574 - Sunya dan Bhava Tiada Berbeda (2)
Kita lanjutkan pembahasan ‘sunya dan bhava tiada berbeda’.
Dalam mempelajari Buddhisme, Anda mesti mengenal dengan jelas teori mengenai ‘'sunya dan bhava tiada berbeda’, dan mesti menyadarinya. Dari situ Anda dapat tercerahkan.
Sekte Zen membahas perihal sunya, sehingga kadang ia menertawakan sekte Sukhavati yang membahas bhava (eksistensi / wujud), yang bertekad untuk terlahir di Sukhavatiloka. (Ia menyatakan) Kita sekte Zen lebih tinggi dari mereka, bagi kita segalanya adalah tiada. Praktisi sekte Sukhavati pun mengatakan: “Kalian sekte Zen hanya membahas sunya, kalian tidak punya suatu sasaran, tidak punya suatu tujuan, hanya sembarang meditasi.”
Akan tetapi menurut sekte Zen, semua kondisi telah mencapai sunya. Apakah sekte Zen memiliki Sukhavatiloka sebagai sandaran? Sama sekali tiada. Ia berpikir: “Hati adalah Alam Suci itu sendiri, di mana lagi ada alam suci (selain di hati)? Di mana kah hati? Hati juga sunya.” Antara sekte Zen dengan Sukhavati pernah terjadi saling menyingkirkan, dan saling menolak.
Menurut Buddhadharma yang sesungguhnya, Sukhavatiloka dan sunya adalah satu hakikat. Lihatlah Ksetra Sinar Kedamaian Abadi, ini adalah kondisi sunya, di Sukhavatiloka ada Ksetra Sinar Kedamaian Abadi. Ini hanya masalah tingkat spiritual, untuk benar-benar menghasilkan kondisi sunya, Anda masih memerlukan bhava. Tanpa bhava, bagaimana mungkin ada sunya?
Untuk berbhavana, Anda membutuhkan tubuh jasmani. Ketika tubuh jasmani Anda telah mati, bagaimana Anda bisa berbhavana? Dari manakah sunya? Dari manakah hati? Berasal dari yukta antara tubuh jasmani kita dengan sunya, keduanya adalah koeksis, sunya dan bhava satu hakikat. Ini adalah sebuah filosofi yang sangat mendalam, sunya dan bhava merupakan filosofi yang sangat mendalam.
Antara Sunyavada dengan Sarvastivada sering terjadi perdebatan. Sesungguhnya, dalam Hrdaya Sutra dikatakan, sunya dan bhava adalah satu hakikat, “Rupa tiada berbeda dengan sunya, dan sunya tiada berbeda dengan rupa. Rupa adalah sunya, dan sunya adalah rupa.” Ini membahas perihal sunya dan bhava satu hakikat.
Ada seorang Mahabhiksu yang pernah bertanya kepada Mahaguru: “Jangan menyebutkan: ‘Rupa tiada berbeda dengan sunya, dan sunya tiada berbeda dengan rupa. Rupa adalah sunya, dan sunya adalah rupa.’ Uraikan sebuah hal kepada saya! Apa itu sunya dan bhava?”
Ternyata, apa dasarnya? ‘Alami’. Jangan mengacuhkannya, alamiah saja, maka Anda pun dapat lebur. Semakin Anda buang waktu untuk hal yang tidak penting, maka Anda akan semakin sukar untuk lebur. Saat itu, Anda bisa menyelaminya secara perlahan.
Dunia ini penuh klesha, apa itu klesha? Sesungguhnya jika Anda telah mengenalinya dengan jelas, klesha adalah sunya. Ketika Anda telah mencerahinya, maka Anda akan tahu bahwa klesha adalah Bodhi. Klesha memang ada, namun Anda tidak perlu menghiraukan klesha, dengan demikian Anda dapat melampauinya. Sebab Anda tahu bahwa klesha adalah sunya. Klesha setara dengan Bodhi, duhkha setara dengan sukha.
Saya menanyainya: “Apakah Anda bahagia?”
“Bahagia.”
“Ambil kebahagiaan itu untuk saya.”
Tidak bisa diambil.
“Apakah Anda menderita?”
“Menderita.”
“Coba ambil dan perlihatkan penderitaan itu!”
Tidak bisa diambil.
Karena sesungguhnya gembira dan menderita adalah setara, sehingga klesha dan Bodhi adalah setara. Renungkan hal ini dengan saksama, akan timbul sebuah kondisi pencerahan pada diri Anda, “Oh! Ternyata demikian!” Kenapa sekarang Mahaguru Lu ingin mundur dan hidup bertapa? Inilah sebabnya. Mundur adalah tidak mundur, tidak mundur adalah mundur, keduanya setara. Hati saya sama, tubuh saya juga sama.
Jika saya tidak bertapa, terus aktif dalam pelayanan dalam aliran, ini juga merupakan hal yang membahagiakan. Menjalani pertapaan juga bahagia, keduanya setara. Semua hanya masalah nidana, saya beritahu Anda semua, mengapa ingin hidup bertapa? Semua adalah nidana, selaras dengan jodoh karma. Ketika nidana untuk bertapa telah masak, maka saya akan lakukan mengikuti nidana tersebut, menjalani pertapaan dengan alamiah, tidak ada alasan khusus.
Apabila Anda dapat mencerahi kebenaran ini, maka Anda akan terbebaskan. Anda tidak akan melekati perihal bertapa atau tidak, karena Anda menjalaninya selaras dengan jodoh karma. Dasar ini ada di dalamnya.
Klesha adalah Bodhi, ketika Anda tidak menghiraukan klesha, maka Anda dapat mentransformasikannya menjadi Bodhi. Apabila Anda menghiraukan klesha, berarti Anda melekat.
Kondisi sunya dan bhava adalah sama, jika Anda terus berada dalam bhava, maka Anda akan terus berada dalam klesha. Jika Anda menyingkirkan konsep bhava ini, maka Anda pun bertansformasi menjadi sunya.
Namun, sesungguhnya apakah ada bhava? Memang ada bhava. Oleh karena itu, hari demi hari yang kita lalui, semua berada di antara sunya dan bhava.
Hari ini kita makan, saat makan berarti bhava, dan dalam sekejap menjadi sunya. Namun Anda perlu makan bhava untuk diubah menjadi sunya, setiap hari makan bhava, dan diubah menjadi sunya.
Sukhavatiloka adalah ‘sunya dan bhava satu hakikat’, tidak bisa disebut bhava, juga tidak bisa disebut sunya. Karena jika Anda menyebutnya sunya, padahal ada gedung, ada Air 8 Kebajikan, ada pepohonan, ada saptaratna, dan ada kebahagiaan. Akan tetapi jika Anda menyebutnya bhava, ia dijelmakan dari sunya. Menyebutnya sunya, ia merupakan fenomena nyata. Dalam bhavana, kita berada di antara sunya dan bhava, inilah bhavana.
Om Mani Padme Hum.