29 Oktober 2020 Upacara Agung Homa Bodhisattva Dewi Marici di Rainbow Temple/b>
【Liputan Lianhua Renhe dari Seattle】
Marici Devi Vajra Kewibawaan Perang
Berikrar Melindungi Segenap Siswa Zhenfo
Pada tanggal 25 Oktober 2020, Dharmaraja Liansheng Lu Shengyan memimpin Upacara Agung Homa Marici Devi Bodhisattva (Molizhitian Pusa - 摩利支天菩薩) di Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat, hari itu bertepatan dengan penanggalan Imlek tanggal 9 bulan 9 yang merupakan Hari Jadi Marici Devi.
Marici Devi disebut juga Vajra Kewibawaan Perang, tidak pernah kalah dalam peperangan, senantiasa menyertai Sang Surya, berjalan cepat di depan matahari, ada yang berwujud Dewi berlengan dua, atau berlengan enam dan berkepala tiga, babi emas menarik kereta Dharmasana Beliau. Dalam Tao Beliau disebut: "Doumuxingjun", menguasai semua konstelasi, matahari, rembulan, 7 bintang utara, 28 konstelasi, 36 Tiangang, dan 72 Disha.
Menekuni Sadhana Marici Devi dapat terhindar dari banyak petaka, termasuk petaka politik, kecelakaan lalu lintas, perang, racun, rampok, bencana elemen tanah, api, air, dan angin, makhluk halus, binatang beracun dan binatang buas, serta semua teluh.
Marici Devi memiliki Sadhana Menyembunyikan Tubuh (Ninja di Jepang menghormati Marici sebagai Guru Sesepuh), Sadhana Menyingkirkan Kantuk, Sadhana Pahat Rupang Tolak Bala, Sadhana Mudra Simabandhana Diri, Sadhana Menjahit Mulut dan Mata Penjahat, Sadhana Mengambil Barang, Sadhana Mencegah Rampok, Sadhana Penyembuhan, dan Sadhana Bantuan Ratusan Roh. Setiap hari banyak membaca Sutra Marici dapat memperoleh adhisthana dan perlindungan Sang Bodhisattva, terhindar dari malapetaka, segalanya cerah dan manggala.
Dharmaraja Liansheng menjawab pertanyaan siswa.
Ada umat dari Indonesia yang menanyakan: Bolehkah memohonkan Abhiseka Sarana bagi hewan peliharaan?
Dharmaraja Liansheng menjawab: "Boleh! Semua makhluk di enam alam gati mesti bersarana kepada seorang Acarya Sejati yang luhur, setelah hewan peliharaan bersarana, di kehidupan mendatang ia akan berjodoh untuk belajar Buddha."
Telah Menjapa Mantra Hati Guru Sebanyak 8 Juta Kali
Namun Tidak Nampak Mahaguru Datang Menjemput
Ternyata Dirintangi oleh Pelanggaran Berat Terhadap Sila
Siswa dari Malaysia bertanya:
Baru-baru ini seorang umat Sedharma meninggal dunia, dikarenakan masa pandemi, tidak boleh ada kerumunan, sehingga keluarga mendiang juga tidak bisa menyelenggarakan upacara duka penyeberangan arwah. Semasa hidupnya mendiang telah menjapa Mantra Hati Guru genap 8 juta kali.
Suatu hari saat siswa bersadhana, siswa melihat mendiang berteriak mengatakan bahwa Mahaguru tidak datang menjemputnya, padahal Mahaguru jelas-jelas sudah ada di hadapannya, ia tidak bisa melihat Mahaguru, mohon petunjuk Mahaguru, apa sebabnya?
Saat itu juga Dharmaraja Liansheng mohon petunjuk Mahadewi Yaochi, jawabannya sebagai berikut: "Semasa hidupnya, mendiang telah melanggar salah satu sila berat di antara pancasila Buddhis (membunuh, mencuri, dan asusila tergolong pelanggaran berat), meskipun ia telah menjapa Mantra Hati Guru genap 8 juta kali, Mahaguru juga telah hadir di hadapan, namun karma buruknya menjadi perintang, sehingga ia tidak bisa melihat Buddha,"
Siswa dari Taiwan bertanya:
Selalu mengalami diare tiap kali makan bekas sesaji kepada makhluk halus, ada metode apa yang bisa digunakan supaya tidak terkena pengaruh buruk setelah makan bekas sesaji?
Dharmaraja menjawab: "Boleh menjapa Mantra Pembersihan, kemudian memohon para Buddha Bodhisattva atau Istadevata memancarkan cahaya adhisthana sehingga makanan tersebut kembali bersih, dan Anda boleh memakannya. Pada umumnya, makanan bekas sesaji kepada makhluk halus akan terkena hawa kotor dan menjadi kotor, dan ini akan memengaruhi sadhaka yang memakannya, namun asalkan Anda mengundang Buddha Bodhisattva untuk memancarkan cahaya adhisthana, maka hawa makhluk halus dapat disingkirkan."
Pertanyaan berikutnya:
"Saat menjapa sutra dan mantra, tubuh terasa hangat hingga berkeringat, fenomena ini baik atau tidak?"
Dharmaraja Liansheng menjawab:
"Ini adalah fenomena yang baik, menjapa sutra dan mantra dapat memperoleh adhisthana cahaya terang, tubuh menghangat, dan panas, ini semua baik adanya, ada sebagian orang yang menekuni olah prana juga mengalami fenomena demikian."
Alayavijnana Tempat Bergantung Tabiat Sadgati
Berbagai Metode Sadhana Vajrakaya Menghasilkan Empat Aksara "A"
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre: "Perbedaan aksara lima klesha", Om menghasilkan moha, A menghasilkan lobha, Hum menghasilkan dvesha, Qia menghasilkan kesombongan, Pei menghasilkan dengki, kelima aksara ini terbagi di berbagai lokasi dalam tubuh, dan masing-masing memiliki fungsi.
"Perbedaan Empat Aksara A", aksara "A" bisa berarti alam surga, kebijaksanaan, inti sari, dan aksara "A" eksternal. Saat menekuni Vajrakaya, dapat berdasarkan pada tujuan dan berbagai teks tantra sesuai dengan kebutuhan yang berbeda, letaknya juga berbeda, Hevajra terletak di cakra manipura, Cakrasamvara terletak di istana padma, Guhyasamaja terletak di usnisa, caturtantra dan Samputatantra terletak di berbagai sendi, meskipun letaknya berbeda, namun tidak saling bertentangan.
Dharmaraja mengatakan, dahulu Guru mengajarkan, aksara "A" memenuhi sekujur tubuh, seperti Humsvaranadini Tara, aksara Hum memenuhi lima cakra, dan pada akhirnya sekujur tubuh adalah aksara Hum, kemudian menggunakan aksara Hum untuk melakukan karman, aksara Hum merah mengadhisthana orang yang ingin Anda adhisthana, sehingga orang itu memiliki daya vasikarana. Aksara Hum kuning mengadhisthana orang, maka orang itu memiliki berkah. Aksara Hum putih mengadhisthana orang, maka orang itu akan terhindar dari petaka.
Bagaimana menggunakan aksara mantra, di mana letaknya, masing-masing berbeda sesuai dengan kebutuhan. "Om. A. Hum." Triaksara vidya ini dapat digunakan dalam karman dan fungsinya banyak sekali.
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak dalam True Buddha News (Bahasa Mandarin):
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1269.htm