573 - Sunya dan Bhava Tiada Berbeda (1)
Kita mengulas sunya dan bhava (eksistensi / wujud) tiada berbeda.
Dalam agama Buddha, sunya paling banyak dibahas, sebab Buddhadharma disebut juga sebagai ‘Sunyata-mukha’ (Pintu Sunyata).
Tapi mengapa masih perlu membahas ‘bhava’? Sebab di dalamnya disebutkan, ketika Anda benar-benar tercerahkan, Anda akan memahami bahwa sunya dan bhava tiada berbeda. Sunya dan bhava satu hakikat, bukan dua hakikat.
Dalam Hrdaya Sutra disebutkan: “Rupa tiada berbeda dengan sunya. Sunya tiada berbeda dengan rupa. Rupa adalah sunya. Sunya adalah rupa.” Apa yang dinyatakan di sini? Yaitu: ‘Sunya dan bhava tiada berbeda.’
‘Sunya dan bhava tiada berbeda.’ Berarti sunya sama dengan bhava, dan bhava sama dengan sunya. Sebuah contoh, dalam pustaka Tantra disebutkan: ‘Tubuh dan hati mesti dilatih bersamaan.”, apa itu tubuh? Tubuh adalah bhava. Apa itu hati? Hati adalah sunya.
Coba Anda renungkan, untuk melatih hati, jika tiada tubuh ini, bagaimana Anda melatihnya? Tanpa tubuh ini, bagaimana Anda bisa melatih hati ini? Tanpa tubuh, hati pun tiada. Hati tidak berwujud, dan tubuh berwujud.
Dalam Tantrayana dikatakan, dalam bhavana, tubuh dan hati adalah satu hakikat.
Sebuah contoh, kenapa sunya dan bhava dikatakan tiada berbeda? Sebab sinar matahari berasal dari matahari, matahari adalah bhava, dan sinar matahari adalah sunya.
Apabila Anda menyingkirkan matahari, mana mungkin ada sinar matahari? Bila Anda menginginkan sinar matahari, maka harus ada matahari. Oleh karena adanya matahari, maka barulah bisa menghasilkan sinar matahari. Matahari adalah bhava, dan sinar matahari adalah sunya.
Saya berikan sebuah contoh lagi, seorang bhiksu memukul genta, begitu ditarik, bersuara ‘Dong!’. Anda mendengar suara ini, apa itu sunya? Apa itu bhava? Lihatlah suara genta itu, ‘Dong!’, ia bersuara ‘Kong!’ (sunya).
Suara genta adalah sunya, Anda tidak dapat menangkap suara genta, tapi Anda telah mendengarnya. Genta itu adalah bhava, ada di sana. Suaranya adalah sunya.
Halilintar adalah bhava, dan guruh adalah sunya. Merupakan suatu perpaduan, sunya dan bhava pada dasarnya memang berpadu. Yang satu ada di dalam, yang satu ada di luar. Yang di luar adalah bhava, dan yang nampak adalah bhava. Namun secara hakikat adalah sunya.
Kadang yang terlihat memang benar ada. Namun sesungguhnya, fungsinya adalah sunya, inilah fenomena bahwa sunya dan bhava adalah satu hakikat.
Oleh karena itu, dalam Tantrayana dikatakan bahwa bhavana tidak boleh terlampau berpihak pada sunya, juga tidak boleh berpihak pada bhava. Segala fenomena materi dihasilkan dari sunya. Namun tanpa wujud materi ini, sifat sunya tidak akan bisa nampak, demikianlah prinsip bhavana.
Mari kita bahas: Sesungguhnya Sukhavatiloka adalah sunya atau bhava? Seharusnya adalah bhava. Dalam Amitabha Sutra yang dibabarkan oleh Sang Buddha, ada pohon saptaratna, ada air kebajikan, ada padma, ada daratan pasir emas, ada gedung-gedung. Ada lagi, apa pun yang Anda inginkan akan muncul. Di Sukhavatiloka, apabila Anda ingin makan masakan Taiwan, jamur kaldu, maka ia akan muncul. Melihatnya, selera makan Anda terasa baik, setelah makan, tiada, tentu saja setelah dimakan ia akan lenyap (Mahaguru tertawa). Ini adalah penjelmaan maya, ini bisa dihasilkan.
Akan tetapi, apakah benar-benar ada? Apakah menurut Anda ada? Memang ada. Sebab ketika Anda memikirkannya, ia pun muncul. Di Sukhavatiloka, ketika timbul nafsu makan, makanan itu akan muncul, namun setelah dimakan, ia akan lenyap. Dari mana datangnya? Dari angkasa. Apakah ada? Benar ada jamur kaldu. Apakah sunya? Ia memang sunya, sebab ia menjelma dari angkasa.
Jadi, apakah ada Sukhavatiloka? Benar ada. Apakah sunya? Ia merupakan jelmaan, merupakan loka jelmaan. Jadi, apakah menurut Anda sunya dan bhava adalah suatu hal yang berbeda? Sama.
Anda mendengar musik surgawi di Sukhavatiloka, musik berkumandang dari langit. Ketika angin meniup pepohonan, ia akan menghasilkan suara musik yang sangat merdu, sesungguhnya ini juga merupakan jelmaan maya.
Bahkan semua burung di Sukhavatiloka . . . . di sana tidak ada tiga alam rendah, tidak akan ada burung, namun Amitabha Buddha menginginkan supaya Suara Dharma berkumandang di sana, oleh karena itu Beliau menjelmakan burung-burung. Suara kicauan burung itu membuat Anda mengingat Buddha, Dharma, dan Sangha. Merupakan emanasi dari Amitabha Buddha, apakah ini bhava? Memang benar ada burung-burung. Apakah ini sunya? Ini juga sunya. Sebab itu merupakan emanasi Amitabha Buddha, pada mulanya tiada, dan Beliau menjelmakannya. Sama sekali tiada tiga alam rendah, mana mungkin ada burung?
Oleh karena itu, dikatakan bahwa sunya dan bhava tiada berbeda. Anda mesti memahami hal ini, dengan demikian barulah benar-benar bisa tercerahkan.
Om Mani Padme Hum.