401 - Menghancurkan Tiga Rintangan – Rintangan Asmara (1)
Mari kita mengulas perihal ‘Menghancurkan Tiga Rintangan’, rintangan yang kedua, yaitu ‘rintangan asmara’.
Dalam menekuni bhavana, rintangan pertama yang harus dihancurkan oleh seorang sadhaka adalah rintangan popularitas dan kekayaan, rintangan yang kedua adalah rintangan asmara. Pada umumnya dikatakan bahwa rintangan asmara sangat sukar dihancurkan.
Ada sebuah kisah dari India, pada jaman dahulu kala ada seorang sadhaka yang memiliki tekad besar untuk menekuni bhavana di dalam gubuk jerami, ia bertekad untuk menghindari rupa dan atribut, tidak mau melihat semua rupa-laksana (rupa dan atribut material), bertekad harus menekuni bhavana hingga mencapai keberhasilan. Ada seorang gadis yang membawa susu untuk dipersembahkan kepadanya, pada awalnya dia menolak persembahan gadis tersebut. Akhirnya karena gadis itu terus memohon, maka ia mengatakan: “Baiklah! Letakkan susu tersebut di luar jarak seratus meter!” Kemudian ia mengambilnya, ia menekuni bhavana dengan tekad penuh, ia meminta gadis itu untuk segera pergi setelah meletakkan susu di luar jarak seratus meter. Belakangan setelah dimohon lagi, akhirnya susu diletakkan di luar jarak lima puluh meter, kemudian dia mengambilnya. Kemudian, berubah menjadi sepuluh meter, susu itu diletakkan di luar jarak sepuluh meter. Namun lama kelamaan, sadhaka itu tidak lagi menetap dalam gubuk, akhirnya sadhaka tersebut pergi bersama gadis itu. Gubuk telah kosong.
Rintangan asmara sangat sukar dihancurkan, pada umumnya apabila sadhaka belum cukup kokoh, kemudian langsung terjun untuk menuntun insan, akhirnya justru mereka yang disesatkan oleh para insan. Anda turun gunung untuk menuntun harimau, pada akhirnya justru menghantarkan diri untuk menjadi santapan harimau. Oleh karena itu Sakyamuni Buddha mengajarkan kita para sadhaka untuk melakukan dua macam kontemplasi, yang satu adalah asthi-samjna (kontemplasi tulang belulang), yang satunya adalah asubham-smrti (kontemplasi kekotoran tubuh), mengkontemplasikan kekotoran dari segala rupa-laksana. Di dalam tempurung kepala terdapat otak, di dalam tubuh terdapat darah, di dalam usus kecil dan usus besar terdapat kotoran, apabila Anda mengeluarkan jantung, hati, limpa, paru-paru dan ginjal, maka semuanya pasti berbau busuk, inilah asubha-smrti yang harus dilatih.
Kemudian adalah asthi-samjna, harus melakukan kontemplasi ini, Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk melakukan asthi-samjna dan asubha-smrti, supaya kita tidak melekat oleh penampilan luar, rupa-laksana hanyalah sebuah kulit, kita harus melihat ke dalam.
Tidak hanya seorang sadhaka yang dapat terjerumus dalam rintangan asmara, bahkan para insan awam pun sebagian besar sangat melekat kepada rintangan asmara. Saya mendengar sebuah berita dari Jepang, ada seorang pria yang ditinggal mati oleh kekasihnya, ia sangat mencintai kekasihnya, setelah kekasihnya dikremasi, ia menampung bubuk abunya di dalam sebuah botol lada, tiap pagi saat sarapan, dia menaburkan bubuk abu tersebut ke atas bubur kemudian memakannya sampai habis. Suatu hari temannya datang berkunjung, ia melihat ada bubur, kemudian ia menuangkannya ke dalam mangkuk dan menaburkan ‘bubuk lada’, justru dikarenakan teman itu mengetahuinya, barulah kabar ini tersebar luas.
Kemelekatan pada asmara sangatlah mendalam, Sakyamuni Buddha mengajarkan asthi-samjna kepada kita, wah! Sungguh menakutkan, saya telah membabarkan metode asthi-samjna, Anda melihat tulang belulang, apakah Anda tidak takut, apakah masih merasa tulang itu sangat menarik? Saat itu dari lubang mulut dan matanya muncul beberapa belatung, kemudian dari mulutnya keluar seekor ular, apakah Anda masih menyukainya?
Metode asthi-samjna yang diajarkan oleh Sakyamuni Buddha ini tidak akan berfungsi untuk pria Jepang itu, sebab bahkan tulangpun ia makan, ia mengatakan ia melakukan itu semua supaya dia dapat menyatu dengan kekasihnya, selamanya kokoh dalam asmara, sebuah cara supaya mereka dapat bersama-sama selamanya, ini merupakan kemelekatan, saat Anda melekat pada asmara, maka Anda akan terpenjara di dalamnya dan tidak sanggup menghancurkannya, namun saat Anda melepaskan asmara, barulah Anda dapat melihat sifat aslinya, Anda mampu merelakan, dengan demikian Anda menjadi leluasa, keterikatan pada asmara sangatlah menderita.
Sangatlah mudah menasehati orang lain, “Anda harus bisa melihat sifat aslinya, Anda harus merelakan, Anda harus berpandangan lebih luas!” Semua orang mampu mengatakan: “Bukalah pikiranmu! Hidup ini bagaikan sandiwara, buka pikiranmu, kenali sifat aslinya, semua hanya sebuah sandiwara, semua hampa.” Inilah yang dikatakan, namun saat diri sendiri yang mengalaminya, ia langsung menenggelamkan diri ke laut. Oleh karena itu meskipun sangat mudah diucapkan, namun sesungguhnya sangat sukar untuk dilaksanakan, Anda harus menguasai metode kontemplasi yang diajarkan dalam tantrayana, pada umumnya ada beberapa yang menggunakan metode transformasi, yang usianya lebih tua Anda pandang sebagai ibu, sedangkan yang usianya muda, Anda pandang sebagai adik sendiri, dengan demikian tidak akan muncul pemikiran asmara. Wanita muda Anda pandang sebagai saudara kandung sendiri, sedangkan wanita yang lebih tua Anda pandang sebagai ibu sendiri. Dalam hal ini seorang sadhaka memang sukar untuk mengatasinya, hanya libur beberapa hari, atau sebulan, dua bulan, maka seseorang bisa berubah total, sungguh menakutkan! Saat tidak mampu menghancurkan rintangan asmara, Anda harus hati-hati, berarti Anda masih belum memiliki kapasitas memadai, jangan turun gunung! Hari ini memperingatkan kalian, sebab jika Anda memaksakan diri untuk turun gunung, Anda akan habis!
Om Mani Padme Hum