550 - Abhiseka dan Bersadhana (2)
Kita lanjutkan pengulasan abhiseka dan bersadhana.
Sebelumnya kita telah membicarakan ketika Tantrika mendengar kedatangan seorang Acarya atau Rinpoche, semua akan bersukacita. Tidak peduli abhiseka apa pun, semua pergi untuk menerima abhiseka.
Kadang, saya juga menanyai siswa: “Anda pernah memperoleh abhiseka ini?” Dia pun berpikir sejenak, lama kemudian baru menjawab: “Sepertinya pernah.”
Inilah persoalannya, Anda tidak boleh mengatakan: “Sepertinya pernah.” Setelah menerima abhiseka, maka Anda harus mencatatnya. Tanggal dan bulan berapa, dan abhiseka apa. Semua abhiseka yang pernah Anda peroleh berarti telah menjalin jodoh dengan Anda.
Anda perlu memilihnya, Anda lebih suka menekuni sadhana yang mana, maka Anda tekuni sadhana tersebut, mendalaminya, memperoleh hasil dari sadhana tersebut, tekuni setiap hari dengan sungguh-sungguh, inilah hal utama dalam ketekunan bersadhana.
Ada juga Vajracarya yang datang kemari, “Mahaguru, saya ingin abhiseka.” Saya katakan: “Apakah Anda belum pernah memperoleh abhiseka ini?” Saya menanyai dia. Sebab dia pernah berpartisipasi dalam upacara tersebut, sehingga seharusnya pernah menerima abhiseka tersebut.
Dia menjawab tidak tahu. Anda tidak tahu ini abhiseka apa? Pada upacara itu, diberikan abhiseka Istadevata tersebut, kenapa dia bisa tidak tahu? Sebab dia sering ikut upacara, dia ikut setiap upacara, dia bahkan tidak ingat upacara apakah itu. Dia juga pergi ke upacara Kurukulla Bhagavati, dia juga menghadiri upacara Yamantaka dan Ucchusma, dia pernah memperoleh abhiseka dalam tiap upacara.
Namun ketika orang lain minta abhiseka, dia juga ikut-ikutan abhiseka lagi, karena dia tidak ingat sudah pernah atau belum, jadi Vajracarya ada juga yang seperti ini. Abhiseka apa pun yang pernah Anda terima, Anda mesti mengingatnya, dan bukan malah Mahaguru yang bantu Anda untuk mengingatnya.
Ada juga siswa yang kemari dan bertanya: “Apakah saya pernah menerima abhiseka tersebut?” Dalam satu upacara ada sekian puluh ribu orang datang menerima abhiseka, mana mungkin saya mengingat Anda? Mungkin saja saya tidak mengetahui hadir atau tidaknya Anda pada upacara itu. Sebab ada sekian ribu orang, setiap Acarya yang ikut menerima abhiseka juga tahu, mereka melihat lautan manusia.
Saya ingat Acarya Lianzhi (蓮緻上師) memberitahu saya, dia mengatakan bahwa dia berdiri di atas, memercikkan air suci menggunakan ranting willow, abhiseka pemercikkan air, karena orangnya sangat banyak, dan jalan berbaris menuju kemari, melihat orang sebanyak itu, dia sendiri merasa sedikit pusing, hampir saja jatuh dari mimbar. Bahkan dia pun pusing! Banyak orang yang pusing. Berdiri di atas mimbar, melihat mereka semua berjalan, kepala pun bisa pusing. Bagaimana mungkin dia bisa mengingat siapa saja yang datang menerima abhiseka dan siapa yang tidak?
Oleh karena itu, ketika menerima abhiseka, diri sendiri mesti mengingatnya. Berapa banyak abhiseka yang pernah Anda terima, mesti langsung dicatat. Pilih salah satu di antaranya, Istadevata yang paling berjodoh dengan Anda, Dharmapala yang berjodoh dengan Anda, kemudian tekuni dengan sungguh-sungguh.
Kadang, karena Sadhana Tantra terlampau banyak, 500 Adhinatha, 108 Adhinatha, sungguh banyak, Anda bisa membuta. Anda tersesat dalam hutan Sadhana Tantra, dan tidak bisa menemukan jalan keluar.
Buddhadharma merupakan sebuah hutan yang sangat luas, ada sangat banyak metode. Sadhana dalam Tantra banyaknya bagaikan dedaunan di hutan belantara. Seperti Hutan Amazon, begitu masuk, tidak bisa keluar.
Buddhadharma terlampau banyak, Sadhana Tantra terlampau banyak, menjadi sebuah kerisauan. Anda memasuki hutan kerisauan Buddhadharma, akhirnya Anda tidak bisa keluar, ini namanya membuta.
Ada lagi, sibuk, sibuk, sibuk, setelah bersarana, setelah abhiseka, setiap hari sangat sibuk, sibuk apa? Sibuk bekerja, pulang sudah larut malam, tidak ada waktu bersadhana, hari demi hari terus menundanya.
Hari ini hendak bersadhana, mendadak sakit gigi, sakit gigi tidak nyaman untuk japa mantra. Keesokan harinya hendak bersadhana, sakit kepala. Sakit kepala tidak nyaman untuk visualisasi. Lusa hendak bersadhana, sakit persendian. Sakit persendian, tidak nyaman untuk membentuk mudra. Sakit pinggang, tidak bisa bermeditasi, sadhana sambil berdiri juga tidak nyaman. Demikianlah yang namanya sibuk, mesti bisa mengalahkan kata ‘sibuk’ ini.
Anda mesti mencari waktu untuk bersadhana dengan sungguh-sungguh, sekali atau dua kali sadhana, bhiksu dan bhiksuni sehari empat kali sadhana. Mesti cari waktu untuk sadhana, jangan membuat ‘sibuk’ sebagai alasan untuk tidak bersadhana.
Anda mesti pilih Guru, Istadevata, dan Dharmapala yang berjodoh, tekuni Prayoga dengan sungguh-sungguh, mempraktikkan dan bersadhana dengan sungguh-sungguh. Mesti mencapai berapa kali penjapaan mantra, berapa kali Mandalapuja, berapa kali penjapaan Mantra Catursarana, berapa kali Sadhana Pertobatan, semua mesti sungguh-sungguh, selesaikan dengan konsisten.
Ada satu lagi: ‘bingung’, setelah Anda bersadhana, telinga jangan sembarang mendengar, bila tidak, Anda akan ‘bingung’. ‘Bingung’ atau kebingungan, karena keyakinan Anda terombang-ambing mengikuti ucapan orang-orang. “Anda menekuni Istadevata yang mana?”, “Menekuni Istadevata yang ini.”, “Istadevata yang ini tidak mudah berkontak yoga, tekuni saja yang lain!” Hari ini Anda menekuni yang ini, besok menekuni yang itu. Hari ini menekuni Amitabha Buddha, besok Avalokitesvara Bodhisattva, lusa Mahastamaprapta Bodhisattva, tulat menekuni Akasagarbha Bodhisattva, kemudian Samantabhadra Bodhisattva, selanjutnya adalah Manjusri Bodhisattva.
Pada akhirnya, Anda memang punya banyak pisau, tapi tiap pisau itu tidak ada yang tajam. Seperti “Kebhiksuan dengan tiga bilah pisau.”, Anda punya tiga bilah pisau, tapi semua tidak tajam, tidak bermanfaat. Jika ingin berkontak yoga, pilih Istadevata yang paling berjodoh. Jika Anda telah berkontak yoga, maka sebilah pisau pun akan tajam.
Manjusri Bodhisattva memiliki Pedang Kebijaksanaan, Acalanatha Vidyaraja memiliki pedang, tekunilah dengan sebaik-baiknya! Setelah setiap pisau diasah sampai tajam, telah berkontak yoga, mengasahnya dengan sungguh-sungguh, pasti dapat berkontak yoga, Anda jangan kebingungan mendengar perkataan orang lain.
Semula Anda telah menekuni dengan sangat baik, namun hanya karena sebuah ucapan dari orang lain, maka Anda meninggalkan Istadevata tersebut, dan menggantinya dengan yang lain. Hal ini penting untuk diperhatikan, jangan sampai melanggar tiga kata ini: Buta, sibuk, dan bingung.
Om Mani Padme Hum.