525 - Nisprapancayoga (1)
Hari ini kita mengulas nisprapancayoga.
Nisprapancayoga membahas apa yang Anda tekuni di dalamnya, berdasarkan arti kata, meninggalkan permainan, dan tidak melihat permainan. Tiada lagi diri yang bermain dan diri yang melihat permainan. Meninggalkan berbagai prapanca, inilah makna dari nisprapancayoga.
Namun dia juga mengandung makna intrinsik, bhavana pertama di dalamnya disebut “Tiada baik dan buruk”. Ketika saya mulai mempelajari Buddhisme, saya dikejutkan oleh kata ini. Kenapa Patriark ke-6 Huineng mengatakan: “Tidak memikirkan baik dan buruk.”, saya tidak bisa memahaminya.
Begitu saya baca, nisprapancayoga menyatakan: “Tiada baik dan buruk”, saya juga tidak bisa memahaminya. Saya mengatakan, sebagai seorang manusia, kita mesti berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk, harus demikian. Mengapa tiada baik dan buruk? Ini sangat sukar untuk dimengerti.
Kemudian, saya melakukan perenungan yang lebih mendalam untuk hal ini. Apabila Anda melekat pada baik, ini juga merupakan kemelekatan. Melekat pada buruk, ini juga merupakan kemelekatan.
Kebaikan sendiri ada akibatnya, disebut sebagai akibat baik. Keburukan sendiri juga ada akibatnya, disebut akibat buruk. Akibat baik adalah berkah, sedangkan akibat dari karma buruk adalah malapetaka.
Menurut orang pada umumnya, di antara baik dan buruk, semua mengajarkan supaya kita memilih yang baik, dan meninggalkan yang buruk. Mengapa nisprapancayoga mengajarkan supaya kita tiada baik dan buruk? Saya merenungkannya, terus merenungkan persoalan ini.
Yang terutama, ia ingin supaya Anda tidak membedakan, dengan demikian Anda baru bisa bersamadhi. Saat Anda hendak bersamadhi, apabila muncul pikiran baik, Anda akan dijerat olehnya. Ini adalah sebuah filosofi yang sangat tinggi, kebenaran di dalamnya tidak mudah untuk dipahami.
Di halaman belakang Rainbow Vila, saya melihat sarang semut, sarang itu sangat tinggi, setinggi manusia, mereka mendirikan sarang laksana gedung ratusan lantai, banyak semut yang berlalu-lalang. Mereka berjalan kesana-kemari memindahkan beras atau bahan makanan. Dari situ saya menyadari, apa itu baik. Dalam bayangan saya, raja dari sarang semut, disebut: William, ia bersumpah kepada semua penduduk negeri semut: “Negeriku ini adalah yang terbesar, saya telah mendirikan apartemen ratusan lantai untuk ditinggali oleh semua semut, pahala saya sangat besar. Di mana pun ada kesukaran, saya akan mengutus penduduk negeri semut untuk mengirimkan bahan makanan menolong negeri lain yang miskin.”
Gedung ratusan lantai itu sungguh tinggi, setinggi manusia, di dalamnya ada banyak semut yang menggali kesana kemari.
Suatu hari, terjadi banjir di Rainbow Vila, gedung negeri semut pun roboh. Raja William sangat marah: “Pahala saya demikian besar, kenapa langit menurunkan air bah untuk menghanyutkan saya? Langit tidak adil!”
Raja William dari negeri semut di belakang Rainbow Villa, ukurannya hampir sebesar ibu jari, seekor semut hitam yang sangat besar. Dia bersumpah kepada seluruh penduduk, dia adalah raja teragung di antara negeri semut di seluruh dunia, dia memiliki pahala terbesar, dia telah mengulurkan bantuan kepada banyak negeri miskin di dunia.
Merenungkan hal ini, saya pun menyadarinya. Menurut Anda, seberapakah besarnya pahala Raja William dari negeri semut? Dalam pandangan kita umat manusia, kita akan merasa: “Jasa apa yang dimiliki oleh seekor semut?”
Dengan demikian, Anda dapat memahami, besarnya pahala dari Kaisar Liang yang telah membangun 460 vihara. Saat dia bertanya kepada Bodhidharma, Bodhidharma menjawab: “Tiada pahala.”
Selanjutnya, coba Anda renungkan, bukankah dunia ini ibarat sebutir pasir, Anda mendirikan rumah di atas pasir, Anda mengangkut beras kesana-kemari. Di jagat raya ini, dalam pandangan Buddha, berapa besarnya pahala Anda?
Demikianlah, setiap hari saya mengamati negeri semut. Apa itu baik? Apa itu buruk? Apa yang disebut dengan baik? Apa yang disebut dengan buruk?
Menurut saya, ketenangan batin adalah baik, hati yang tenteram adalah baik. Apa itu buruk? Anda bertentangan dengan hati, hati Anda tidak tenang, inilah buruk.
Oleh karena itu, dapat menenangkan hati adalah baik. Anda yang menekuni meditasi, berbagai perbuatan baik lahiriah tiada pahala apa pun, setelah melakukannya, Anda melupakannya.
Tentu saja kita tidak boleh meminta orang untuk tidak berbuat baik, semua tetap harus berbuat baik, sebab berbuat baik dapat menenteramkan hati. Namun Anda tidak perlu membedakan baik dan buruk, setelah Anda berbuat baik, Anda membedakan yang buruk, sehingga timbul rasa benci dalam hati Anda, ini tidak baik.Jangan melekat pada baik, lakukan perbuatan baik, namun jangan melekatinya, inilah kebaikan yang sejati.
Om Mani Padme Hum.