Ceramah Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, 29 Desember 2016 di Cetiya Fahua Chiayi Taiwan
Terlebih dahulu, marilah kita bersembah puja pada Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Zhengkong, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna Mandala.
Gurudara, para Acarya, Dharmacarya, Bhiksulama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara: Prof. Wang, istri ketua vihara, Bhiksu Lianying (蓮碤法師), dan para umat Sedharma sekalian. Hari ini merupakan pertama kalinya berkunjung ke Cetiya Fahua (法華堂). Ada suasana baru di Cetiya Fahua, ada ruang kelompok meditasi Mahavairocana, di sini juga ada Acalanatha Vidyaraja, juga Mahabala Vajra, saya yakin kelak Cetiya Fahua dapat membabarkan Dharma ke sepuluh penjuru. Gurudara juga mengatakan, kelak di Chiayi akan berdiri Vihara Vajragarbha Fahua. Pertama kali datang ke Cetiya, biasanya saya akan mempersilakan para umat, apabila mereka punya pertanyaan, boleh ditanyakan, dan saya akan menjawabnya. Bagaimana ?
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Mahaguru, Gurudara, saya mewakili umat Sedharma untuk menanyakan satu hal yang singkat. Tadi di mobil, saya memohon petunjuk Mahaguru, ada rumor yang mengatakan bahwa kematian Ketua Qiu ada hubungannya dengan kami, Mahaguru mengatakan : “Bukan !” Saya ingin mohon petunjuk Mahaguru untuk secara singkat menjelaskan persoalan ini kepada semuanya.
Mahaguru :
Tadi telah dikatakan: “Bukan.” Tidak perlu dikatakan, apabila Anda mengatakan: “Kabarnya, Ketua Qiu berhubungan dengan Cetiya Fahua, sehingga terjadi peristiwa ini.” Anda telah mengatakan bukan. “Bukan.”, memang benar bukan itu penyebabnya, bukan karena ada hubungan apa pun dengan Cetiya Fahua. Sebab Cetiya Fahua adalah cetiya yang baru dibuka di Chiayi, sedangkan persoalan Ketua Qiu sudah terakumulasi sejak bertahun-tahun lamanya. Cetiya Fahua ini baru, sedangkan persoalan Ketua Qiu sudah terakumulasi sejak bertahun-tahun lampau, tidak ada hubungannya dengan Cetiya Fahua, secara waktu saja sudah keliru. Cetiya Fahua ini baru, namun memang benar persoalan Ketua Qiu ada hubungannya dengan relasi. Akan tetapi, dia sudah sangat lama.
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Saya yakin banyak umat di Cetiya Fahua ingin mendengar Dharmadesana dari Mahaguru. Mohon tanya Mahaguru, bagaimana kelak Cetiya Fahua mesti menempuh jalan bhavana ?
Mahaguru :
Saat ini saya sedang mengulas Lamdre (Margaphala), ‘marga’ berarti jalan, mulai dari awam terus berbhavana sampai mencapai Kesucian. Sekarang Anda bertanya kepada saya: “Sebenarnya di manakah jalannya ?” Saya katakan, jalan Chuiyang di Chiayi, aksara ‘yang’ yang berupa aksara ‘mu’ dan ‘yi’, berdasarkan suaranya, berarti tempat di mana matahari terbenam; Chuiyang adalah ranting pohon dedalu yang menjulur ke bawah. Sesungguhnya, begitu saya tiba di jalan Chuiyang, saya langsung teringat suatu hal. Dahulu, yang paling ternama dalam olahraga bisbol di Chiayi adalah Municipal Chuiyang Elementary School, sampai di sini, menurut saya jalan Chuiyang adalah jalan yang paling besar, jalan yang paling ramai. Begitu kalian keluar, langsung berada di jalan Chuiyang, cukup berjalan menapaki ruas jalan ini, lurus saja, jalan raya Chuiyang sangat lurus, dengan berjalan lurus, Anda bisa mencapai tujuan.
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Maksud dari Mahaguru adalah, berjalan lurus menapaki seruas jalan ini, maka dapat mencapai keberhasilan bhavana. Kita mempersilakan Bhiksu Lianying untuk mewakili menyampaikan satu pertanyaan.
Bhiksu Lianying:
Sudah sangat lama Mahaguru tidak kembali ke Chiayi, entah apakah terhadap Chiayi ada suatu kenangan tertentu ? Dan, apa harapan Mahaguru terhadap tempat ini ?
Mahaguru :
Saya lahir di Houhu Chiayi. Saat itu, Houhu termasuk Kabupaten Chiayi, berada di Biro Pengawasan Kendaraan Bermotor, lahir di daerah Sungai Niuchou. Kakek saya berasal dari Penghu dan pindah ke Chiayi, di masa pendudukan Jepang, dia membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari di Chiayi. Dia membuka pabrik minyak dan penggilingan padi, minyak ini adalah minyak masakan atau minyak goreng. Saat itu rumah di sepanjang jalan Pasar Timur Chiayi adalah milik kakek saya. Dia adalah seorang yang kaya dan berkuasa di Chiayi, sangat kaya. Akuntan muda di pabrik penggilingan padi itu adalah ibu saya. Kakek saya membuka pabrik penggilingan padi, ayah saya adalah putranya, ibu saya menjadi akuntan di pabrik penggilingan padi.
Saya sendiri, meski lahir di Houhu Chiayi, akan tetapi waktu menetap di sana sangat singkat. Sebab kami sekeluarga pindah ke Kaohsiung. Apa sebabnya ? Karena satu paman kami, lulusan Universitas Beijing, beliau mengambil alih perusahaan listrik di Taiwan, terlebih dahulu beliau menjadi pimpinan di perusahaan listrik di Kaohsiung, merupakan yang terbesar. Dia mempekerjakan ayah saya di perusahaan listrik, karena paman saya telah mengambil alih perusahaan listrik, maka sebagian besar keluarga besar kami bekerja di perusahaan listrik. Terlebih dahulu ayah saya ditugaskan di perusahaan listrik di Kaohsiung.
Kakek saya sangat kaya, oleh karena itu dia memiliki 6 istri, ayah saya lahir dari istri yang ke-3. Kakak ipar tertua saya juga bekerja di perusahaan listrik, suami dari saudari ibu saya juga bekerja di perusahaan listrik, selain itu, termasuk juga adik saya, dia juga bekerja di perusahaan listrik, adik tertua, adik kedua, adik ketiga, dan adik keempat, semua bekerja di perusahaan listrik, merupakan keluarga besar perusahaan listrik. Anda menanyakan kesan saya terhadap Chiayi, saya beritahu Anda, yang paling berkesan adalah Kuil Dewa Wali Kota. Sebab di masa kecil kondisi kesehatan kurang baik, maka dijadikan sebagai anak angkat dari Dewa Wali Kota. Di masa kecil saya sering bermain ke Kuil Dewa Wali Kota, sepertinya kuil tersebut juga berada di Pasar Timur ? Oleh karena itu kesan saya terhadap Kuil Dewa Wali Kota sangat mendalam. Selain itu, semua telah berubah.
Sekarang HSR ( kereta kecepatan tinggi ) ada di Taibao, dalam kesan saya, wilayah Taibao penuh rumah gubuk, di masa pendudukan Jepang, penuh dengan rumah gubuk, sekarang telah berubah. Begitu saya melihatnya, hampir semua telah berubah. Membicarakan Chiayi, meski perkembangannya cenderung lambat, sesungguhnya dia juga berubah, apakah demikian sudah paham ?
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Sebelumnya, ketika jamuan makan, Mahaguru mengatakan Dewa Wali Kota Chiayi sangat penting, sekarang juga membicarakannya lagi. Sebelumnya, di ruang konsultasi, Dewa Wali Kota mengatakan ingin datang ke Cetiya Fahua, bersama Datuk Ketujuh dan Kedelapan, oleh karena itu kami mempersemayamkan Dewa Wali Kota, Datuk Ketujuh dan Datuk Kedelapan.
Mahaguru:
Oh ! Ada Dewa Wali Kota, juga Datuk Ketujuh dan Kedelapan, baik sekali. Ketika pertama kali Mahadewi Yaochi membuka divyacaksu saya, saya tinggal di jalan Lixing nomor 39 di Taichung, di dalam kamar saya juga mempersemayamkan Dewa Wali Kota, beserta Datuk Ketujuh dan Kedelapan. Saat itu, Dewa Wali Kota senantiasa membantu saya, selain itu Datuk Ketujuh dan Kedelapan semua hidup, saya membuat rupangnya dari bahan tanah liat, kemudian menempelinya dengan kertas berwarna ; Saya sendiri yang membuat rupang Datuk Ketujuh dan Kedelapan dari bahan tanah liat, kemudian menempelkan kertas warna, memasang topi tinggi, menuliskan aksara, lidah terbuat dari kertas putih, namun sangat mujarab. Asalkan hati tulus, pasti memperoleh respon, banyak hal yang demikian ; Hati mesti sangat tulus, pasti menghasilkan respon. Ada pertanyaan apa lagi ?
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Tadi Mahaguru telah menganugerahkan Gatha Dharma, saya akan bacakan untuk Anda semua: “Dharma dibabarkan ke sepuluh penjuru, sinar padma menerangi empat penjuru, pohon kebijaksanaan dan pencerahan, mengajarkan para insan mencapai ketenteraman batin, menunjukkan Tathagatagarbha, makna luhur Gunung Bodhi.” Mari kita bertepuk tangan, apabila tidak ada pertanyaan lagi, saya akan bantu Anda untuk bertanya kepada Mahaguru, pencerahan sangat sukar, Mahaguru juga terus mengajarkan perihal pencerahan, terus mengajarkan ketekunan bhavana. Bagaimanakah Mahaguru mendorong segenap umat Cetiya Fahua di wilayah Zhuluoshan ini, bagaimanakah membina diri menapaki jalan menuju pencerahan.
Mahaguru:
Ketika mulai berbhavana, perlu dimulai dari aku, yaitu diri sendiri berupaya untuk membina diri. Terlebih dahulu kita tekuni Sadhana Caturprayoga, seperti Mahanamaskara, Mahapujana, Catursarana, Catur Apramanacitta, Sadhana Pertobatan, ini semua mesti dilakukan, mesti ada wujudnya, terus sampai tercerahkan. Tidak bisa mengatakan: “Saya telah memahami apa itu pencerahan, tidak perlu lagi menekuni sadhana apa pun.” Bukan demikian, pencerahan justru merupakan awal bhavana, meski Anda telah tercerahkan, itu merupakan tahap Darsanamarga dalam bhavana.
Pada permulaan, kita mesti tekuni Sambharamarga, yaitu membangkitkan Bodhicitta dan berbuat kebajikan, ini tergolong sebagai Sambharamarga; Kemudian menekuni Caturprayoga, yaitu yang tadi saya sebut, Mahanamaskara, Mahapujana, Catursarana, Catur Apramanacitta, Sadhana Pertobatan, tergolong sebagai Prayogamarga; Prayogamarga pada akhirnya, setelah Anda membuktikan bahwa Anda telah mencapai kontak yoga dalam Prayoga, pada saat itulah disebut sebagai jalan pencerahan atau pencerahan, disebut sebagai Darsanamarga, Anda telah memahami kebenaran dunia ini, Anda telah mencerahinya. Saat itu memulai bhavana, apa yang dilatih ? Parayana, setelah Anda tercerahkan, mulailah Bhavanamarga; Setelah Bhavanamarga, lebih lanjut adalah Parayana. Inilah tahapan bhavana. Dalam Sutra Buddha disebutkan, Sambharamarga, Prayogamarga, Darsanamarga, Bhavanamarga, dan Parayana.
Bagaimanakah pencerahan itu ? Saya beritahu Anda, dalam ajaran Konfusius, yang terutama adalah kesusilaan, perihal etika, Konfusius mengajarkan kesusilaan, budi pekerti sebagai manusia. Dalam ajaran Dao disebut ‘Tanpa Pamrih’, makna sesungguhnya dalam ajaran Dao adalah tanpa pamrih. Bagaimana dengan ajaran Buddha ? Untuk mencapai pencerahan, terlebih dahulu mencerahi sunya, intinya ada pada ‘sunya’. Eksistensi juga merupakan sunya, kenapa eksistensi adalah sunya ? Sekarang Lu Shengyan duduk di sini, sudah bukan Lu Shengyan yang dahulu, Lu Shengyan yang dahulu hidup selama setahun di Chiayi, sedangkan Lu Shengyan yang lahir di Sungai Niuchou semua telah berlalu. Lu Shengyan saat ini ada di sini, setelah pergantian tahun, makan ronde, Festival Dongzhi ( Perayaan Tibanya Musim Dingin ), tahukah Anda ? Ada sebuah lagu Festival Dongzhi, disebut : “Dongzhi dongzhi dongzhi…”, lagu apakah yang dinyanyikan pada Festival Dongzhi ?! “Dongzhi dongzhi dongzhi, tiaozhen tiaozhen tiaozhen tiaozhen tiaozhen, qie qie qie qie qie…”, inilah lagu Dongzhi. Pada umumnya, kita orang Taiwan menyebutnya makan ronde, sekarang berusia 73 tahun, masa sebelum usia 73 tahun telah berlalu, sampai kelak, tahun depan ketika kembali ke Taiwan, apabila masih bisa kembali, ketika kembali, saat itu sudah berusia 74 tahun, usia 73 menjadi masa lampau. Sehingga saat ini juga menjadi masa lampau. Bagaimana dengan masa depan ? Masih belum tiba, inilah sunya ! Semua akan berlalu, segala sesuatu akan berlalu, masa depan juga akan berlalu. Apa yang masih tersisa ? Tidak ada ! Sunya !
Tubuh Anda, coba Anda renungkan tubuh Anda, setiap hari terus berubah, berapa banyak sel yang mati hari ini ? Berapa banyak sel yang mati besok ? Wajah seseorang juga terus berubah, wajah masa remaja juga telah lenyap, sekarang menjadi orang tua, demikianlah hidup. Oleh karena itu, renungkanlah, apabila direnungkan dari makna sunya, dalam Vajracchedika Sutra dinyatakan: “Hati lampau tidak dapat diperoleh, hati saat ini tidak dapat diperoleh, hati yang akan datang tidak dapat diperoleh.”, hati apakah yang Anda peroleh ? Yaitu hati “Tiada suatu yang diperoleh”. Bila diringkas, dalam Hrdaya Sutra dinyatakan: “Oleh karena tiada suatu yang diperoleh, Bodhisattva.”, karena Anda memahami tiada suatu yang diperoleh, barulah bisa mencapai Bodhi, menjadi Bodhisattva atau Pusa. Memahami tiada suatu yang diperoleh, Anda bisa melepas semuanya, berarti Anda adalah Bodhisattva, inilah makna pencerahan. Pembahasan yang terlampau mendalam, hari ini kalian semua tercerahkan.
Istri Ketua Cetiya:
Mohon tanya Mahaguru, buku yang Anda tulis: “Isak Sungai Niuchou”, hari ini Anda berkunjung ke Cetiya Fahua di Chiayi, apakah menurut Anda Sungai Niuchou masih ingin terisak ?
Mahaguru:
Sesungguhnya, saya beritahu Anda, demikianlah pencerahan yang sesungguhnya. Tiada Sungai Niuchou, juga tiada isakan, Sungai Niuchou yang dahulu juga bukan demikian, sudah berubah. Masih ada ?
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Masih ada 3 menit, adakah saudara atau saudari Sedharma yang hendak bertanya ?
Mahaguru:
Sdr. Ye dan istrinya, anak ? Ah ! Ketika mereka menikah, saya menghadiri upacara pernikahan mereka, menghadiri pesta pernikahan di rumahnya, ketika mereka suami istri bertengkar, saya yang membantu mereka, sudah sangat lama. Sdr. Ye masih penuh percaya diri, istrinya sudah sedikit gemukan, dahulu istrinya sangat rupawan (Umat: “Apakah sekarang tidak rupawan ?”) sekarang lebih rupawan. Ketika mereka berdua bertengkar, pasti pergi ke Taichung untuk berkonsultasi.
Dahulu di Chiayi ada dokter Lin, apakah sekarang dia masih menjadi dokter di sini ? (Umat: “Masih ada, putrinya adalah rekan kerja saya.”), masih ada ? Dokter senior, pendek dan gemuk. Selain itu, Bupati Tu Deqi, pertama kali saya tiba di Chiayi, bapak bupati membukakan pintu mobil untuk saya, saya ingat sangat jelas, seorang bupati yang sangat baik, dia juga merupakan siswa Zhenfo Zong, nama visuddhinya adalah Lian-jiang (蓮將), ‘jiang’ dari kata jenderal.
Ketua Cetiya (Prof. Wang): Pertanyaan terakhir.
Saudara Sedharma:
Mahaguru, menurut saya umat di Chiayi sangat bergembira, kali ini, kami telah menyiapkan puding nasi bumbung dan nasi ayam. Pada kesempatan mendatang, kami harap Mahaguru berkenan tinggal untuk makan puding nasi bumbung dan nasi ayam, apakah Mahaguru bersedia ?
Mahaguru: Baiklah, boleh.
Ketua Cetiya (Prof. Wang): Mahaguru sudah menyanggupi, pada kesempatan mendatang akan tinggal sejenak.
Istri Ketua Cetiya:
Mahaguru, Dewa Wali Kota, Datuk Ketujuh dan Kedelapan ada di sebelah, apakah tadi sudah masuk dalam ritual abhiseka rupang ?
Mahaguru: Sudah ! Telah mengabhiseka semuanya.
Ketua Cetiya (Prof. Wang):
Terima kasih Mahaguru ! Waktu sungguh cepat berlalu, sekali lagi terima kasih atas kedatangan Mahaguru dan Gurudara di Cetiya Fahua, mari kita bertepuk tangan bagi Mahaguru dan Gurudara.