2011-01-15 Semoga Semua Makhluk Menyaksikan Buddhata Adalah Satu Raga

Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Tanggal 15 Januari 2011 pada Upacara Homa Tathagata Vairocana di Taiwan Lei Tsang Temple

 

Kutipan SUTRA ALTAR PATRIAK VI minggu ini, "Kalyana-mitra! Dharmakaya pada dasarnya sempurna, menyaksikan sendiri jati diri dalam setiap pikiran, itulah Buddha Sambhogakaya. Dari perenungan Sambhogakaya, itulah Buddha Nirmanakaya. Mencerahi sendiri dan melatih sendiri. Pahala jati diri, adalah bersarana sejati. Fisik adalah rupakaya, rupakaya adalah rumah, tidak boleh dikatakan bersarana. Namun, mencerahi trikaya jati diri, berarti mengenal Buddha jati diri." "Saya punya satu Gatha Alaksana (Syair Tanpa Wujud), jika bhiksu dapat menjalankannya, kata-kata ini dapat membuat dosa kemelekatan Anda selama berkalpa-kalpa lenyap seketika. Gatha berbunyi, "Orang sesat meningkatkan berkah tanpa melatih diri, tetapi mengatakan meningkatkan berkah adalah melatih diri. Berdana dan memberi persembahan menghasilkan berkah tak terhingga, 3 jenis kejahatan sebenarnya tercipta di dalam hati. Berniat meningkatkan berkah untuk menghapus dosa, di kehidupan mendatang mendapatkan berkah namun dosa masih ada, begitu sebab-musabab dosa disingkirkan dari dalam hati, maka dinamakan pertobatan sejati di dalam jati diri. Tiba-tiba mencerahi pertobatan sejati dari Mahayana, menyingkirkan kesesatan dan melatih diri, maka dosa pun tiada, belajar marga (kebenaran) harus senantiasa mengamati jati diri, maka serumpun dengan para Buddha. Saya sang sesepuh hanya mewariskan Dharma seketika ini, semoga semua makluk menyaksikan Buddhata adalah satu raga, jika kelak ingin menemukan Dharmakaya, bebas dari segala wujud Dharma maka hati pun menjadi bersih. Berusaha keras menyaksikan sendiri jangan bermalas-malasan, pikiran yang akan datang tiba-tiba terputus sehingga satu kehidupan pun berhenti, jika menyaksikan Buddhata dengan mencerahi Mahayana, tulus dan hormat beranjali dan memohon hati sendiri."

Guru bersabda, "Kalyana-mitra! Semua mesti dibaca dan diresapi, kemudian melatih dirilah berdasarkan gatha ini, jika di bawah kata-kata ini, Anda menyaksikan Buddhata. Walaupun seribu mil jauh dari saya, bagai selalu di samping saya. Jika di bawah kata-kata ini, Anda tidak mencapai pencerahan, berarti Anda berada seribu mil di seberang sana, buat apa bersusah payah datang dari jauh? Jaga diri dan pergilah baik-baik!" Orang-orang mendengarkan Dharma, tiada yang tidak mencapai pencerahan dan mengamalkan dengan sukacita."

undefined

※ ※ ※

Pertama-tama, kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada adinata homa Buddha Vairocana -- Da Ri Ru Lai, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada seluruh yidam yang hadir dalam upacara. Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se-Dharma di internet. Tamu agung kita hari ini -- my father Sdr. Er-shun Lu, my older sister Bibi Guru Sheng-mei Lu, my third sister Bibi Guru Guo-ying Lu and her husband, akademisi Academy of Sinica Prof. Hsi-yi Chu dan istri Ibu Wen-wen Chen, ketua Asosiasi Kasih Sayang Bunga Randu Ibu Su-zhen Yang, Pengurus Qiong-xian Chen dan bapak ibu seluruh pengurus dan pengawas, perwakilan DPP Ibu Su-hui You Huang, anggota parlemen Kabupaten Nantou Zhuang Xu, ketua pengurus LLCS Sdr. Guan-de Wu, dan hari ini donatur dari Jepang, di sana, Japanese, "domokonnichiwa" (Bahasa Jepang: apa kabar), yang datang dari Jepang, mereka tidak mengerti Bahasa Mandarin, mereka bicara Bahasa Jepang.

Adinata homa hari ini adalah Buddha Vairocana atau Da Ri Ru Lai. Saat Mahabhiksu Kobo Daishi pergi ke China untuk belajar di Vihara Qinglong, Chang'an, Bhiksu Senior Hui-guo dari Vihara Qinglong memberikan abhiseka Buddha Vairocana -- Da Ri Ru Lai kepada-Nya. Oleh karena itu, nama vajra dari Kobo Daishi adalah Vajra Memancar ke Segala Penjuru. "Arti dari "memancar ke segala penjuru" adalah "tidak ada yang tempat yang tidak dipancarinya", disebut "memancar ke segala penjuru". Vairocana punya 3 macam simbol: 1. Ia adalah "cahaya memancar ke segala penjuru", alam Dharma mana pun dapat terpancar; kedua adalah "kebijaksanaan memancar ke segala penjuru", kebijaksanaan-Nya adalah kombinasi dari bermacam-macam kebijaksanaan di dalam alam Dharma, yaitu "kebijaksanaan sempurna" atau "kebijaksanaan memancar ke segala penjuru"; ketiga adalah "menghancurkan kerisauan memancar ke segala penjuru", Ia mampu menghancurkan segala kerisauan. Oleh karena itu, "memancar ke segala penjuru" ini ada 3 arti, pertama adalah "terang", kedua adalah "kebijaksanaan", ketiga adalah "menghancurkan segala kerisauan". Di dalam Tantra ada 2 kitab sutra, yaitu: VAIROCANA SUTRA dan VAJRASEKHARA SUTRA Vajradhatu dan Garbhadhatu, yidam ini, boleh dikatakan, Ia adalah pemeran utama dari para pemeran di dalam kedua Sutra ini, pemeran utama yang memerankan kedua kitab Sutra ini; Vajradhatu dan Garbhadhatu menjadikan Buddha Vairocana -- Da Ri Ru Lai sebagai adinata. Kobo Daishi menjadikan yidam yang satu ini sebagai adinata, jadi, Kobo Daishi disebut juga "Vajra Memancar ke Segala Penjuru".

undefined

Yidam yang satu ini, juga boleh dikatakan, Bodhisattva Nagarjuna buka pagoda besi, Vajrasattva mentransmisikan sadhana, pemeran utama di dalam 2 kitab Vajra dan Garbha adalah Vairocana -- Da Ri Ru Lai, Ia juga pemimpin dari Pancadhyani Buddha. Walaupun, semua Buddha adalah setara, namun, kebijaksanaan-Nya telah menyerap seluruh kebijaksanaan Pancadhyani Buddha, jadi disebut "kebijaksanaan sempurna". Apalagi Dharmabala-Nya. Tadi, Mahaguru masih belum sampai altar utama, ketika semua orang menunggu penjemputan dari prosesi penjemputan Mahaguru. Tak disangka, Vairocana dari tengah angkasa, Ia tidak sabar untuk turun, (hadirin tepuk tangan) bahkan bawa serta 3 orang perwakilan, saya melihat sebuah piramida yang sangat indah, bertingkat-tingkat sampai puncak tertinggi, di tengah adalah Vairocana, duduk di atas Dharmasana, di depan ada 3 yidam yang melambangkan-Nya, pertama melambangkan "kebijaksanaan" -- Bodhisattva Manjushri; kedua melambangkan "welas asih" -- Bodhisattva Avalokitesvara; dan ketiga melambangkan "Dharmabala" -- Bodhisattva Vajrapani. Yakni Vajrasattva, Bodhisattva Vajrapani -- vajra tangan, Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Manjushri, ketiga yidam di depan-Nya turun bersamaan; ada lagi Buddha yang tak terhitung, Bodhisattva yang tak terhitung, Vajra Dharmapala yang tak terhitung, para dewa yang tak terhitung, ikut turun bersama Vairocana, hari ini dalam upacara, semua turun. (Hadirin tepuk tangan) Ini sangat luar biasa. Upacara hari ini, banyak Buddha Bodhisattva memancarkan cahaya memberkati semua umat yang mendaftar, seluruh hadirin. Hari ini kita dapat mengikuti upacara ini, saya sendiri merasa ini suatu kehormatan terbesar. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini sangat luar biasa, langka, Ia adalah Dharmakaya, Sambhogakaya, Nirmanakaya atau induk dari para Buddha, tubuh-Nya berwarna putih, berjubah surgawi putih yang berlapis-lapis, mengenakan mahkota Pancadhyani Buddha, membentuk mudra kepal prajna, mudra memutar Dharmacakra, seluruh Dharmacakra diputar oleh-Nya, seluruh kebijaksanaan sempurna. Oleh karena itu, Ia membentuk mudra kepal prajna, mudra memutar Dharmacakra, Ia melambangkan "terang memancar ke segala penjuru", "kebijaksanaan memancar ke segala penjuru", "menghancurkan segala kerisauan", memancar ke seluruh insan. Jadi, hari ini bisa menjadi donatur, mendaftar, hadir, semua mendapatkan pemberkatan "terang", "kebijaksanaan", dan "menghancurkan kerisauan"; bagaimana dengan yang menonton internet? "Komputer memancar ke segala penjuru", (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) Kalian menonton komputer, komputer tentu saja memancar ke arahnya. Saya percaya permohonan hari ini dapat terkabulkan. Om Mani Padme Hum. (Hadirin tepuk tangan)

undefined

Kita menerangkan SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga Sutra Altar Patriak VI), kali ini, saya akan baca seluruh bab ini. Patriak VI bersabda, "Kalyana-mitra! Dharmakaya pada dasarnya sempurna, menyaksikan sendiri jati diri dalam setiap pikiran, itulah Buddha Sambhogakaya. Dari perenungan Sambhogakaya, itulah Buddha Nirmanakaya. Mencerahi sendiri dan melatih sendiri. Pahala jati diri, adalah bersarana sejati. Fisik adalah rupakaya, rupakaya adalah rumah, tidak boleh dikatakan bersarana. Namun, mencerahi trikaya jati diri, berarti mengenal Buddha jati diri." "Saya punya satu Gatha Alaksana (Syair Tanpa Wujud), jika bhiksu dapat menjalankannya, kata-kata ini dapat membuat dosa kemelekatan Anda selama berkalpa-kalpa lenyap seketika. Gatha berbunyi, "Orang sesat meningkatkan berkah tanpa melatih diri, tetapi mengatakan meningkatkan berkah adalah marga (kebenaran). Berdana dan memberi persembahan menghasilkan berkah tak terhingga, 3 jenis kejahatan sebenarnya tercipta di dalam hati. Berniat meningkatkan berkah untuk menghapus dosa, di kehidupan mendatang mendapatkan berkah namun dosa masih ada, begitu sebab-musabab dosa disingkirkan dari dalam hati, maka dinamakan pertobatan sejati di dalam jati diri. Tiba-tiba mencerahi pertobatan sejati dari Mahayana, menyingkirkan kesesatan dan melatih diri, maka dosa pun tiada, belajar marga (kebenaran) harus senantiasa mengamati jati diri, maka serumpun dengan para Buddha. Saya sang sesepuh hanya mewariskan Dharma seketika ini, semoga semua makluk menyaksikan Buddhata adalah satu raga, jika kelak ingin menemukan Dharmakaya, bebas dari segala wujud Dharma maka hati pun menjadi bersih. Berusaha keras menyaksikan sendiri jangan bermalas-malasan, pikiran yang akan datang tiba-tiba terputus sehingga satu kehidupan pun berhenti, jika menyaksikan Buddhata dengan mencerahi Mahayana, tulus dan hormat beranjali dan memohon hati sendiri."

Guru bersabda, "Kalyana-mitra! Semua mesti dibaca dan diresapi, kemudian melatih dirilah berdasarkan gatha ini, jika di bawah kata-kata ini, Anda menyaksikan Buddhata. Walaupun seribu mil jauh dari saya, bagai selalu di samping saya. Jika di bawah kata-kata ini, Anda tidak mencapai pencerahan, berarti Anda berada seribu mil di seberang sana, buat apa bersusah payah datang dari jauh? Jaga diri dan pergilah baik-baik!" Orang-orang mendengarkan Dharma, tiada yang tidak mencapai pencerahan dan mengamalkan dengan sukacita."

Sesungguhnya, untuk melatih diri, ada tingkatannya, dari Nirmanakaya hingga Samhogakaya hingga Dharmakaya, semua ada tingkatannya. Apa itu tingkatan? Yakni urutan. Satu urutan. Saya beri satu ilustrasi, sepasang kekasih yang baru bertemu beberapa kali, si pria mau kiss si wanita, si wanita berkata, "Jangan cium saya", si pria tetap mau kiss dia; si wanita pun berkata, "Jangan", si pria tetap mau kiss dia; "Jangan", pria ini tetap mau kiss dia; terakhir adalah "silahkan". Inilah tingkatan, pertama-tama "jangan", terakhir berubah menjadi "silahkan", selangkah demi selangkah! Melatih diri harus selangkah demi selangkah.

Dulu, Tsongkapa melihat orang-orang Tibet, para Bhiksu Lama, mereka selalu ingin abhiseka sadhana terbesar, memohon sadhana terbesar, sadhana kecil tidak dipandang, bahkan menolak abhiseka. Setiap orang ingin berlatih sadhana besar, ini adalah satu penyakit. Jadi, Ia menulis "Maha Sastra Bodhi Lam Rim" yaitu saat Anda bersadhana, mulai dari paling dasar, selangkah demi selangkah, lebih dulu "kebenaran bawah", "kebenaran menengah", kemudian "kebenaran atas". "Maha Sastra Tantra Lam Rim" juga ada tingkatannya, lebih dulu "Dharma Kriya", kemudian "Dharma Charya", kemudian "Dharma Yoga", kemudian "Dharma Anuttara", selangkah demi selangkah, ada tingkatannya, tidak mungkin mencapai tingkatan tertinggi dalam satu langkah. Jadi, banyak orang dalam melatih diri, bertanya, "Apa yang Anda tekuni?" "Saya menekuni yang terbesar." Semua orang menekuni yang terbesar, siapa yang menekuni yang kecil? Yang kecil tidak ada orang yang tekuni.

undefined

Dari semua Dharma, Patriak VI bersabda, "Meningkatkan berkah" adalah "sambhara-marga" (kebenaran untuk mengumpulkan bekal), yang paling dasar, yang harus dilakukan, Anda mesti meningkatkan bekal duniawi. "Berdana" adalah meningkatkan bekal duniawi; ada lagi meningkatkan bekal surgawi, yaitu meningkatkan bekal mencapai kebuddhaan, lakukan selangkah demi selangkah. Jadi, Gatha yang disabdakan-Nya, "Orang sesat meningkatkan berkah tanpa melatih diri, tetapi mengatakan meningkatkan berkah adalah kebenaran", Patriak VI menunjukkan bahwa "Berdana dan memberi persembahan menghasilkan berkah tak terhingga", namun, tiga kejahatan yang semula ada dalam hatinya -- keserakahan, kemarahan, kebodohan masih ada! Tidak bisa dihapus, itu hanya "meningkatkan berkah". Patriak VI langsung berkata, di dunia ini, Anda berbuat kebajikan, itu adalah "meningkatkan berkah" -- "sambhara-marga", masih jauh dari "bhavana-marga" (jalan melatih diri). Namun, haruskah dilakukan? Tetap harus dilakukan, akan tetapi, itu bukan "bhavana-marga". Boleh dikatakan bekal duniawi dan bekal surgawi, tidak boleh dikatakan "melatih diri", sabda Patriak VI sangat jelas. Seperti Sheng-yen Lu Foundation yang Mahaguru rintis -- "Yayasan Sosial Sheng-yen Lu", apakah itu meningkatkan berkah? Atau "melatih diri"? Apakah itu meningkatkan "sambhara-marga"? Haruskah ditingkatkan? Tetap harus ditingkatkan, karena itu adalah dasar!

Buddha Sakyamuni berceramah Dharma, lebih dulu menjelaskan dari dasar -- "Bagaimana berperilaku"! Mengajari kita dasar-dasar berperilaku sebagai seorang manusia, harus berperikemanusiaan, harus berjiwa sosial. Buddha menyampaikan Dharma demikian, harus berjiwa sosial! Meminta kita bagaimana menjadi orang baik sejati, budiman sejati, kemudian Buddha juga mengajari kita bagaimana menjalankan kebajikan, bagaimana berbuat baik, ini ada hubungannya dengan bagaimana menjadi seorang budiman sejati.

Sheng-yen Lu Foundation -- Yayasan sosial Sheng-yen Lu, juga berharap semua umat Zhenfo Zong, kita semua harus mendukung Sheng-yen Lu Foundation, ia bukan milik saya pribadi, juga bukan milik presiden direktur Fo-ching Lu, melainkan milik insan. (Hadirin tepuk tangan)

Buddha Sakyamuni menjelaskan "bagaimana berperilaku", mengajari kita "bagaimana berbuat baik", kemudian Ia mengajari kita "bagaimana melatih diri", menempuh jalan melatih diri, ini yang ketiga, keempat, Ia baru mengajari kita "apa itu kebenaran tertinggi", "apa itu hal yang paling sulit dibayangkan", "apa itu kebijaksanaan sempurna", yang terakhir adalah "kebenaran tertinggi dari Buddha".

Buddhadharma ada yang namanya "kebenaran tertinggi". Apa yang dimaksud "kebenaran tertinggi"? Mengenai "kebenaran tertinggi" atau "Buddha sejati"; sedangkan 3 jenis lainnya, "bagaimana melatih diri", "bagaimana berbuat kebajikan", "bagaimana menjadi seorang budiman sejati", itu bukan kebenaran tertinggi, disebut "Buddhadharma yang bukan kebenaran tertinggi", inilah bedanya dengan kebenaran tertinggi. Di dalam Buddhadharma ada banyak tingkatan, di dalam Tantra lebih dulu melatih "Kye-rim" (tahap pembangkitan), kemudian melatih "Dzog-rim" (tahap kesempurnaan). "Kye-rim" itu "bukan kebenaran tertinggi", sementara, "Dzog-rim" barulah "kebenaran tertinggi". Tiga jenis Buddhadharma yang di awal itu bukan kebenaran tertinggi, yang terakhir baru disebut "kebenaran tertinggi". Patriak VI di sini mengatakan, semua yang merupakan "kebenaran tertinggi" sangat berharga.

undefined

Di sini, Ia bersabda, manusia ingin "meningkatkan berkah", supaya dosa-dosa ini dihapus, dengan melakukan sedikit pahala, mengadosi anak-anak miskin, lalu ingin dosa-dosa ini dihapus, sebenarnya, di kehidupan yang akan datang, Anda akan mendapatkan berkah, namun, dosa Anda masih ada, Ia telah mengatakan sangat jelas. Patriak VI bersabda, Anda punya berkah, namun, dosa masih ada.

Mengapa manusia berbuat dosa? Pertama adalah keserakahan. Dulu, Lu Dongbin "tunjuk batu menjadi emas", Ia mencoba siapa manusia di dunia ini yang serakah. Ia bertemu seseorang, ia pun ambil sebongkah kerikil, sekali tunjuk, berubah menjadi emas. Ia berkata, "Ini untuk Anda!" "Yang satu ini saya mau, Anda tunjuk lagi satu buat saya." Lu Dongbin tunjuk satu lagi untuknya, orang ini pun sudah sangat puas, bawa pulang 2 bongkah emas. Bertemu orang kedua, Ia berkata, "Saya tunjuk batu menjadi emas untuk Anda." Ia tunjuk satu, ia berkata, "Ini bagus, saya mau yang lebih besar." Ia pun tunjuk sebongkah batu besar di samping, sekali tunjuk, wah! Bagus! Alhasil, ia tidak bisa angkat, terlalu berat, ia pulang dan menyuruh ibu, kakek, dan istrinya! Semua datang, digiring pulang. Ini belum seberapa, Ia bertemu orang ketiga, "Saya bisa tunjuk batu menjadi emas, saya tunjuk batu menjadi emas untuk Anda." Orang ini sangat jujur, "Saya tidak mau." "Wah!" Begitu sesepuh Lu mendengarnya, "Orang ini tidak mau emas, di dunia ini masih ada orang baik, masih ada orang suci, ia tidak mau emas." Ia berkata, "Anda tidak mau emas, Anda mau apa?" "Saya mau jari Anda itu." Ini lebih parah lagi, lebih serakah. Bagaimana mungkin tidak ada dosa? Anda kira telah berdana sedikit uang, semua dosa pun dihapus? Ini terlalu serakah. Ada yang dari luar tidak serakah. Kebanyakan dari kita boleh dianggap orang jujur, ada yang lebih parah, mencuri, menodong, merampok, benar-benar parah; bahkan ada yang membunuh orang demi uang, fenomena demikian terlalu banyak, semua ini adalah dosa yang sangat berat, merupakan karma dosa dari 3 kejahatan.

Maling bawa buntelan, tengah malam mencuri barang, setiap jenis barang pun dicuri, ditaruh di dalam buntelannya, tuan rumahnya belum tidur dan menyadarinya, "Aduh! Rumah saya kemasukan maling, semua barang di rumah saya ditaruh di dalam buntelan", orang ini pun diam-diam mengambil buntelannya, begitu maling ini mencuri, "Kenapa buntelan saya hilang, ternyata ada maling yang lebih hebat." Ia sendiri sudah berdosa, masih menyalahkan orang lain, mengatakan "ada maling". Kadang-kadang, orang yang berdosa, tidak tahu diri sendiri berdosa, masih mengira orang lain berdosa. Jadi, dosa ini, sangat sulit dihapus.

Ada seorang maling, tengah malam mencuri buah, sekarang ada buah apa? Musim panas baru ada semangka. Musim dingin ada buah apa? Labu? Wah! Changzhi (Acarya Shi Lianhua Changzhi) pintar sekali, pantas saja kulapati, sekali jawab langsung benar. Maling ini mencuri buah di kebun buah, tertangkap, jaksa berkata padanya, "Mengapa Anda tengah malam mencuri buah orang lain?" Ia berkata, "Mana ada, malam itu gelap sekali, tidak ada bulan, tidak ada bintang, gelap gulita, saya mau curi buah saja susah sekali, mana ada orang melihat saya?" Ia berkata "mana ada", "langit terlalu gelap", "tidak ada orang melihatnya", hati nurani ada di langit dan di bumi! Anda tahu ada langit sedang melihat! Bumi sedang melihat! Hati sedang melihat!

undefined

Kejahatan itu tersembunyi, bukan setelah Anda mencuri barang orang lain, kemudian Anda berdana sedikit uang, dosa ini pun bisa dihapus. Patriak VI bersabda, ini tidak bisa. "Berdana dan memberi persembahan menghasilkan berkah yang tak terhingga, 3 jenis kejahatan dalam hati yang semula tercipta. Berniat meningkatkan berkah untuk menghapus dosa, di kehidupan mendatang mendapatkan berkah namun dosa masih ada", ada niat berdana, tentu saja bisa mendapatkan berkah; namun, karma dosa yang diciptakan tidak bisa dihapus. Untuk menghapus dosa, harus dihapus dari dalam hati, harus benar-benar bertobat baru bisa lenyap. Patriak VI bersabda "harus benar-benar bertobat", semua kesalahan tidak diperbuat lagi, berikrar tidak melakukan lagi, dengan terang Buddha Bodhisattva, membersihkan hati Anda sendiri, tidak mengulangi lagi perilaku yang salah, hati Anda bersih, sudah dibersihkan, biarkan arus Dharma Vairocana masuk ke dalam hati Anda untuk menyingkirkan segala karma dosa Anda. Hati terang, bersih, Anda baru mengerti "Oh! Ternyata Buddhata adalah diri sendiri", "ternyata terang ada di dalam hati sendiri", ini disebut "pertobatan sejati". Hanya "pertobatan sejati", secara lahiriah bertobat atas perilaku, secara batiniah bertobat sehingga terang pun muncul, membersihkan segala karma dosa yang sesungguhnya. Ini baru disebut "pertobatan sejati", "begitu sebab-musabab dosa disingkirkan dari dalam hati, maka dinamakan pertobatan sejati di dalam jati diri", Patriak VI bersabda bahwa secara lahiriah berbuat berkah, berdana, tanpa mengembalikan kesucian secara batiniah, dosa tetap ada.

Patriak VI bersabda, "Belajar kebenaran harus senantiasa mengamati jati diri, maka setara dengan para Buddha", jika Anda dapat mengamati Buddhata sejati diri sendiri dan terang bisa muncul, Anda dan seluruh Buddha adalah serumpun atau sama, ini barulah "kebenaran tertinggi". Kita semua serumpun dengan Buddha, jika secara perilaku kita benar, batin kita, segala keserakahan, kemarahan, kebodohan, keragu-raguan, kesombongan bersih sepenuhnya, kemudian, terang pun muncul, ini baru disebut "melatih diri", jika tidak demikian, tidak dianggap "melatih diri", disebut "berbuat berkah". Banyak orang kaya, berbuat banyak kebajikan, mengerahkan banyak uang untuk berdana, ini disebut "berbuat berkah", di kehidupan yang akan datang, memiliki berkah yang lebih banyak, uang yang lebih banyak, ini juga benar, tidak salah, namun, secara batin? Benih keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, jika tidak dibasmi, karena melatih diri, Buddha pun masuk dan menetap di hati Anda, bahkan Buddha di hati Anda pun muncul, jika tidak bersih, dosa tetap ada, inilah maksudnya.

"Dharma seketika" yang diwariskan guru Patriak VI, "Dharma seketika" adalah cara yang sangat cepat mencapai pencerahan, "Semoga semua makluk menyaksikan Buddhata adalah satu raga", semua adalah satu raga, semua adalah sama, semua memiliki Buddhata. Buddha juga bersabda "semua insan memiliki Buddhata", di sini bicara tentang sebab akibat. Sebab akibat itu benar! Namun, terhadap sebab dan akibat, Anda sembarangan menduga sebab akibat itu tidak benar. Ada orang baru belajar sedikit pengetahuan yang dangkal, lalu keluar mengatakan, "Tidak boleh membunuh! Anda bunuh kambing! Anda akan menjadi kambing; membunuh sapi! Akan menjadi sapi; Membunuh babi! Akan menjadi babi." Hadirin berkata, "Kalau begitu bunuh manusia saja." Bunuh manusia maka menjadi manusia? Budiman ini bengong begitu mendengarnya. Karena, bukan seperti itu menjelaskan sebab dan akibat, sebab akibat itu sulit sekali diduga. Suatu hari, Ananda berkata pada Buddha Sakyamuni, "Ah! Saya sudah memahami sebab akibat." Buddha Sakyamuni meraba kepala-Nya, "Nak, Anda masih kepagian!" Melatih diri belum 3 hari, sudah ingin naik ke surga, belum makan 3 karung beras, sudah mengatakan ingin berjalan. Masih kepagian! Sebab dan akibat tidak semudah itu bisa Anda duga, sebab dan akibat tidak terbayangkan!

Di dalam Agama Buddha ada beberapa sastra besar yang sangat penting, Pramana-vartika, Mahayanabhidharma-samuccaya, Pramana, semua adalah "pemahaman sebab", apa itu "pemahaman sebab"? Dari sebab akibat, memahami segalanya. Hari ini jika perlihatkan "Pramana-vartika", semua orang tidak mengerti. Acarya Lianning! Anda pernah baca Pramana-vartika? Mengertikah? "Mong Cha Cha" (Bahasa Kanton: samar-samar), "Wu Sha Sha" (Bahasa Taiwan: samar-samar) "Pemahaman sebab"! Dengan sendirinya menjadi sebuah ilmu, mampu mengerti "Pramana-vartika", maka akan mengerti "Pramana". Buddha Sakyamuni menjelaskan "duka (penderitaan), samudaya (sebab-sebab penderitaan), nirodha (lenyapnya penderitaan), marga (jalan menuju lenyapnya penderitaan)", kata "samudaya", tidak mudah dimengerti. Semua orang mengira penderitaan itu "dihimpun"! Kemudian "marga" (kebenaran) dilenyapkan, tidak semudah itu! Itu bicara sebab akibat! Saya boleh mengatakan demikian, ibarat menenun kain, benang ini ditenun sampai di mana, benang itu ditenun sampai di mana, padat dan banyak, semua adalah sebab akibat. Untuk mengetahui sebab akibat, untuk menghilangkan sebab akibat, tidak mudah!

undefined

Untuk mengerti "dukha" pun tidak mudah. Buddha bersabda ada 8 jenis dukha. Di dalam cerita lucu diceritakan sejenis "dukha". Ada seorang anggota seksi sangat menderita, ia tidak hanya harus merawat dirinya sendiri, di rumah masih ada istri yang sedang sakit, tengah malam ia harus merawat istrinya, siang ia juga harus merawatnya, mengukur suhu badan, memberinya obat, memberinya makan, menyuapinya, susah sekali, bahkan harus membopongnya ke toilet. Di rumahnya ada orang sakit, semua orang sangat simpati, benar-benar sangat menderita. Ketua seksi yang satu lagi berkata, "Saya juga sangat menderita!" "Anda menderita apa? Seluruh anggota keluarga Anda sehat, menderita apa lagi?" "Saya tidak hanya harus merawat diri saya sendiri, saya masih harus merawat istri orang lain." Semua orang berkata, "Hah! Anda merawat istri orang lain? Apa tidak salah?" "Dia adalah putri saya yang berumur 3 tahun." Yang mengerti akan tertawa. (Hadirin tepuk tangan) Upasaka/sika sekarang, banyak yang sedang merawat istri orang lain, keluarga yang ada anak perempuan, apakah tidak menderita? Rawat! Rawat! Rawat sampai dewasa. Gendong! Gendong! Menyusui! Tumbuh besar! Menyekolahkannya hingga Doktor, kelak menikah dengan orang lain, terbang ke United States, bukankah itu merawat istri orang lain, merawat seumur hidup? Anda menderita atau tidak? Setahun bisa mengirim selembar kartu ucapan tahun baru kepada Anda, sudah lumayan! Anggap dia pengertian, masih tahu orang tua masih ada, bersyukurlah! Masih mengirim kartu ucapan tahun baru, begitu lihat pun bisa meneteskan air mata. Ada yang bahkan kartu ucapan tahun baru pun tidak ada, sungguh, bahkan mengeluhkan mas kawin terlalu sedikit. Siapa yang tidak menderita? Semua insan itu menderita.

Menurut sastra sebab akibat, sungguh, banyak sekali sebab dan akibat, antara Anda dan orang tua Anda, Anda dan istri Anda, Anda dan anak-anak Anda, Anda dan cucu Anda, semua diciptakan oleh sebab dan akibat; semua teman yang Anda temui, semua diciptakan oleh sebab dan akibat; bahkan kehidupan Anda yang sekarang, kehidupan Anda yang akan datang, kehidupan lampau Anda, berbagai kehidupan lampau Anda, semua diciptakan oleh sebab dan akibat. Bagaimana Anda mencapai kebuddhaan? Jadi, Patriak VI di sini mengatakan, asalkan Anda menyaksikan Buddhata sendiri, melihat Dharmakaya Anda; segala wujud meninggalkan Anda, hati Anda akhirnya mampu memancarkan terang yang bersih. Anda sendiri gigih melatih diri, jangan melewatkan waktu, mampu menghentikan semua pikiran yang akan datang, dalam kehidupan sekarang baru bisa "menghentikan semua karma dosa dalam satu kehidupan". Melihat Buddhata, terang muncul, baru bisa menemukan Buddhata. Jadi, "Gatha Alaksana" Patriak VI, saat ini baru dapat "tulus dan hormat beranjali dan memohon hati sendiri", memohon hati Anda sendiri, Buddhata pun muncul, inilah "Gatha Alaksana" Patriak VI.

Hari ini kita di sini, menguasai "Gatha Alaksana" Patriak VI, maka naik tingkat, naik kelas. Sekarang setiap dari kita adalah kelas bibit unggul. (Hadirin tepuk tangan) Tidak seperti orang di luar, hanya tahu "baik" dan "jahat", "berbuat baik, naik ke surga", "berbuat jahat, turun ke neraka", tidak bisa mengerti, bagaimana melenyapkan keserakahan, kemarahan, kebodohan yang semula ada di dalam hati sendiri, harus ada terang Buddha di dalam hati Anda, di dalam hati Anda muncul Buddhata, baru disebut "karma dosa lenyap selamanya", baru bisa "mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang". Hari ini, semua hadirin adalah siswa terkemuka.

Siapa murid bodoh? Ada seorang murid, sepulangnya, ia berkata pada orang tuanya, "Kami semua naik kelas, hanya ada satu turun kelas." Orang tua pun bertanya padanya, "Siapa yang turun kelas?" "Guru kami turun kelas." "Mengapa?" "Karena kami semua sudah naik kelas 3, guru yang mengajari kami di kelas 2, masih mengajar di kelas 2." Jadi, guru turun kelas, kami semua naik kelas. Kali ini saya berceramah Dharma, Mahaguru sebagai seorang guru juga naik kelas, (hadirin tepuk tangan) Kalian! Sebagai murid, juga naik kelas. (Hadirin tepuk tangan) Semuanya sudah mengerti.

undefined

Kebijaksanaan kita beda dengan orang biasa, kita tahu bahwa kita harus menyaksikan Buddhata kita, menyucikan keserakahan, kemarahan, kebodohan, keragu-raguan, dan kesombongan kita, ini baru disebut "melatih diri". Sedangkan, orang awam mengira, saya melakukan sedikit kebajikan berarti saya telah "melatih diri", padahal itu cuma "meningkatkan berkah". Patriak VI bersabda "meningkatkan berkah", di kehidupan yang akan datang akan mempunyai berkah, jika semakin bagus, bisa ke surga, namun, Anda tidak bisa mencapai kebuddhaan; untuk mencapai kebuddhaan, harus mengikis karma Anda -- rintangan karma sebab akibat. Ada seorang dokter berkata pada seorang pasien, "Ya ampun, Anda telah terkena penyakit menular, semua benda di tubuh Anda harus disterilkan." Harus disterilkan, sekarang virus sangat berbahaya, banyak penyakit menular, H1N1, flu! H1N1 sedang populer. Kuman gampang sekali menular, kalian jangan pergi ke tempat umum, namun, Lei Tsang Temple kalian harus datang, (Mahaguru tertawa, hadirin tepuk tangan) karena Lei Tsang Temple ada Vajra Dharmapala! Benar tidak? Penyakit menular bisa disingkirkan. Seorang dokter berkata pada seorang pasien, "Tubuh Anda terkena penyakit menular, Anda harus disteril." Si pasien menentangnya, "Tadi Anda menerima uang saya, mengapa tidak disteril?" Benar! Siapa yang bisa steril uang tunai? Manusia tanpa disadari akan tertular. Lihatlah, uang! Pasien penyakit menular memberikan uang kepada dokter, bukankah dokter tetap menerimanya, mana ada steril? Jadi, inilah alasan begitu banyak dokter meninggal dunia. Jangan tertular!

Kita juga tidak boleh sembarangan mengritik orang lain! Walaupun pelatihan diri kita bagus, kebijaksanaan sangat tinggi, kalian tidak boleh mengatakan "kebijaksanaan saya sudah sangat tinggi", "kebijaksanaan saya sudah sempurna", "saya sudah mencapai kebuddhaan", juga tidak boleh sembarangan mengritik orang lain. Karena di dalam pelatihan diri setiap orang, Anda tidak dapat melihatnya; Anda tidak tahu bahwa dalam melatih diri, ia mampu memancarkan terangnya ke seluruh penjuru! Sesungguhnya, pelatihan dirinya, pencapaiannya sungguh sangat tinggi; sedangkan sikapnya dari luar kelihatan wajar-wajar saja; walau pelatihan diri dari dalam wajar-wajar saja, bahkan telah mencapai keberhasilan, setelah berhasil pun tidak boleh mengritik orang lain, orang lain kelak juga akan berhasil! Ia juga punya Buddhata! Jangan mengatakan di luaran, "Kalian yang berbuat kebajikan, tidak akan berhasil." Tidak boleh mengatakan seperti itu. Atau di luaran mengatakan, "Saya lebih tinggi daripada orang yang berbuat kebajikan." Itu juga tidak benar, karena mungkin saja Anda tidak pernah berbuat kebajikan. Anda lihat, maksud saya adalah bhiksu-bhiksuni ini. Benar tidak? Jangan sembarangan mengritik. Ada seseorang pergi mendengar lagu, ia berkata pada orang di sampingnya, "Lihat penyanyi wanita itu, buruk sekali nyanyiannya." Orang itu pun berkata, "Dia istri saya!" "Oh! Maaf, maaf, maksud saya pengarang lagu itu sangat buruk." Bapak itu berkata, "Sayalah pengarang lagu itu." Jangan sembarangan mengritik orang, sungguh, mengritik orang, kadang-kadang, berbalik menyakiti diri sendiri, bukankah Buddha Sakyamuni pernah mengatakan, saat seseorang sedang mengritik orang lain, ibarat meludah ke langit, ludah ini jatuh, tetap jatuh ke diri Anda. Walaupun, tingkat pelatihan diri kita sudah cukup, kita tetap harus sangat rendah hati membimbing orang lain. Seperti Lama, Acarya, Dharmacarya, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokaplasraya, juga tidak boleh mengira statusnya sudah sangat tinggi, sangat sombong, sembarangan mengritik orang lain, tidak boleh. Apalagi upasaka/sika, tidak diperkenankan mengritik bhiksu/ni, ini adalah sila dari Sang Buddha.

Patriak VI bersabda, "Kalyana-mitra! Semua mesti dibaca dan diresapi, melatih diri berdasarkan ini", yakni melatih diri berdasarkan "Gatha Alaksana"-Nya. Kadang-kadang, Guru berkata pada saya "apa itu Buddhata", jika saya katakan pada Anda, Anda segera bisa melihat Buddhata, segera menyaksikan Buddhata, segera mencapai pencerahan, setelah menyaksikan Buddhata masih harus melatih diri! Melatih diri berdasarkan ini, Anda pun bersama Patriak VI; tidak melatih diri berdasarkan ini, walaupun bertemu Patriak VI, walaupun Anda bertemu Patriak VI, Anda tetap sangat jauh dari Patriak VI.

undefined

Hari ini, di dalam Zhenfo Zong, Anda ikut Mulaguru bersama-sama melatih diri, sesungguhnya, Anda benar-benar mempraktekkan melatih diri, Anda pun sangat dekat dengan Mahaguru; Anda setiap hari bersama-sama Mahaguru, tanpa tekun melatih diri, Anda pun sangat jauh dengan Mahaguru, inilah prinsipnya. Dharma yang saya sampaikan, Anda tidak tekuni, Anda sangat jauh dengan saya; Dharma yang saya sampaikan, Anda di tempat yang sangat jauh, telah tekun melatih diri, Anda pun berada di samping saya, inilah maksud Patriak VI, jadi, tidak ada perbedaan jauh dan dekat. Patriak VI bersabda, "Jaga diri! Pergilah baik-baik!" Semua insan mendengarkan Dharma ini, semua orang pun mencapai pencerahan, "mengamalkan dengan sukacita", dengan gembira mempraktekkannya dengan sungguh-sungguh.

Buddhadharma ada yang namanya "Dharma duniawi", bangun temple! Bangun vihara, itulah "Dharma duniawi"; berbuat kebajikan adalah "Dharma duniawi"; masih banyak lagi "Dharma duniawi" yang harus dilakukan. Saya pernah mengatakan, "Sheng-yen Lu Foundation", semua orang harus dukung, semua orang tetap harus sokong. Hari ini ketua LLCS datang, kita juga sama, harus bangun jembatan, bangun jalan, jika ada bencana alam dan bencana buatan manusia, kita harus bantu mereka, ini adalah "Dharma duniawi". Di sini, sabda Patriak VI juga ada "Dharma duniawi", "Dharma non duniawi", yakni menyucikan jati diri Anda yang semula, itulah "Dharma non duniawi", yakni menyaksikan Buddhata, memahami Buddhata. Om Mani Padme Hum.

「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。