29 November 2020 Upacara Homa Manohara Vasudhara di Rainbow Temple Seattle Amerika Serikat
【Liputan TBSN】
Pada tanggal 29 November 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat menyelenggarakan Upacara Homa Manohara Vasudhara yang dipimpin oleh Dharmaraja Liansheng. Upacara ini bertujuan untuk menolak bala dan memberkati semua yang mendaftarkan diri maupun yang berpartisipasi.
Sebelum memulai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng memberitahu semua bahwa minggu depan, tanggal 6 Desember 2020 pukul 3 sore waktu Seattle Amerika Serikat, beliau akan memimpin Upacara Homa Sita Tara di Rainbow Temple.
Pada setiap telapak kaki dan tangan Sita Tara terdapat mata, ditambah dengan sepasang mata utama dan satu mata di cakra ajna, maka Beliau dijuluki sebagai Saptalocana Bhagavati (Bhagavati Tujuh Mata). Sita Tara dan Syama Tara merupakan perwujudan air mata welas asih Avalokitesvara Bodhisattva yang menetes demi menyadarkan para insan. Menekuni Sadhana Tara sangat mudah kontak yoga. Dharmaraja kembali mengisahkan bahwa Sita Tara pernah menampakkan diri memberi petunjuk kepada Guru Thubten Dhargye: "Pergilah ke Taiwan dan cari yang bermarga Luo, jadikanlah sebagai siswamu. Karena siswa ini dapat membabarkan nama dan ajaran Guru Thubten Dhargye." Kemudian, Guru Thubten Dhargye baru menyadari bahwa dalam dialek Taiwan, "Luo" adalah marga "Lu" (盧), dan pada saat itu Dharmaraja Liansheng juga telah bersarana kepada Guru Thubten Dhargye. Hal ini sekaligus membuktikan nidana erat antara Sita Tara dengan Dharmaraja Liansheng.
Dharmaraja mengungkapkan, di antara siswa yang hadir saat ini, ada yang selama 7 hari berturut-turut menekuni Mantra Hati Manohara Vasudhara, ia memperoleh kontak batin dan beberapa tanda-tanda kontak yoga. Seorang umat perempuan dari Thailand yang menekuni Sadhana Manohara Vasudhara juga memperoleh beberapa kali kontak batin. Manohara Vasudhara dapat menganugerahkan sambhara kepada sadhaka.
Dharmaraja Menjawab Pertanyaan Siswa
Ada siswa dari Singapura yang memohon Dharmaraja Liansheng untuk membahas "Tiga Mahasattva Era Kaiyuan", yaitu: Subhakarasimha, Amoghavajra dan Vajrabodhi. Dharmaraja Liansheng mengungkapkan bahwa silsilah sangat penting, Guru Sesepuh awal dari Tantra adalah Nagarjuna Bodhisattva, kemudian silsilah terus sinambung sampai pada Tiga Mahasattva Era Kaiyuan, antara lain: Subhakarasimha di Chang’an Tiongkok, Vajrabodhi, dan kemudian Amoghavajra yang mentransmisikan silsilah kepada Huiguo, dan terbentuklah Tantra Tiongkok. Kemudian Huiguo mentransmisikan kepada Kukai, Kukai kembali ke Jepang mendirikan Tantra Timur. Huiguo juga mentransmisikan kepada Saicho, yang kemudian tiba ke Gunung Tiantai mendirikan Tantra Tiantai. Berkat adanya silsilah, barulah Tantra dapat berkembang di berbagai wilayah.
Sama seperti silsilah sekte Thubten yang telah dikisahkan sebelumnya, berawal dari Kanjurwa Khutughtu dari Mongolia yang mentransmisikan kepada Thubten Nima, kemudian Thubten Nima mentransmisikan kepada Thubten Dali, Thubten Dali mentransmisikan kepada Thubten Dhargye, dan Thubten Dhargye mentransmisikan kepada Thubten Qimo (Dharmaraja Liansheng). Inilah silsilah! Siswa Zhenfo Zong mesti menitikberatkan silsilah, sebelum bersarana kepada seorang Guru, mesti mengamati apakah Guru ini memiliki silsilah sejati? Hanya melalui Guru yang memiliki silsilah sejati barulah dapat mencapai keberhasilan bhavana.
Pertanyaan kedua, pada saat bersadhana, menjapa Mantra Hati Guru, tiba-tiba dari dalam diri memancarkan sinar putih, siswa dari Taiwan ini bertanya kepada Dharmaraja, "Apakah aliran Dharma Alam Semesta tidak hanya ada di luar, melainkan juga ada di dalam? Apakah sadhaka mesti bersadhana sampai aliran arus Dharma dari luar dan dalam manunggal? Sama seperti yang disebut oleh Dharmaraja sebagai sinar anak dan sinar induk saling menyinari?"
Dharmaraja menjawab: Sang Buddha mengungkapkan bahwa semua makhluk memiliki Buddhata, yang dimaksud adalah aliran arus Dharma, bisa juga disebut prabha (sinar terang). Di dalam dan di luar tubuh manusia ada sinar, arus Dharma alam semesta tidak hanya ada di luar, ada juga di dalam, sinar anak dan sinar induk lebur, laksana setetes air masuk ke dalam samudra. Tahap bhavana merupakan harmonisasi antara sunya dan eksistensi. Pada saat mulai berbhavana, ada tiga bagian sunya, dan tujuh bagian eksistensi, kemudian sunyata ditingkatkan, sadhaka mesti bisa membuat prabha menjadi leluasa, supaya sinar anak dan sinar induk lebur, luar dan dalam manunggal, mencapai keberhasilan prabha.
Yang terakhir, pertanyaan dari siswa dari Amerika Serikat:
Saat mata saya berkedut sendiri, saya merasa Buddha sedang berkomunikasi dengan saya. Mohon tanya, apakah kedutan mata ada hubungannya dengan kontak yoga? Saya sangat ingin mengetahui apakah kedutan mata mengandung makna yang istimewa?
Dharmaraja menjawab:
Salah satu metode komunikasi antara Dharmaraja dengan Buddha dan Bodhisattva adalah melalui Ramalan Jari Dewata, asalkan pikiran tenang, jari - jemari akan bergerak-gerak sendiri seperti sebuah mesin, dapat menunjukkan petaka atau berkah dalam persoalan yang ditanyakan oleh umat.
Kedutan mata bisa jadi juga merupakan salah satu sarana komunikasi dengan Buddha dan Bodhisattva. Dharmaraja menyarankan kepada siswa tersebut untuk menggunakannya bertanya kepada Istadevata, atau para Buddha dan Bodhisattva, mengenali makna dari kedutan tersebut dan menjadikkannya sebagai salah satu petunjuk untuk melakukan sesuatu, misalnya bertanya: "Apakah bisnis ini boleh dilakukan? Jika boleh, mohon Anda buat supaya mata saya terus kedutan. Jika tidak boleh, mohon Anda buat kedutan ini berhenti."
Akan tetapi, Dharmaraja menekankan bahwa hal ini merupakan metode duniawi, dan menanyakan sesuatu butuh kemampuan mengosongkan pikiran. Tidak boleh ada kesadaran ego, tidak boleh menggunakan kesadaran sendiri untuk mengendalikannya, jika tidak, bisa terjadi kesalahan atau bahkan kesalahpahaman.
Dharmaraja mengisahkan, dulu saat berada di barak survei, setiap malam ada Buddha dan Bodhisattva dari angkasa yang turun hadir untuk mengajarkan Buddhadharma, mengajarkan mudra tangan bahkan mudra kaki. Beberapa buku karya tulis Dharmaraja yang berjudul: "Qǐlíngxué" (啟靈學), "Língyǔwǒzhījiān" (靈與我之間), dan "Língjīshénsuànmàntán" (靈機神算漫談), berisi mengenai pengalaman nyata kontak batin dengan para Buddha dan Bodhisattva di masa awal Dharmaraja membina diri.
Dharmaraja kembali mengingatkan siswa, sebelum bersarana kepada seorang Acarya, mesti berhati-hati, gunakan kebijaksanaan untuk membedakan apakah dia adalah seorang Acarya asli atau gadungan.
Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
"Secara ringkas menjabarkan penjelasan penyebab timbulnya samadhi." Yang dimaksud adalah penjelasan mengenai bagaimana memunculkan samadhi, prana hati berhimpun di cakra manipura, visualisasi aksara "Ya Qia" atau aksara "Ya Ma", sadhaka akan melihat yaksa, yama, makhluk halus pemakan daging, dan putana (para dewa yang sangat dekat frekuensinya dengan preta), atau melihat para makhluk halus bawahan asura. Jika sadhaka bervisualisasi aksara "Ma, Di, Zha", maka akan melihat preta atau makhluk halus yang berwujud binatang.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sadhana Manohara Vasudhara, upacara usai dengan sempurna.