571 - Fokus Menekuni Satu Sadhana (1)

Hari ini kita mengulas perihal ‘fokus menekuni satu sadhana’.

Sadhana Tantra tak terhingga banyaknya, sangat banyak. Pustaka Tantra juga sangat banyak, tak terhingga banyaknya.

Buddhadharma benar-benar tak terhingga, sekalipun Anda gunakan energi seumur hidup untuk mempelajari Buddhadharma, secara waktu tidak akan cukup. Shakyamuni Buddha telah membabarkan Dharma selama 49 tahun. Pembabaran Dharma Beliau, telah dilakukan selama 49 tahun. Coba renungkan waktu yang dapat kita gunakan untuk belajar Dharma, sungguh tidak cukup.

Lie zi dari Tiongkok mengatakan sepatah kalimat, yaitu: “Jalan di gunung banyak dan terjal, sampai kambing pun tewas. Melatih banyak metode, namun nyawa telah melayang.” Di dalam gunung ada sangat banyak jalan, kambing berjalan di atas gunung, tidak bisa keluar, dan ia pun mati. Ini perumpamaan bagi seorang sadhaka yang mempelajari terlampau banyak hal, sama halnya, sebelum ia mencapai keberhasilan, ia telah kehilangan nyawa. 

Oleh karena itu, banyak Guru Sesepuh Tantra memberitahu kita, Anda mesti berkonsentrasi menekuni satu sadhana dengan sebaik-baiknya.

Dahulu saya katakan, banyak Guru Sesepuh yang berkata demikian. Kita umat Buddha, di masa muda bisa banyak-banyak keliling vihara, banyak menimba ilmu, dan banyak mendengar. Tiba saat usia pertengahan, Anda mesti fokus menekuni satu sadhana. Pada saat usia telah lanjut, tekuni sadhana untuk terlahir di Negeri Buddha, hanya menekuni sadhana untuk terlahir di Negeri Buddha, inilah kunci penekunan Buddhisme.

Dahulu saya sangat suka mendaki gunung, suatu ketika, saya sendirian memasuki gunung di Wufeng (nama tempat di Taiwan), masuk ke gunung di Dewan Provinsi. Saya pikir, gunung di Dewan Provinsi di Wufeng dapat tembus ke gunung di Dakeng (nama tempat di Taiwan), gunung itu saling terhubung. Jika dilihat menurut peta, di Taichung, gunung di Dakeng sambung dengan gunung di Dewan Provinsi.

Saya pikir, karena gunungnya sambung, berarti mulai dari Dewan Provinsi saya bisa terus berjalan sampai ke Dakeng. Akhirnya saya sendirian masuk ke dalam gunung, demikianlah saya mendaki gunung di masa muda. Mendaki, dan terus mendaki, akhirnya telah mendaki 2 gunung, sepertinya telah naik gunung, kemudian turun gunung, naik lagi, dan turun lagi, dan mendapati fisik saya sudah tidak kuat lagi.

Kemudian saya berbalik kembali, saya berpikir, dari gunung ini, memandang ke arah depan, semua adalah pegunungan, entah sudah memanjat sampai di mana? Harus kembali lagi, begitu berbalik, saya menyadari, habis sudah, ada dua cabang jalan, ada pula jalan bercabang tiga, tidak bisa keluar, di dalam gunung juga tidak ada orang. Segera Anda merasa bahwa tubuh dan pikiran Anda telah sangat letih, bahkan mulai panik.

Keempat penjuru hanya nampak pegunungan, bagaimana Anda bisa keluar? Di mana-mana ada jalan, tapi jalan mana yang benar? Anda juga tidak tahu arah, timur, selatan, barat, dan utara, begitu masuk sudah tidak jelas, tidak tahu apa-apa. Meskipun mendaki gunung merupakan olah raga yang bisa menyelamatkan hidup, karena dokter mengatakan, mendaki gunung dapat menyelamatkan tubuh Anda. Akan tetapi, naik gunung juga sangat mudah mengalami kecelakaan, di sini letak persoalannya.

Bagaimana saya bisa meloloskan diri? Ini sungguh ajaib, saya berjumpa dengan Dewa Gunung, melalui petunjuk Beliau, barulah saya bisa keluar dari gunung. Setelah orang itu memberitahu saya jalan mana yang benar, jelas-jelas di bawah pohon itu ada seseorang, kemudian setelah ia menunjukkan jalan yang benar, saya pun pergi, ketika saya menoleh kembali, orang itu sudah tidak ada, di cari ke mana pun tidak ketemu, bagaimana pun tidak terlihat lagi. Hal ini sungguh ajaib, ia menunjukkan jalan bagi saya, mesti keluar dari mana, barulah saya bisa keluar, padahal saat itu kondisinya sangat berbahaya.

Mendaki gunung di siang bolong pun bisa mengalami hal seperti itu, apalagi mendaki gunung yang lebih tinggi dan lebih besar, dan pegunungan yang lebih banyak. Jadi peristiwa ini telah memberitahu Anda, melalui sebuah jalan yang lurus, Anda dapat dengan mudah mencapai keberhasilan, dapat dengan sangat mudah mencapai seberang. Jika Anda menempuh banyak jalan, ketika tiba di persimpangan, akan sangat sukar untuk berpaling kembali.

Oleh karena itu, dalam bhavana, fokus menekuni satu sadhana sangatlah penting. Banyak Acarya yang juga menekankan pentingnya satu sutra, satu mantra, dan satu Istadevata.

Dalam Zhenfo Zong, dalam hal bhavana, kita harap, di masa muda, Anda dapat banyak melihat dan banyak menimba ilmu. Akan tetapi, di usia pertengahan, cukup satu sutra, satu mantra, dan satu Istadevata. Menekuni banyak sadhana justru tidak akan bermanfaat.

Seperti Mahaguru Lu, hanya satu Mahasadhana Amitabha Buddha, tidak pernah berhenti. Menekuni Istadevata Amitabha Buddha, satu Mahasadhana Amitabha Buddha, dan tidak berhenti.

Tentu saja saya juga menekuni yang lain, yaitu sadhana pelengkap. Saya menekuni Mahasadhana Amitabha Buddha sebagai sadhana yang ditekuni seumur hidup.

Selain itu, saya menekuni Prajna Manjusri. Sebab, semasa Shakyamuni Buddha di dunia, Shakyamuni Buddha membabarkan Prajna, saya memperoleh silsilah Prajna, maka saya menekuni Prajna Manjusri, ini adalah sadhana pelengkap saya.

Dalam hal Dharmapala, saya menekuni Sadhana Yamantaka. Jadi saya menjapa tiga mantra: “Om. Amidiewa. Xie.” , “Om. A La Ba Zha Na Di.” , “Om. Chuli. Kalaluba. Hum. Kan. Suoha.” Tiga mantra inilah yang sering saya japa. Pengulasan hari ini sampai di sini.

Om Mani Padme Hum.


「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。