganggapnya sebagai tidak baik. Saya menekankan: “Jangan menganggap pikiran tersebut sebagai tidak baik, sekalipun Beliau membelakangi Anda, tidak masalah. Tidak apa, tiada konsep baik dan buruk, dengan demikian Anda tidak akan melekat, dan tidak akan kerasukan mara.”
Apabila Anda melekati bahwa bagian depan adalah baik, dan bagian belakang adalah buruk, Anda akan repot sendiri, sebab pikiran itu akan sering muncul. Ketika Anda melihat bagian belakang-Nya, tiada persoalan, jangan khawatir, lanjutkan sadhana seperti biasa. Karena tidak Anda pedulikan, lama-kelamaan ia akan sirna. Justru karena Anda memedulikannya, maka dia akan makin mengikat erat-erat, dan pada akhirnya Anda akan jatuh.
Dahulu saya pernah mengalaminya, ketika sedang melakukan dana amrta, melafal Gatha Garuda: “Garuda, para makhluk halus gentayangan, raksasa, dan Hariti, semua terpuaskan oleh amrta.”, kemudian saya menebarkan air tersebut, “Om. Mudi. Suoha. Om. Mudi. Suoha. Om. Mudi. Suoha. “
Tiap kali saya melafal: “Burung Gadura.”, memvisualisasikan Garuda terbang menghampiri. Secara tidak berwujud, tiba-tiba melesat sebatang anak panah, memanah Garuda, tentu saja ini adalah pikiran yang tidak baik, akhirnya dia tewas terpanah.
Sebenarnya saya hendak mengundang Garuda untuk datang makan persembahan dari saya, tak disangka muncul pikiran tidak baik, meluncurkan sebatang panah, dan memanahnya sampai tewas. Sebenarnya hendak memberi persembahan, justru menjadi memanahnya sampai tewas, bukankah ini buruk?
Saya sendiri tidak bisa mengatasinya, saya sangat panik, akhirnya, terpikirkan cara untuk mengalihkannya, karena panah ini terus melesat, apa boleh buat… Tak disangka lambang Amerika, seekor elang, kedua cakarnya mencengkeram dua batang anak panah. Saya pikir: “Tidak apa, biarkan panah itu melesat!” Ketika panah itu melesat, Garuda menangkapnya dengan cakarnya, berubah menjadi lambang negara Amerika, Garuda nampak makin agung, ini adalah metode pengalihan.
Anda mesti memikirkan cara untuk mengatasinya, atau tidak usah memedulikannya. Bagaimana mara bisa muncul? Sebab pikiran sesat Anda muncul, penyebabnya adalah rintangan karma dari banyak kehidupan yang lampau, semua muncul dari pikiran sesat.
Gunakan metode pengalihan, transformasikan, Garuda mencengkeram dua anak panah yang dilesatkan, berubah menjadi lambang negara Amerika, nampak sangat agung, baik sekali. Dengan demikian Anda telah mengatasi pikiran sesat tersebut.
Anda juga boleh tidak mengacuhkannya, tidak usah peduli, bagaimana jika telah terpanah? Jangan dikira sebagai suatu yang buruk, seberangkan dia. Anda mesti memikirkan cara untuk mematahkan pikiran sesat tersebut, “Pei!” ia pun terpatahkan. Banyak orang yang kerasukan mara, penyebabnya adalah karena tidak sanggup mematahkan pikiran sesat, sebab pikiran sesatnya sangat mendalam. Jika tidak sanggup mematahkannya, maka alihkan, apabila sanggup mematahkannya, maka usahakan untuk mematahkannya, atau tidak usah dipedulikan, tidak memedulikannya juga tergolong sebagai cara untuk mematahkannya.
Dengan demikian, jiwa dan raga Anda akan tenteram, kendalikan diri sendiri, mesti sepenuhnya sanggup mengendalikan diri, dengan demikian Anda tidak akan terseret oleh pikiran sesat. Apabila Anda terseret oleh pikiran sesat, maka Anda akan masuk ke alam mara. Pikiran buruk merupakan upaya mara untuk menyeret Anda. Patahkanlah, dengan demikian Anda tidak akan terjerumus ke dalam alam mara. Ini adalah metode yang pertama.
Dalam Ekagrayoga, ini adalah metode yang pertama, asalkan dapat mematahkan pikiran sesat, maka mara pun juga terpatahkan. Oleh karena itu, cara untuk mematahkan rintangan mara adalah menghentikan pikiran sesat, berarti mara juga telah dihentikan, tiada lagi mara, inilah metode penghentian. Metode mematahkan ini disebut juga sebagai metode penghentian. Sebuah mantra dalam Tantra, “Pei!” maka dia pun terhenti.
Om Mani Padme Hum.