606 - Mencuri Ajaran (2)

Kita membahas perihal pelanggaran mencuri ajaran.

Sebelumnya kita telah membahas, dalam belajar Tantra, jika dilakukan tanpa silsilah, Anda membaca buku dan mempelajarinya, tanpa Guru yang mengajari Anda, disebut sebagai pelanggaran mencuri ajaran.

Anda belum menerima abhiseka untuk sadhana ini, Anda langsung menekuninya, ini juga tergolong pelanggaran mencuri ajaran.

Belajar Tantra mesti punya Mulacarya, harus ada silsilah. Sebab dalam Tantra ada banyak mudra, bukan karena tertulis dalam buku, maka Anda langsung ikut-ikutan membentuknya, karena merasa bisa membentuk mudra tersebut.

Selain itu, seperti kita yang menjalankan tata ritual homa, saat kita melakukan homa, dalam penglihatan Anda, homa adalah bermain api, Anda melihat Guru melakukan homa, Guru memasukkan sarana puja ke dalam tungku, kemudian membentuk beberapa mudra, kelihatan bagus sekali, altar mandala juga didekorasi dengan sangat anggun, istimewa, dan api terus membakar. Setelah Anda lihat Guru melakukannya, sepulangnya Anda ikut-ikutan, tapi Anda tidak tahu makna didalamnya, tanpa pengajaran dari seorang Guru, Anda tidak akan tahu.

Semisal ketika Guru melakukan homa, japamala mesti diadhisthana, beliau akan memutarnya seperti ini (Mahaguru memperagakan), kemudian dipindahkan ke tangan ini, kemudian kedua tangan memutarnya, diputar ke arah angkasa, kemudian diputar lagi seperti ini, diputar lagi dua kali. Kemudian japamala diambil dan dikalungkan. Sepulangnya Anda ikut-ikutan, sebab sangat mudah, dari tangan sini dipindah ke tangan itu, diputar sekali, kemudian diangkat, diputar lagi, diputar ke arah berlawanan. Sepulangnya Anda juga melakukan homa, Anda juga memutar japamala. Akan tetapi, di dalamnya ada makna, Anda mesti tahu simbolisme dan maknanya. 

Menerima dengan tangan ini, berarti tangan ini menjadi bersih (Mahaguru memperagakan), menerima dengan tangan ini, tangan ini juga menjadi bersih, diputar berarti Dharmacakra nan suci sedang berputar. Kedua tangan mengangkatnya, berarti Istadevata homa berdiri di tengah angkasa, memancarkan sinar adhisthana untuk mengadhisthana japamala Anda.

Saat itu, gunakan pikiran Anda untuk visualisasi, Istadevata berada di tengah angkasa memancarkan sinar terang, menerangi japamala Anda, supaya japamala Anda memperoleh daya adhisthana. Kemudian tangan yang ini menjadi bersih, yang ini juga bersih, memutar Dharmacakra, kembali ke tubuh, dan letakkan, menandakan sekujur tubuh Anda telah bersih.

Jika ini tidak dijelaskan, Anda hanya melihat, dan sepulangnya langsung praktik homa, tapi Anda tidak tahu bagaimana bervisualisasi. Jika Guru tidak mengajarkan kepada Anda, Anda tidak akan tahu. Demikianlah transmisi lisan, disebut botol kepada botol.

Mulacarya mentransmisikan ajaran, siswa memperoleh ajaran, dan ia mesti memperolehnya dengan lengkap, menjadi sebuah tata ritual yang utuh, ini memerlukan transmisi lisan dari Guru. Di sini lah letak perbedaan antara Tantra dengan Sutrayana pada umumnya.

Adhisthana japamala dalam homa hanya merupakan salah satu bagian dari tata ritual. Jadi pada saat melakukan homa, ada banyak visualisasi, mudra, dan mantra, melakukan homa sambil terus menyucikan trikarma. Oleh karena itu, lebih baik ada seorang Guru yang mentransmisikan berbagai macam tata ritual Tantra, dengan demikian barulah tidak tergolong sebagai pelanggaran mencuri ajaran.

Ada satu pendapat, jika Anda membentuk Mudra Mahacakra Vajra, menjapa Mantra Mahacakra Vajra, maka semua sadhana yang dilakukan tidak akan menjadi pelanggaran mencuri ajaran. Kenapa demikian? Sebab Mantra Mahacakra Vajra dan mudra yang sempurna dari Mahacakra Vajra dapat mengatasi semua rintangan, menjadikannya bersih. Dengan demikian semua sadhana yang Anda lakukan tidak termasuk sebagai pelanggaran mencuri ajaran, ini adalah pendapat yang lain. 

Selain itu, ada satu lagi pendapat, Anda mesti visualisasikan Syama Tara menetap di puncak kepala, tangan membentuk Mudra Syama Tara, demikianlah Mudra Syama Tara (Mahaguru memperagakan). Tangan membentuk Mudra Syama Tara, kemudian menjapa 7 aksara: "Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha", 7 kali "Ha". Setelah Anda menjapa 7 kali "Ha", berarti Anda tidak mencuri ajaran, sebab Syama Tara juga merupakan sebuah silsilah.

Dahulu, ketika Shakyamuni Buddha duduk di bawah pohon Bodhi, Syama Tara menetap di puncak kepala. Bisa dibilang, Kebuddhaan dari Shakyamuni Buddha adalah tanpa silsilah, Beliau mencapai pencerahan atas upaya sendiri. Akan tetapi, saat berada di bawah pohon Bodhi, karena Syama Tara menetap di puncak kepala, berarti ada silsilah dari Syama Tara, timbul silsilah Syama Tara.

Oleh karena itu, saat Anda hendak bersadhana, jika ada Mahacakra Vajra dan Syama Tara yang melakukan ritual ini bagi Anda, sekalipun tidak ada Acarya yang mengajar, tetap tidak tergolong sebagai pelanggaran mencuri ajaran.

Akan tetapi, menurut saya, zaman sekarang Tantra sudah sangat umum, sudah ada banyak Acarya. Seperti dalam Zhenfo Zong sendiri sudah ada banyak Acarya. Jadi Anda mesti memohon kepada Acarya yang paling dekat untuk mengabhiseka Anda, dengan demikian Anda tidak melakukan pelanggaran mencuri ajaran. Sebelum mempelajari semua ajaran Tantra, Anda mesti bersarana, memohon abhiseka, dengan demikian proses Anda belajar Tantra bukanlah pelanggaran mencuri ajaran.
Di zaman dahulu sangat sukar, di zaman dahulu sangat sukar untuk menemukan seorang Acarya sejati, sukar sekali. Mesti mendaki gunung, dan menyeberangi lautan, barulah Anda bisa menemukan seorang Guru yang bisa memberikan sarana dan abhiseka kepada Anda, tapi sekarang sudah lebih umum.
 
Jadi menurut saya, supaya tidak melakukan pelanggaran mencuri ajaran, lebih baik Anda mencari seorang Acarya yang bisa memberikan sarana dan abhiseka untuk Anda, kemudian barulah Anda menekuni Sadhana Tantra dengan sebaik-baiknya. Melalui transmisi lisan dari seorang Guru, Beliau dapat mengajarkan mantra, mudra, dan berbagai cara visualisasi kepada Anda. 

Om Mani Padme Hum.

Judul Asli :
606
盜法罪(二)

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。