599 - Bhavana Citta-guhya Dalam Bertapa (1)
Hari ini mengulas “Bhavana citta-guhya dalam bertapa.”
Dalam pelatihan pikiran (citta), berarti mengerahkan upaya untuk mencapai kondisi yang paling mendalam, sebab pikiran tidak berwujud. Tubuh kita umat manusia adalah berwujud, mulut ini juga berwujud. Satu-satunya yang tidak berwujud adalah pikiran. Sehingga dalam pertapaan, Anda mesti lakukan latihan “Citta-guhya” (Rahasia pikiran) yang merupakan pembinaan diri yang sangat tinggi dan mendalam.
Bhavana yang tertinggi dalam pertapaan adalah pelatihan ‘samatha’. Samatha dan vipasyana, keduanya bisa dimanfaatkan. Apabila Anda benar-benar dapat merealisasikan samatha, maka tidak akan ada vipasyana.
Sebab, di saat Anda tidak bisa melakukan penghentian, tidak bisa melatih samatha, barulah Anda gunakan vipasyana, vipasyana merupakan bhavana pengganti.
Kita sering menyebutkan visualisasi, kenapa mesti bervisualisasi? Sebab visualisasi berfungsi untuk menggantikan pikiran lain yang tidak benar. Ketika Anda bervisualisasi, tentu saja pikiran Anda berada dalam perhatian benar. Fungsinya untuk menggantikan pikiran yang tidak benar, inilah visualisasi.
Bhavana citta-guhya yang tertinggi adalah tanpa visualisasi, sama sekali tiada visualisasi. Tanpa visualisasi, bagaimana jika muncul pikiran yang mengganggu? Mesti berlatih samatha, yaitu: penghentian.
Kadang, saat Guru Sesepuh sekte Chan terpeleset “Brak!”, mendadak ia pun tercerahkan. Kenapa demikian? Sebab ia telah mencerahi saat-saat terpeleset “Brak!”, tiada lagi pikiran apa pun, muncul sebuah kata: ‘Berhenti’.
Ada Guru Sesepuh sekte Chan yang bertani di sawah. Begitu cangkulnya membentur sebongkah batu “Tok!”, mendadak ia tercerahkan. Kenapa? Sebab saat “Tok!”, satu kejutan, ia berhasil menghentikan semua pikiran, ini merupakan kemampuan samatha.
Samatha berarti menghentikan semua pikiran khayal, semua terhenti. Sebab saat ia terhenti, akan muncul kondisi Mahashunya. Melalui kondisi Mahashunya inilah Anda bisa tercerahkan. Secara teori memang demikian, akan tetapi sesungguhnya sangat sukar untuk dipraktikkan.
Oleh karena itulah bhavana citta-guhya merupakan mahasadhana yang paling mendalam. Melatih kesadaran Anda sampai yang paling dalam. Mengubah pikiran menjadi Buddha, menjadi amanasikara (tanpa pikiran khayal), menjadi shunya.
Di sini juga disebutkan: “Tidak berlatih vipasyana”, sebab saat Anda melakukan vispasyana, akan muncul konsep waktu. Anda juga tidak berlatih shunya, sebab begitu Anda berlatih shunya, di dalamnya ada konsep ruang.
Jadi, apa yang mesti dilatih? Saat itulah, Anda berada dalam kondisi penghentian, merupakan kondisi yang tertinggi, kondisi ini adalah abhavana (tiada pelatihan). Ini sangat sukar, akan tetapi kondisi yang tertinggi hanya dapat dibabarkan seperti ini.
Berbhavana sampai tingkat yang tertinggi, Anda sendiri sudah merupakan shunya, Anda sendiri telah memasuki kondisi amanasikara, mencapai Kebuddhaan.
Biasanya, saat bertapa, sangat sukar mencapai kondisi ini. Ada banyak sadhaka yang ingin mencapainya, dan ia melakukan pertapaan hidup dan mati. Apa itu pertapaan hidup dan mati? Yaitu begitu masuk, pintu ditutup, dipaku rapat-rapat, atau disumbat dengan batu besar, semenjak saat itu tidak lagi keluar dari pertapaan. Artinya, begitu masuk, tidak akan keluar lagi, ini disebut pertapaan hidup dan mati.
Sebenarnya kondisi apa yang ia capai? Sesungguhnya, ia bisa mencapai kondisi penghentian. Kondisi semacam ini berarti telah menghancurkan konsep ruang dan waktu.
Dalam agama Buddha, ada sebuah kalimat: “Secara veritkal menembus trikala dan secara horizontal menembus 10 penjuru.” Trikala adalah masa lampau, saat ini, dan yang akan datang. Sepuluh penjuru bisa diumpamakan sebuah salib atau empat penjuru, ditambah dengan X atau delapan penjuru, ditambah dengan satu arah atas, dan satu arah bawah, kesemuanya adalah 10 penjuru. Merepresentasikan 10 penjuru ruang Dharmadhatu di alam semesta, inilah yang disebut dengan 10 penjuru.
Ketika bhavana Anda benar-benar mencapai tingkat ini, berarti telah meratakan masa lampau, sekarang, dan mendatang. Telah menghancurkan 10 penjuru Dharmadhatu. Inilah makna dari “Secara veritkal menembus trikala dan secara horizontal menembus 10 penjuru.”, tiada lagi ruang dan waktu.
Saat itu, walau Anda berada di dalam ruang pertapaan, namun sama dengan berada di 10 penjuru loka. Ruang pertapaan tidak memengaruhi Anda, waktu juga tidak memengaruhi Anda. Mana mungkin ruang pertapaan yang kecil bisa mengurung Anda? Saat itu, Anda bisa menembus tembok. Jika tidak percaya, silakan coba, dijamin saat Anda menabraknya, bagian sini akan benjol. (Mahaguru tertawa) Yang saya maksud adalah secara batiniah.
Saat itu, meski Anda berada dalam ruang pertapaan, yang disebut sebagai: pertapaan hidup dan mati. Sesungguhnya, kesadaran Anda memenuhi alam semesta. Saat bhavana Anda benar-benar mencapai tingkat tersebut, bahkan tubuh Anda pun dapat mencapai transformasi alam. Bebatuan di gua pun tidak akan bisa merintangi Anda, benar-benar bisa menembusnya, inilah yang dimaksud dengan: “Secara veritkal menembus trikala dan secara horizontal menembus 10 penjuru.”
Om Mani Padme Hum.