568 - Mengulas Silsilah (6)
Kita lanjutkan pengulasan silsilah.
Saya selalu merasa bahwa silsilah merupakan suatu hal lahiriah. Setelah siswa Tantra menerima sarana dan abhiseka, ia telah memiliki silsilah. Memang benar Anda memiliki silsilah. Namun silsilah semacam ini merupakan silsilah yang merupakan ritual lahiriah belaka. Silsilah yang sesungguhnya merupakan hasil dari ketekunan bhavana diri sendiri.
Saya juga pernah katakan, di antara semua jenis silsilah dalam Tantra, sampai pada yang terakhir dan tertinggi, semua merupakan silsilah angkasa. Apa maksudnya? Guru Sesepuh Kagyudpa adalah Tilopa, merupakan patriark pertama. Siapakah Guru sebelum patriark pertama? Semua orang tidak tahu, ternyata angkasa yang mentransmisikan kepada Beliau. Jika ditelusuri, pada akhirnya, ternyata semua berasal dari angkasa.
Ada banyak orang yang menyatakan: “Silsilah saya paling besar.” Memang benar, silsilah Anda besar, dari manakah silsilah Anda? Sesungguhnya, semua silsilah yang tertinggi merupakan silsilah angkasa.
Oleh karena itu, pada hakikatnya Buddhadharma tiada Dharma. Kenapa tiada Dharma? Bagaimana mungkin di angkasa ada Dharma? Pada dasarnya di angkasa tiada Dharma, namun supaya Anda dapat membuktikan sunyata, maka Guru Sesepuh menyusun satu rangkaian tata cara, supaya dapat Anda tekuni, dengan demikian terciptalah metode Dharma. Oleh karena itu, Dharma pada hakikatnya tiada Dharma, pada dasarnya Dharma tiada Dharma. Karena tiada Dharma, barulah disusun menjadi Dharma, demikianlah prinsipnya.
Pada dasarnya Buddhadharma ada di angkasa, ada di gudang angkasa. Demi upaya kausalya untuk menuntun para insan, maka para Guru Sesepuh mentransmisikan Buddhadharma, dan terciptalah silsilah. Oleh karena itu, jika ditelusuri sampai dasarnya, silsilah berasal dari angkasa, merupakan sunyata.
Dengan demikian, ternyata sebelum patriark pertama adalah angkasa. Untuk membuktikan sunyata, dibutuhkan sebuah metode, dan inilah Buddhadharma. Setelah Anda memperoleh Buddhadharma, berarti memperoleh silsilah.
Dalam Tantra dapat ditunjukkan. Seperti Pernapasan Botol, bagaimana hasil penekunan Anda? Seperti kundalini, bagaimana hasil latihan Anda? Setelah menyelaraskan kundalini dan prana, bagaimana cara mencairkan Cairan Bulan Bodhicitta? Bagaimana latihan anasrava Anda? Ini semua bukan sebatas omongan belaka.
Mulut Anda bisa menyatakan sesuatu, memang benar. Anda punya silsilah, memang benar. Namun apakah Anda telah merealisasikannya? Pencapaian realisasi baru bisa disebut sebagai hasil ketekunan, inilah silsilah yang sejati. Dengan demikian, barulah silsilah yang sejati akan muncul.
Tujuan akhir Buddhadharma adalah mencerahi hati dan menyaksikan Buddhata, menguasai kelahiran dan kematian diri, dan memotong klesha.
Dengan sangat sederhana Anda dapat menanyai diri sendiri, meski Anda punya silsilah, tanyakan pada diri sendiri, apakah klesha Anda telah terhenti? Tanyakanlah, apakah tumimbal lahir telah teratasi? Apakah Anda telah menyaksikan Buddhata? Ini semua sangat serius. Apabila Anda memiliki silsilah sejati, maka Anda dapat membuktikan sunyata, Anda memiliki silsilah angkasa, dan Anda telah mencapai realisasi dalam semua itu.
Memotong klesha, mengatasi tumimbal lahir, inilah tingkatan tertinggi, inilah Buddha. Tingkatan Buddha adalah terhentinya klesha dan teratasinya tumimbal lahir. Oleh karena itu, ketika membicarakan silsilah, saya sering berpikir, setelah melalui perenungan diri sendiri, silsilah merupakan lahiriah belaka, Anda mesti bisa mewujudkan kemampuan yang sebenarnya, Anda mesti punya hasil yang sesungguhnya. Tanpa kemampuan yang sejati, tanpa hasil yang sejati, sebanyak apa pun silsilah yang Anda miliki, tidak ada gunanya.
Anda menyatakan: “Aku punya silsilah Shakyamuni Buddha.” Sungguh agung, itu adalah silsilah dari sasanapati. Masih ada yang lebih besar lagi, “Aku memiliki silsilah Mahavairocana Tathagata, Vairocana Buddha.” Ini lebih besar lagi, Vairocana Buddha tengah dalam jajaran Pancadhyani Buddha. Ada lagi, “Aku memiliki silsilah Pancadhyani Buddha.” Lima Buddha lebih besar dari satu Buddha, Ratnasambhava Buddha, Aksobhya Buddha, Vairocana Buddha, Amoghasiddhi Buddha, semua ada, Anda memiliki semuanya, Anda punya silsilah Pancadhyani Buddha, lalu bagaimana?
Anda mesti menekuni bhavana merealisasikan sunyata, mesti mengatasi tumimbal lahir, dan memotong klesha. Apabila semua itu belum, semua silsilah itu tidak ada gunanya.
Bahkan ada yang menyatakan: “Aku lebih besar lagi.” Besar bagaimana? “Aku mempunyai silsilah dari Samantabhadraraja Tathagata atau Adi Buddha.” Apa lagi? “Adharma Buddha.” Yang tertinggi dalam Nyingmapa, silsilah dari Adharma Buddha bhumi ke-16. Wah! Ini lebih besar lagi.
Kalian semua sangat agung, akan tetapi, tidak punya hasil. Tidak punya kemampuan, tidak ada gunanya. Silsilah merupakan lahiriah belaka, dan bukan ada di dalam.
Hari ini teristimewa memberitahu Anda semua bahwa ketekunan bhavana sangat penting. Selain itu, abhiseka yang sejati sangat penting. Siswa Tantra sangat gemar abhiseka. Mendengar di mana ada abhiseka, ia pun pergi. Abhiseka apa pun, ia sudah pernah menerimanya. Akan tetapi, di mana hasil ketekunan bhavana dia?
Sekalipun Anda telah menerima banyak abhiseka dan memperoleh banyak silsilah, akan tetapi, ketekunan bhavana Anda tidak pernah mengalami kemajuan. Dengan demikian, silsilah tersebut sama saja dengan kehampaan. Ada silsilah, sama saja dengan tiada silsilah.
Silsilah yang sesungguhnya adalah silsilah angkasa, yaitu silsilah yang muncul dari ketekunan bhavana.
Om Mani Padme Hum.