Hari ini kita membahas daya abhiseka Acarya.
Sebelumnya kita telah membahas perihal penganugerahan Abhiseka Acarya, dengan kata lain, kita tetap sangat menghargai adanya orang yang berbakat untuk menjadi seorang Acarya, persilakan ia tampil dan kita memberinya Abhiseka Acarya.
Namun syarat sebagai seorang Acarya sangat penting. Yang terutama, Anda mesti memiliki pengetahuan Buddhisme yang sangat mendalam, dan tekun membina diri. Berikutnya, Anda mesti memiliki kemampuan Berdharmadesana, untuk menuntun para insan. Anda mesti bisa menyeberangkan diri sendiri dan para insan. Asalkan Anda menunjukkan ini semua, maka seorang Mulacarya pasti akan memerhatikan siswa tersebut.
Syarat yang lain adalah diri sendiri harus memiliki sraddha yang kukuh. Terhadap aliran dan Mulacarya, bisa sepenuh hati menjalankan kewajiban Anda. Selain itu, Anda memiliki kesadaran yang sangat tinggi. Apakah moral Anda, hati Anda, pelatihan hati, dan kesadaran Anda sudah luar biasa baik? Ini merupakan syarat lain yang mesti dipertimbangkan.
Sesungguhnya seorang Mulacarya senantiasa memerhatikan siswa. Bukan karena persyaratan yang sangat tinggi, maka lebih baik tidak ada yang ditahbiskan menjadi Vajracarya, bukan demikian. Setiap saat selalu memerhatikan siswa, peduli kepada siswa.
Jika ada orang yang berbakat seperti itu, maka kita juga tidak akan melepaskannya satu pun. Jadi terus dipertimbangkan dan diamati. Kita pasti terus membina orang yang berbakat menjadi seorang Acarya yang baik, dan berharap supaya dia bersedia menerima Abhiseka Acarya.
Hari ini mengulas daya abhiseka Acarya, seorang Acarya sejati, ketika ia melakukan abhiseka, ketiga tubuh pasti manunggal. Kesadaran Tertinggi Alam Semesta, Dharmakaya yang tertinggi, Sambhogakaya yang ia undang dari angkasa, dan nirmanakaya atau dia sendiri, ketiganya manunggal untuk mengabhiseka, dapat menghasilkan sebuah kekuatan. Begitu kekuatan ini timbul, maka kita menyebutnya abhiseka yang mengandung pencapaian, disebut abhiseka yang berdaya.
Sebuah abhiseka mesti mengandung daya Kesadaran Alam Semesta, daya dari orang yang menerima abhiseka, dan daya dari abhiseka seorang Acarya. Ketika daya ini berpadu, maka abhiseka ini disebut sebagai abhiseka yang mengandung pencapaian.
Acarya yang memiliki pencapaian pasti dapat menghasilkan abhiseka yang mengandung daya pencapaian. Bila tidak, akan menjadi sebuah ritual belaka. Hal ini patut diungkapkan dalam pembahasan daya abhiseka Acarya.
Dahulu saya berkunjung ke PTT Buddhist Society di Vancouver untuk memberikan abhiseka Sadhana Ratnakalasa Raja Naga. Pernah suatu ketika pergi ke laut untuk mempersembahkan ratnakalasa. Naga muncul di angkasa, bermanifestasi menjadi seekor naga, ada di langit PTT Buddhist Society. Kepala naga, mata naga, dan jenggot naga terlihat sangat jelas.
Selain itu, pernah suatu ketika melakukan Sadhana Ratnakalasa Raja Naga, mempersembahkan ratnakalasa kepada Raja Naga di laut. Pada hari itu langit mendung, di sisi gunung ada banyak awan. Begitu potret diambil, nampak seekor naga yang membelit gunung tersebut, ini menandakan kemampuan yang ada.
Kadang kala ketika kita melakukan abhiseka, muncul pelangi di angkasa, itu merupakan manifestasi dari energi. Muncul pelangi tepat saat dilakukan abhiseka. Pada saat Mahaguru memimpin upacara, banyak orang yang menyaksikan sinar Prajna. Ketika Berdharmadesana ada banyak sinar yang muncul dari tubuh dan memenuhi arena upacara. Arena upacara dipenuhi sinar Prajna. Semua muncul di dalam foto.
Ada juga siswa yang melihat sinar Prajna, sebuah lingkaran sinar Prajna terbang di angkasa. Ada juga siswa yang dengan polosnya ingin menangkap sinar tersebut. Begitu mengenai tangannya, sinar itu langsung lenyap. Fenomena semacam ini penuh dengan rasa Dharma, semua merupakan fenomena pencapaian.
Abhiseka menggunakan beras juga berasal dari petunjuk Buddha dan Bodhisattva. Sebab orang yang hadir dalam upacara benar-benar sangat banyak. Ada ribuan bahkan lebih dari sepuluh ribu. Suatu ketika, saat saya memimpin upacara di Taiwan Lei Tsang Temple, harus mengabhiseka empat puluh sampai lima puluh ribu orang, tidak mungkin diabhiseka satu-persatu, seharian pun tidak akan selesai.
Dahulu di Tibet, Gongtang Tshang Rinpoche memimpin upacara di padang rumput di Gansu, yang hadir ada lebih dari sepuluh ribu orang. Beliau memberikan jamah kepala secara satu-persatu, dan akhirnya, Gongtang Tshang Rinpoche pun jatuh pingsan. Sungguh tidak memungkinkan, yang hadir terlampau banyak, langsung jatuh pingsan.
Suatu ketika kita menyelenggarakan upacara di Taiwan Lei Tsang Temple, dan dihadiri oleh sekitar empat sampai lima puluh ribu orang. Buddha dan Bodhisattva memberi petunjuk mimpi, Beliau mengatakan: “Tebarkan beras untuk mengabhiseka.” Semenjak saat itu, pada upacara skala besar, menggunakan beras sebagai sarana abhiseka, Buddha dan Bodhisattva yang memberitahu saya.
Beliau mengatakan, “Gunakan beras, tebarkan, dalam setiap butir beras, visualisasikan Buddha dan Bodhisattva, berarti tiap beras yang ditebarkan merupakan Buddha atau Bodhisattva yang menyentuh puncak kepala mereka, demikianlah abhiseka dengan media beras.” Semenjak saat itu, ada abhiseka menggunakan media beras.
Saat beras ditebar, dan terpotret kamera, setiap butir berasnya bersinar. Tiap butir beras yang ditebar menampilkan lingkaran sinar, dan Buddha Bodhisattva ada di dalamnya. Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.