586 - Kewajiban Harian Sadhaka
Kita membahas hal yang mesti dilakukan oleh seorang sadhaka, “Kewajiban sehari-hari sadhaka.” Ada sebagian orang yang setelah menjalani kebhiksuan, ia tidak tahu bagaimana berbhavana. Ada sebagian siswa yang setelah bersarana, juga tidak tahu bagaimana berbhavana, dan apa saja yang mesti dilakukan oleh mereka?
Dalam belajar dan bhavana, ada yang disebut dengan ‘hal eksternal ’, hal-hal yang ada di luar. Anda mesti senantiasa mengingatnya, apa saja yang mesti Anda lakukan setiap hari.
Hal yang mesti dilakukan setiap hari adalah ‘pengabdian’, yang artinya, apabila Anda tinggal bersama Guru, maka Anda mesti melayani, dan melakukan tugas yang diberikan oleh Guru, selesaikan dengan sempurna, inilah pengabdian.
Apa lagi yang perlu dilakukan? Persembahan. Setiap hari Anda mesti menghaturkan persembahan kepada Buddha dan Bodhisattva, kepada Guru Anda sendiri, inilah perihal persembahan. Seorang sadhaka, setiap hari mesti memberikan persembahan.
Mahaguru sendiri juga memberi, setiap hari saya mesti memberi kepada Garuda, para makhluk halus, dan Hariti, semua mesti berdana. Persembahan kepada Buddha, Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Daka dan Dakini, para dewata, dan Mulacarya sendiri, kita mesti haturkan persembahan pada semua. Setiap hari sadhaka mesti lakukan Sadhana Persembahan, setiap hari saya melakukannya, bahkan dalam waktu yang sangat lama. Saya lakukan semenjak dari Taiwan, terus sampai sekarang, tidak pernah berhenti satu hari pun.
Setiap hari mesti dilakukan, lakukan pengabdian, persembahan, dan namaskara. Apa itu namaskara? Penghormatan kepada Buddha. Setiap pagi, Mahaguru tiba di Taman Arama Zhenfo, pertama kali bernamaskara kepada altar mandala Avalokitesvara, ini adalah altar ruang konsultasi, Avalokitesvara dan para dewi, dan altar mandala Padmakumara. Bernamaskara juga kepada altar mandala di Taman Arama Zhenfo, demikianlah setiap hari melakukan namaskara.
Saya juga bernamaskara kepada Ksitigarbha Bodhisattva dan Amitabha Buddha, begitu melihat Amitabha Buddha, langsung beranjali: “Namo Amiduofo.”, melihat Ksitigarbha Bodhisattva: “Namo Dizangwang Pusa.” Bernamaskara kepada Tri Istadevata, dilakukan setiap hari.
Pengabdian, persembahan, dan namaskara, dilakukan setiap hari. Ada lagi, mesti lakukan pertobatan, ini adalah ‘hal eksternal’. Di malam hari, coba Anda renungkan, apakah Anda telah lakukan karma buruk melalui tubuh, ucapan, dan pikiran? Apakah mulut Anda telah melontarkan ucapan yang tidak baik? Apakah pikiran Anda tidak bersih? Apakah tubuh Anda telah melakukan tindak pencurian? Apakah diam-diam Anda telah lakukan telepon internasional?
Harta di vihara adalah ‘harta milik Sangha’. Semenjak Ling Shen Ching Tze Temple berganti kata sandi, tagihan telepon pun turun. Ketika belum berganti kata sandi, dan belum ganti operator telepon, tagihan telepon setiap bulannya selalu antara 500 sampai 600 dolar. Setelah berganti operator telepon, dan hanya beberapa orang yang tahu kata sandi, tagihan telepon pun turun. Tidak apa, telepon saja di Taman Arama Zhenfo ( Mahaguru tertawa ), sebab di Taman Arama Zhenfo belum ganti.
Ini adalah ‘harta milik Sangha’, artinya harta milik anggota Sangha kita. Sebelum Anda menelepon, pikirkanlah: “Apakah ini merupakan perbuatan mencuri?”
Ini adalah masalah tangan, atau karma yang diperbuat melalui anggota tubuh, karma buruk ucapan, atau pikiran. Karma tubuh, ucapan, dan pikiran tidak bersih, maka Anda mesti bertobat.
Akan tetapi, hari ini saya telah bertobat, Amitabha Buddha, hari ini saya bertobat, dan besok mengulanginya lagi, besok curi-curi telepon lagi. Tidak boleh demikian, setelah Anda bertobat, makna pertobatan adalah ‘Tidak mengulangi lagi.’ Pertobatan dari lubuk hati Anda, dan kelak tidak akan mengulanginya lagi, ini perihal karma tubuh, ucapan, dan pikiran.
Sadhaka mesti lakukan empat hal ini, paling tidak, senantiasa mengingat empat hal ini, setiap hari mesti Anda lakukan. Apa yang mesti dilakukan oleh seorang sadhaka, atau seorang bhiksu dan bhiksuni? Keempat hal ini mesti dilakukan.
Hal eksternal adalah pengabdian, persembahan, namaskara, dan pertobatan, selain itu masih ada sisi internal, secara internal Anda mesti memperoleh Prajna.
Mahaguru membabarkan Dharma, dan Anda mendengarnya. Anda berupaya memahaminya, dan Anda pun meningkatkan jiwa kebijaksanaan diri sendiri, nyawa dari kebijaksanaan Anda. Kebijaksanaan Tathagata pada diri Anda semakin meningkat, ini dalam hal jiwa kebijaksanaan.
Setelah Anda memperoleh kebijaksanaan, apa yang terjadi? Prajna-vimoksa, yang artinya, setelah kebijaksanaan Anda penuh, maka Anda pun terbebaskan, memperoleh keleluasaan jiwa dan raga, inilah faktor internal yang mesti Anda pelajari.
Bagi kita umat Buddha, Prajna-vimoksa sangat penting. Pada permulaan adalah Prajna-vimoksa, memperoleh Prajna Tathagata, setelah Anda menguasainya, Anda dapat terbebaskan dari klesha diri sendiri, serta mengatasi kelahiran dan kematian.
Setelah Anda memahami Kebenaran Semesta, kemudian melebur, maka Anda tidak akan terikat oleh klesha dan urusan duniawi, tidak akan teperdaya oleh segala sesuatu di dunia, Anda pun dapat terbebaskan dari klesha, ini disebut Prajna-vimoksa.
Kita sadhaka mesti belajar ‘Tiada Masalah’, pahami hakikat berbagai persoalan di dunia ini, menjadi ‘Tiada Masalah’. Acitta, tiada rintangan dalam hati, inilah ‘Metode Ketenangan Hati’ yang merupakan kebijaksanaan utama yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada kita semua.
Apabila Anda dapat merealisasi kondisi ‘Acitta’ dan ‘Tiada Masalah’, maka dengan sendirinya dapat memperoleh samadhi, kemudian dari samadhi dihasilkan Prajna, ini merupakan sebuah siklus, dari kebijaksanaan dihasilkan samadhi, kemudian dari samadhi dihasilkan Prajna. Prajna ini adalah Kebijaksanaan Tathagata yang dapat menjadi sempurna.
Om Mani Padme Hum.