518 - Samarasayoga (2)
Kita lanjutkan pengulasan samarasayoga.
Sebelumnya kita telah membahas ‘teleportasi air’, sebenarnya teleportasi air merupakan kondisi samarasa. Tentu saja ini merupakan suatu hal yang magis dan luar biasa dari Dao. Manusia manunggal dengan air, dan ke mana pun pikiran seseorang diarahkan, maka dia pun dapat mencapainya, ini adalah ‘teleportasi air’.
Oleh karena itu ada sebuah novel mistik yang menyebutkan seseorang yang mengambil setetes air, kemudian menjentikkannya ke angkasa, secara perlahan-lahan air itu pun menjadi banyak, dan dia pun berada dalam air. Begitu dia berpikir: “Saya ingin mencapai Pantai Timur.” Dia pun tiba di Pantai Timur. “Saya ingin mencapai Pantai Barat.” Dia pun tiba di Pantai Barat, perjalanan astral melalui air sangat lah cepat, ilmu ini disebut ‘teleportasi air’, dan ada dalam Dao.
‘Teleportasi air’ dalam Buddhisme adalah demikian, dia memvisualisasikan air memasuki tubuhnya, dan sekujur tubuhnya berubah menjadi genangan air. Ini tercatat dalam pustaka Buddhis, ada seorang siswa, dia melihat gurunya sedang melatih ‘teleportasi air’, secara diam-diam dia membuka kamar Sang Guru untuk melihatnya, tubuh Sang Guru sudah tidak nampak, dalam ruang meditasinya hanya ada genangan air, sebab Sang Guru telah memvisualisasikan dirinya berubah menjadi genangan air.
Siswa itu merasa heran: “Kemana perginya Guru?” Di ruang meditasi hanya ada genangan air, dia pun melemparkan sebuah batu ke dalam air. Ketika Sang Guru keluar dari samadhi, beliau mendapati dalam tubuhnya terdapat sebongkah batu yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman, ternyata itu adalah perbuatan siswanya. Satu-satunya cara, beliau mesti memasuki visualisasi air, berubah menjadi genangan air, kemudian siswa itu mesti mengambil batu tersebut, dengan demikian ketika beliau keluar dari samadhi, beliau pun akan sembuh.
Saya membaca dalam pustaka Buddhis benar-benar tercatat peristiwa nyata ini, ini adalah samarasa, Anda telah manunggal dengan air, “Sadhana Visualisasi Air” benar-benar menakjubkan.
Oleh karena itu, seperti yang pernah saya katakan, ketika kita melakukan Sadhana Visualisasi Air, memasuki danau, ikan berenang ke sana - kemari, ketika seekor ikan sedang berada di tengah, mendadak Anda keluar dari samadhi, akhirnya Anda makan ‘sashimi’! Ini adalah ‘Sadhana Visualisasi Air’, ini semua sudah tergolong kondisi samarasa.
Kita juga membahas pertanyaan seorang siswa: “Bagaimana melebur dengan gunung?” Ini ada dalam Tantra, Anda membentuk Mudra Gunung, sesungguhnya ini adalah Mudra Pancajnana, boleh juga membentuk Mudra Gunung. Bentuklah Mudra Gunung, visualisasikan sebuah gunung, visualisasi diri sendiri berubah menjadi megah bagaikan Gunung Sumeru, kemudian menjapa: “Om. Wu Lun Ni. Suoha.” untuk memperkukuh visualisasinya, dengan demikian Anda menjadi tak tergoyahkan bagai gunung.
Saya sendiri, ketika bersadhana, memvisualisasikan diri sendiri menjadi sebuah gunung, membentuk Mudra Gunung, dan menjapa: “Om. Wu Lun Ni. Suoha. Om. Wu Lun Ni. Suoha. Om. Wu Lun Ni. Suoha.” Diri ini berubah menjadi sebuah gunung.
Pikiran Anda adalah gunung, mantra adalah gunung, mudra adalah gunung, secara tak berwujud, Anda telah menjadi sebuah gunung, dengan demikian telah melebur dengan gunung. Ini adalah samarasa, samarasa dengan gunung. Apabila Anda senantiasa menekuninya, maka Anda menjadi tak tergoyahkan bagai gunung.
Seperti ketika Mahaguru hendak berkunjung ke Negeri Buddha, Anda mengatakan: “Di manakah Negeri Buddha?” Saya mengambil sebuah pena, kemudian menggambar sebuah pintu di tembok, kemudian menulis: “Tembus menuju ke Negeri Buddha.”, Anda membuka pintu itu, dan masuk, maka Anda pun tiba di Negeri Buddha, sesederhana ini, asalkan Anda memahami samarasayoga.
Nanti saya akan menuliskan mengenai suatu ketika dari Mandalasala saya kembali ke Danau Phantom, dari Danau Sammamish kembali ke Danau Panthom, ketika berkendara, saya melebur dalam alam lain, dan ketika saya keluar dari samadhi, mobil telah berada di depan rumah. Di alam tanpa wujud, meskipun tubuh Anda sedang berkendara, kesadaran Anda telah melebur dalam Negeri Buddha yang sangat rahasia, ini adalah samarasa.
Ketika berkendara juga bisa bersamadhi, namun Anda jangan mencobanya. Jelas-jelas sedang berkendara, namun Anda telah melebur di alam lain, coba Anda pahami. Ketika Anda mencapai Gunung Wutai di Shanxi, Mahaguru juga pergi ke sana, apa itu Wutai (Lima Puncak)? Yaitu lima kucir Manjusri Bodhisattva, satu, dua, tiga, empat, lima. Yaitu ‘head’ atau kepala dari Manjusri Bodhisattva, mengapa Gunung Wutai disebut sebagai Gunung Lima Puncak? Sebab Manjusri Bodhisattva adalah Kumara Lima Kucir? Satu, dua, tiga, empat, lima. Lima kucir dari Manjusri Bodhisattva berubah menjadi lima puncak, hanya saja orang tidak mengetahui hal ini.
Beliau mempunyai Alam Suci Vajra di Gunung Wutai, apakah Anda dapat melihatnya? Ketika kita tiba di Taihuaizhen, Anda mengatakan: “Kita datang untuk bernamaskara di Gunung Wutai.” Dari tempat yang paling tinggi, saya terus bernamaskara sampai ke bawah, tiap melihat Bodhisattva selalu bernamaskara, melihat Buddha selalu bernamaskara, setiap melihat Manjusri Bodhisattva selalu bernamaskara, terus bernamaskara sampai ke bawah. Namun, di manakah Alam Suci-Nya? Tahukah Anda?
Apabila Anda ingin memasukinya, sangat mudah, Beliau mempunyai sebuah Alam Suci, disebut: Alam Suci Gua Vajra, Manjusri Bodhisattva ada di dalam. Anda ingin masuk, sangat mudah, ambil sebuah pena, ketuk sekali (Mahaguru memperagakan), Anda pun masuk, kelak kalian dapat mencobanya.
Ini adalah kondisi samarasa, asalkan hati Anda terhubung dengan Manjusri Bodhisattva, Anda menekuni Sadhana-Nya dan telah berkontak yoga, begitu Anda bersamadhi, Manjusri Bodhisattva akan hadir, Gua Vajra akan muncul, dan Anda pun dapat memasukinya.
Demikianlah kondisi samarasa, sangat mudah untuk mencapai Gua Vajra Alam Suci Manjusri Bodhisattva. Bahkan orang yang tinggal di Gunung Wutai pun belum tentu dapat memasuki Gua Vajra. Cukup satu ketukan, samarasa, dan Anda pun masuk.
Om Mani Padme Hum.