576 - Mengulas Sruta-bhajana (2)
Kita lanjutkan pengulasan 'sruta-bhajana', atau bejana Dharma dalam mendengarkan Buddhadharma.
Kita telah membahas bejana Dharma yang tepat, selain bejana Dharma yang tepat, tentu saja ada yang tidak tergolong sebagai bejana Dharma yang tepat.
Ada bhiksu atau bhiksuni yang setelah menjalani kebhiksuan, ia malah tidak berkonsentrasi dalam upaya memotong klesha, juga tidak berupaya untuk membina diri mencerahi hati dan menyaksikan Buddhata. Apa yang dia lakukan? Ia berpikir: "Bisakah saya menggalang lebih banyak dana?" Ingin menggalang dana lebih banyak lagi.
Untuk apa kemudian? Untuk mendirikan vihara yang lebih besar, vihara yang megah. Kemudian apa yang dilakukan? Memperluas daerah kekuasaan. Untuk apa memperluas daerah kekuasaan? Supaya di seluruh dunia ada vihara diri sendiri, vihara yang menjadi milik perorangan.
Tamak akan nama, ketenaran, dan keuntungan, yang dimaksud dengan keuntungan ini adalah uang dan harta. Menarik umat lebih banyak, supaya di mana-mana ada umatnya. Viharanya ada di mana-mana, kemudian dikelola dengan sistem perusahaan, dan bisnisnya makin lama makin besar. Bahkan sampai merambah perbankan dan maskapai penerbangan.
Berhasil mendirikan pusat perbelanjaan agama Buddha di seluruh dunia, telah mendirikan maskapai penerbangan dan bank Buddhis, bidang apa pun telah dikuasai. Yang semacam ini tergolong di luar bejana Dharma yang tepat, sebab ia tidak berkonsentrasi untuk memotong klesha dan mengatasi tumimbal lahir. Dia hanya berupaya memperbesar nama, popularitas, keuntungan, kemasyhuran, dan memperbanyak keuntungan.
Ada orang yang terus memikirkan: "Kapan bisa memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian?"Penghargaan Nobel Perdamaian, Penghargaan Perdamaian Dunia, Penghargaan Perdamaian Amerika Serikat, suka memperoleh banyak penghargaan, yang demikian tidak tergolong dalam bejana Dharma yang tepat.
Ada orang yang mengatakan: "Aku menjalani kebhiksuan demi belajar fengshui."
Ilmu fengshui adalah upaya kausalya, akan tetapi, jika Anda terlampau berpusat pada ilmu fengshui, maka Anda bukan bejana Dharma yang tepat. Ilmu fengshui dapat digunakan untuk menyeberangkan beberapa insan, melalui konsultasi fengshui, ia dituntun untuk bersarana kepada Buddha, yang demikian boleh saja. Akan tetapi, jika Anda mengerahkan segenap perhatian kepada fengshui, tidak lagi berupaya memotong klesha dan mengakhiri tumimbal lahir, maka yang demikian bukan bejana Dharma yang tepat.
Selain itu, apabila Anda terlalu menitikberatkan lima keterampilan dunia, seperti: topografi, kedokteran, ramal nasib, nujum, dan fisiognomi, sepenuh hati memasuki penelitian lima keterampilan ini, sampai melupakan upaya memotong klesha dan mengatasi tumimbal lahir, berarti Anda bukan bejana Dharma yang tepat.
Oleh karena itu, banyak umat Buddha dengan keyakinan benar akan mengatakan: "Yang Anda pelajari adalah tirthika (non-Dharma)."
Apa itu tirthika? Sesungguhnya membantu orang untuk menggambar fu, memohon berkah, mohon kesehatan, perjodohan yang baik, bisnis yang lancar, Anda menguasai keterampilan itu, dan Anda menggunakannya untuk membantu orang mohon berkah, panjang usia, mohon keturunan, harta, nama, keuntungan, semua ini tergolong sebagai perbuatan non-Dharma, ini tidak tergolong sebagai bejana Dharma yang tepat.
Namun kita umat yang belajar Buddha juga mengetahui bahwa itu semua merupakan upaya kausalya lokiya (duniawi). Anda dapat menggunakan upaya kausalya lokiya untuk menuntun para insan bersarana kepada Buddhadharma, kemudian membimbing mereka supaya memiliki keyakinan benar, membimbing mereka supaya mencerahi berbagai klesha kehidupan ini, supaya mereka berbhavana dan mencapai keberhasilan, mencapai pencerahan, mengakhiri tumimbal lahir, walau ini adalah sebuah upaya kausalya, namun juga tergolong sebagai Buddhadharma, akan tetapi masih tergolong sebagai Buddhadharma di luar bejana Dharma yang tepat, Anda mesti membedakannya.
Minggu lalu, saya membahas bhavana belajar Buddha, setelah mempelajari Buddhadharma, ia pun ingin menyatakan bahwa Buddhadharma miliknya adalah nomor satu, dan orang lain adalah nomor dua. Kenapa tidak ada orang lain yang menjadi nomor satu? "Sebab semua yang nomor satu telah saya habisi!" Oleh karena itu hanya dia yang nomor satu, sedangkan sisanya semua adalah nomor dua. Apabila ada orang yang menjadi nomor satu di dunia, maka ia harus berkompetisi dengannya, harus bertanding ilmu dengannya. Pelatihan diri yang demikian sudah menjadi sesat, bukan golongan yang tepat, ini disebut golongan sesat. (Mahaguru tertawa)
Yang demikian telah menjadi sifat mara, ingin menjadi nomor satu di dunia, takabur, siapa pun tidak boleh mengungguli dia, ibarat Ketua Iblis dalam novel persilatan. Ia bernama 'Ren Woxing', yang artinya, hanya aku yang boleh, yang lain tidak boleh. Ren Woxing adalah tokoh novel persilatan, ia adalah Ketua Iblis.
Pelatihan diri juga bisa menyimpang seperti itu, sikap hati yang demikian disebut 'Kerasukan mara'. Bahkan Amitabha Buddha harus mundur, kelak ketika Anda telah berhasil, Anda akan menjadi Ketua Iblis, Shakyamuni Buddha harus mundur, harus Anda yang menjadi pemimpin spiritual, sebab Anda adalah 'Ren Woxing', alias: hanya aku yang boleh, orang lain tidak boleh, aku adalah manusia nomor satu di dunia, satu-satunya, orang nomor satu yang lain harus dihabisi. Ini tergolong sebagai yang sesat, ini tidak bisa disebut sebagai bejana Dharma. Bejana Dharma hanya ada yang tepat, tidak ada bejana Dharma yang sesat.
Melatih diri sampai mencelakai para insan, membunuh, membuat kasus seks, mengajari orang untuk tamak, tamak akan nama dan keuntungan, semua ini tergolong sebagai tirthika sesat. Yang ingin adu ilmu dengan orang, siapa pun yang mengancam kedudukan dia, harus dikalahkan. Yang demikian ini gemar mencelakai insan, ini sudah menjadi mara.
Anda yang belajar berbagai ilmu dan keterampilan mesti punya kesadaran benar, mesti punya prinsip yang tepat, yang demikian barulah merupakan bejana Dharma yang tepat.
Om Mani Padme Hum.