6 Desember 2020 Upacara Homa Sita Tara di Rainbow Temple
【Liputan TBSN】
Pada tanggal 6 Desember 2020, Rainbow Temple Seattle Amerika Serikat menyelenggarakan Upacara Homa Sita Tara (白度母 - Baidumu), Mahaguru Dharmaraja Liansheng selaku upacarika menganugerahkan adhisthana tolak bala, pemberkahan, dan paustika kepada semua umat yang mendaftar, serta menyeberangkan para arwah terlahir di ksetraparisuddhi.
Sebelum memulai Dharmadesana, Mahaguru memberitahu semua bahwa minggu depan, tanggal 13 Desember pukul 3 sore adalah Upacara Homa Ksitigarbha Bodhisattva (地藏王菩薩 - Dizangwang Pusa), yang merupakan salah satu dari Astamahabodhisattva (8 Bodhisattva Agung), sekaligus merupakan pemimpin spiritual di alam baka. Di setiap alam dalam sadgati ada penjelmaan Ksitigarbha Bodhisattva, oleh karena itu dikenal Sad-ksitigarbha (Ksitigarbha Enam Alam).
Dahulu, di saat ibunda dari Gurudara berada dalam kondisi kritis, beliau melihat Mahaguru muncul bersama Ksitigarbha Bodhisattva. Ksitigarbha Bodhisattva adalah Padmakumara Emas. Salah satu dari empat gunung Buddhis di Tiongkok, yaitu Gunung Jiuhua yang terletak di provinsi Anhui merupakan Bodhimanda dari Ksitigarbha Bodhisattva, perintisnya adalah Jin Qiaojue (Kim Gyo-gak) titisan Ksitigarbha Bodhisattva yang bermarga Jin (Kim - Emas). Ksetraparisuddhi dari Ksitigarbha Bodhisattva adalah Ksetraparisuddhi Cuiwei.
Istadevata homa hari ini adalah Sita Tara yang merupakan salah satu anggota dari Trini Arya Dirgahayu (Amitayus Buddha, Sita Tara, dan Usnisavijaya Bhagavati). Tidak hanya dapat memperpanjang usia, Sita Tara juga memiliki kekuatan untuk menangkal wabah. Sita Tara merupakan salah satu dari 21 Tara, memiliki jodoh yang sangat erat dengan Dharmaraja Liansheng, dan pernah mengajarkan sila kepada Dharmaraja. Dalam buku "Pedang Mustika Yogi" terdapat ajaran mengenai sila yang diajarkan langsung oleh Sita Tara dan dituliskan oleh Mahaguru. Salah satu di antara lima sastra utama juga merupakan pelajaran sila.
Dalam sesi interaksi bersama siswa melalui tanya-jawab, Dharmaraja menjawab setiap pertanyaan siswa. Ada siswa dari Taiwan yang bertanya: "Siswa pernah berbincang dengan seorang kawan yang tidak memeluk agama apa pun, namun dia gemar membahas filsafat dan agama. Ia bertanya: 'Tuhan dalam agama Kristen, Dewa Brahma dalam agama Hindu, semua diyakini sebagai Tuhan pencipta alam semesta, semestinya merupakan yang teragung di alam semesta. Agama Buddha sendiri mengakui bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Dewa Brahma dan bukan Buddha, namun mengapa dikatakan bahwa Buddha lebih agung daripada Sang Pencipta?'" Tanpa berpikir panjang, siswa menjawab: "Buddhadharma bersifat absolut, bukan relatif. Agama Kristen dan agama Hindu memang membahas teori penciptaan, juga penghancuran, namun ini merupakan pemikiran yang bersifat relatif. Sedangkan Buddhata tidak lahir juga tidak musnah, absolut, sehingga lebih mendalam ketimbang penciptaan dan penghancuran." (Siswa juga menjelaskan kepada kawan bahwa diri sendiri masih belum bisa memberitahunya apa itu yang absolut dalam Buddhadharma)
"Mohon petunjuk Mahaguru, dalam menjawab keraguan orang yang baru saja mengenal agama Buddha, apakah ada yang kurang atau keliru dari jawaban siswa di atas, apa yang perlu ditambahkan?"
Dharmaraja Liansheng menjawab: Dewa Brahma ada di Surga Rupadhatu. Tuhan dalam agama Kristen, Yahudi, Katolik, dan Kristen Ortodoks adalah Tuhan yang sama. Kenapa Buddha adalah absolut, karena sudah tidak berada dalam sadgati. Di surga Brahma masih ada proses penciptaan, terbentuk, lapuk, dan hampa, meskipun memiliki jangka waktu ratusan juta tahun, namun tatkala berkahnya sudah habis, tetap akan bertumimbal lahir kembali. Proses penciptaan, terbentuk, kelapukan, dan hampa, tidak bisa mengikat Buddha, namun masih bisa mengikat semua surga, sebab surga masih berada dalam enam alam samsara.
Bersarana kepada Buddha, mencapai keberhasilan bhavana, merupakan keberadaan yang kekal, absolut adalah tiada lahir dan tiada mati. Keberadaan yang kekal berarti tiada sebab kelahiran, juga tiada akibat berupa kematian.
Pertanyaan kedua dari siswa yang sama, menurut matematika dan fisika, di alam semesta ini terdiri dari 11 dimensi, indra umat manusia hanya bisa mencerap sampai dimensi ke-3 atau ruang 3 dimensi, namun dimensi ke-4 dan dimensi ke-5 melampaui ruang dan waktu, hanya berupa teori sains, dan tidak mudah untuk dijabarkan menggunakan kata-kata. Dalam novel fiksi ilmiah, makhluk hidup dimensi ke-5 sudah bisa dengan leluasa menembus ruang dan waktu, serta menciptakan kehidupan, sedangkan dimensi yang lebih tinggi bisa dibilang merupakan alam yang tak terjangkau pikiran umat manusia.
Siswa memberanikan diri untuk bertanya kepada Mahaguru, teori lapisan multidimensi yang melampaui ruang dan waktu dalam sains, dengan alam pencerahan absolut dalam Buddhadharma, dengan Bodhisattva Dasabhumi, atau bahkan bhumi ke-16, apakah ada persamaannya? Bolehkah menggunakan teori sains untuk membimbing orang awam supaya bisa lebih memahami Buddhadharma?
Dharmaraja mengungkapkan, Bodhisattva bhumi ke-10 sampai bhumi ke-16 tentu ada persamaannya. Secara vertikal, Buddhadharma menembus trikala, secara horizontal meliputi sepuluh penjuru, merepresentasikan lampau, sekarang, dan mendatang, melampaui semua ruang dan waktu. Bahkan meliputi keseluruhan 11 dimensi. Buddhadharma ada hubungannya dengan sains.
Ada orang yang menanyakan bagaimana caranya mempertahankan awet muda? Secara teori, menembus konsep waktu merupakan metode untuk mempertahankan awet muda. Dalam kondisi tidur yang sangat mendalam tidak ada konsep waktu, sama halnya, dalam samadhi yang mendalam juga tidak ada konsep waktu. Menembus waktu memang tidak mustahil, semua buku karya tulis Dharmaraja Liansheng ada di perpustakaan langit, bahkan buku nomor 280 yang belum terbit "Yujiandamozushi" (遇見達摩祖師), dan buku nomor 281 yang bahkan belum mulai ditulis, serta karya tulis di masa mendatang, semua ada di perpustakaan langit.
Berikutnya adalah pertanyaan dari siswa di Indonesia: "9 tahun lalu, saat berusia 8 tahun, saya telah bersarana kepada Mahaguru. Saya juga telah membaca banyak buku Mahaguru. Namun sampai saat ini masih ada pertanyaan yang belum terjawab. Antara Dharma dan Adharma (non-Dharma) adalah saling bertentangan. Mahaguru mengatakan ada Adi Buddha (Buddha bhumi ke-16). Dalam bahasa Sansekerta adalah: Adharma Buddha, sedangkan arti dari Adharma adalah non-Dharma. Mengapa Beliau disebut Adharma? Bukankah non-Dharma mengandung makna yang tidak baik (bertentangan dengan Dharma). Apakah ini ada hubungannya dengan kalimat ini: "Satu tubuh dua wajah, Buddha dan mara satu hakikat."?
Mahaguru menjawab:
Dharma mencakup kebenaran, tanggung jawab, moralitas, dan hukum alam. Di depan kata "Dharma" ditambahkan aksara "A" menjadi Adharma, yaitu non-Dharma, bukan kebenaran, mengandung makna yang bertentangan dengan Dharma. Mengapa Buddha bhumi ke-16 tidak tergolong dalam Dharma? Sebab sampai di alam tersebut berarti nol, sudah bukan termasuk Dharmadhatu.
Dharma adalah satu. Sebenarnya tidak saling bertentangan, hanya saja yang satu adalah yang paling awal atau nol, meliputi semua termasuk satu. Yang satu lagi adalah kelahiran, yaitu satu. Adharma adalah non-Dharma, merupakan alam yang tertinggi. Tidak bisa diungkapkan menggunakan kata-kata. Nama Adharma bukan secara leksikal, melainkan sebuah simbol, tak terperikan.
Pancadhyani Buddha adalah Buddha bhumi ke-13, ada lima macam kebijaksanaan, setiap Buddha adalah satu. Oleh karena itu, persoalan ini bukan mengenai satu tubuh dua wajah seperti Buddha dan Mara satu hakikat, melainkan perbedaan antara yang dapat dijabarkan dengan yang tak terperikan.
Yang terakhir, siswa bernama Wenwen menanyakan makna dari kata "Muladi" dalam Mantra Hati Avatara Mahadewi Yaochi. Dharmaraja Liansheng menjawab: "Muladi" bermakna transformasi.
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre:
Semakin tinggi alam, maka akan semakin suci. Contohnya, berkat daya samadhi, Avalokitesvara Bodhisattva menyadari bahwa rupa adalah sunya, dan sunya adalah rupa. Di saat nadi tubuh bisa lancar tiada rintangan, ini disebut dengan istilah: "karmanyatva". Semua pembuluh darah kapiler adalah nadi. Semua nadi tembus, dan di saat tiada kekacauan, ini merupakan mahabhutakaya. Setelah nadi tubuh tembus, dapat terhubung dengan Kesadaran Semesta. Empat macam karmanyatva antara lain: tanah, air, api, dan angin. Tubuh ini saling terhubung dengan Kesadaran Semesta. Satu adalah banyak, banyak adalah satu, tidak akan habis dijabarkan. Kata "Rahasia" berarti tidak membabarkan metode bagaimana membuat aksara mantra menjadi fleksibel.
Semua yang dibahas di atas adalah mengenai dhyana-samadhi, bisa menghasilkan penyebab manunggalnya hati dan prana. Usai Dharmadesana, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sadhana Sita Tara, upacara usai dengan sempurna.