【Berita TBS Seattle】
Sore hari tanggal 12 Juli 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat denga tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Maha Padmakumara Putih. Karena pandemi masih parah, Dharmaraja mengumumkan bahwa upacara homa minggu depan kita akan lanjutkan untuk menjadikan Tara Peredam Wabah ( Chuwenyidumu -除瘟疫度母 ) sebagai Adinata, akan tetapi, nama yang semula "Jiuwenyidumu" ( Tara Penolong Wabah ) mesti diganti dengan "Chuwenyidumu" ( Tara Peredam Wabah ).
"Pahala penekunan Sadhana Dhumapuja sangat besar, digunakan untuk persembahan kepada Buddha dan ke bawah kepada penagih utang karma."
Dharmaraja mengajarkan, bila ingin menggunakan Sadhana Seribu Cakra untuk melakukan Sadhana Dhumapuja, sadhaka dapat visualisasi tungku Dhumapuja menjadi banyak memenuhi angkasa, "Tentu saja visualisasi demikian dapat menghimpun sambhara bhavana. Sadhana Memutar Seribu Cakra sama dengan metode visualisasi mahaluas, oleh karena itu boleh dilakukan."
Bolehkah Sadhana Dhumapuja kepada Buddha dan kepada penagih utang karma dilakukan langsung bagian tahap intinya ? Dharmaraja langsung melakukan ramalan dewata mohon petunjuk Mahadewi Yaochi, jawabannya adalah : "Tidak boleh." Sebab penagih utang karma tidak bisa menjadi satu dengan Caturbhujalokesvara, "Berbeda rasa, sadhana yang berbeda rasa tidak bisa digabung, inilah sebabnya."
Mengenai kiat Sadhana Dhumapuja, Dharmaraja Liansheng memberitahu semua, yang paling penting adalah dalam hati ada Bodhicitta, "Kenapa kita berbhavana ? Sebab di dalamnya ada 'hetu', yaitu mengembangkan Bodhicitta, berwelas asih kepada semua makhluk yang menderita dalam enam alam samsara, dengan sepenuh hati Anda berwelas asih kepada penagih utang karma Anda sendiri, dan Anda mempertahankan sikap hati ini, Anda bertekad untuk menolong penagih utang karma, ini adalah kiat yang paling istimewa."
Buddha dan Bodhisattva memiliki tiga tubuh : Wujud krodha, wujud santham, dan wujud perpaduan krodha dan santham. Vajrasattva merupakan representasi dari Vajradhara, merupakan pemimpin spiritual dari Tantra, Beliau adalah Adinata Santham, sedangkan Vajrapani Bodhisattva tergolong sebagai Adinata Krodha, dam Vajracitta Bodhisattva tergolong sebagai wujud perpaduan krodha dan santham ( Perpaduan wujud murka dan wujud damai ). Oleh karena itu, Dharmaraja berpesan, boleh menjadikan Vajrasattva sebagai Istadevata, namun untuk Dharmapala gunakan Vajrapani Bodhisattva, mesti dibedakan. Selain itu, dalam menekuni Sadhana Ucchusma Vajra, pasak vajra yang digunakan boleh berbahan kayu gaharu , boleh juga kayu cendana.
Dharmaraja menekankan, dalam bhavana mesti memegang prinsip jalan tengah, "Kesadaran manas merupakan gabungan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, disebut juga indra pikiran." Banyak kesadaran yang bersifat lahiriah, Dharmaraja menjelaskan, mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran tergolong sebagai kesadaran lahiriah, "Kesadaran manas tergolong sebagai kesadaran yang lebih dalam, oleh karena itu, kesadaran tersembunyi adalah indra keenam, sedangkan kesadaran alaya adalah kesadaran amala ( Kesadaran mula atau kesadaran Tathagata ), Buddhata ada dalam kesadaran alaya yang terdalam."
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre, dalam teks disebutkan : "Anubhava himpunan - Angin dingin yang tajam membuka nadi, sakit yang menghasilkan prana nadi, seperti angin dingin yang dapat menimbulkan rasa sakit jika bersentuhan dengan tubuh." Dharmaraja menjelaskan, sadhaka tidak makan sembarangan, makanan yang tidak hangat dan tidak bersih juga tidak boleh. Dharmaraja menggunakan penyakit encok sebagai contoh, saat Anda menghimpun semua bahan makanan yang menyebabkan tingginya kadar asam urat, maka Anda akan merasakan sakit, "Inilah anubhava himpunan".
Artikel Dharmadesana Mahaguru ( bahasa Mandarin ) :
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1116.htm