24 Januari 2021 Upacara Homa Jambhala Kuning di Rainbow Temple
#Liputan TBSN
◎ Nidana Antara Mahadewi Yaochi dengan Dharmaraja Sangat Erat dan Mendalam Sungguh Tak Terperi
Pada tanggal 24 Januari 2021, Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Homa Jambhala Kuning di Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat. Terlebih dahulu Dharmaraja memberitahukan bahwa minggu depan adalah Upacara Homa Cundi Bhagavati. Cundi Bhagavati adalah Istadevata bagi banyak sadhaka, di India masa kini juga ada sekte yang khusus memuja Cundi Bhagavati.
Dharmaraja mengisahkan, dulu usai sebuah upacara di Rainbow Temple pernah memprediksikan akan ada orang yang menang lotre, akhirnya sungguh ada yang menang, terlebih lagi orang ini ada dalam ruang lingkup arena upacara di Rainbow Temple.
Dharmaraja mengungkapkan rahasia menang lotre: "Orang yang memiliki berkah dengan sendirinya akan menang!" Karena ini adalah puja Jambhala Kuning, maka saat itu juga Dharmaraja melakukan ramalan dewata mohon petunjuk Jambhala Kuning, apakah setelah upacara Beliau akan menganugerahkan harta? Jawaban yang diperoleh adalah: Ya!" Dalam sekejap suara tepuk tangan membahana di arena upacara.
◎ Setelah Sadhaka Mendapatkan Abhiseka dari Mahaguru Tidak Boleh Menerima Abhiseka yang Sama dari Acarya Lain
Ada seorang siswa dari Singapura yang bertanya, pada masa awal ia pernah memperoleh abhiseka beberapa sadhana langsung dari Mahaguru, kemudian ia menerima abhiseka lagi dari beberapa Acarya. Saat ini baru tahu bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Dharma, siswa ini juga sudah lupa sadhana apa saja, mohon petunjuk Dharmaraja apa yang harus dilakukan.
Dharmaraja menjawab, jika memang benar tidak tahu, maka tidak tergolong melanggar ketentuan Dharma, tidak ada kesalahan. Seorang sadhaka Zhenfo perlu mencatat setelah menerima abhiseka sadhana tertentu dari Mahaguru; Kelak saat ada Acarya Zhenfo Zong memberikan abhiseka (yang sama) mewakili Mahaguru, maka sadhaka tidak perlu menerima lagi abhiseka sadhana tersebut. Sebab setelah menerima abhiseka tertentu dari Mahaguru, kemudian menerima lagi abhiseka tersebut dari Acarya lain, berarti Anda melanggar ketentuan Dharma.
Hal ini sama dengan persembahan, sarana puja yang telah dipersembahkan kepada Buddha boleh dipersembahkan kepada Dewa. Sarana puja yang telah dipersembahkan kepada Dewa, boleh didanakan kepada para makhluk halus. Namun bekas sesaji makhluk halus tidak boleh dipersembahkan kepada Buddha, sebab melanggar ketentuan Dharma. Bekas persembahan dari atas boleh dipersembahkan ke bawah, tidak boleh terbalik. Setelah menerima abhiseka dari Acarya, kemudian mohon abhiseka ulang dari Mahaguru, ini boleh.
◎ Dalam Semua Bagian Tubuh Terdapat 36,000 Dewata; Semoga Tubuhku Leluasa Senantiasa Berdiam Dalam Triratna
Ada siswa yang bertanya, usai sadhana, melihat di dalam tubuh ada sangat banyak tubuh maya, entah apa maknanya?
Dharmaraja menjawab, saat bersadhana memang bisa melihat banyak fenomena. Melihat tubuh menghasilkan tubuh maya, mestinya ini tergolong sebagai tanda manggala. Menurut Tantra dan Taoisme, dalam tubuh ada makhluk suci. Dharmaraja menyanyikan: "Dalam semua bagian tubuh, terdapat 36,000 Dewata; Semoga tubuhku leluasa, senantiasa berdiam dalam Triratna."
Dharmaraja memberikan contoh kisah dalam "Penganugerahan Kedewataan" (Fengshenbang): "Saat Zhao Gongming membina diri dalam gua, Gurunya, Tongtian Jiaozhu memberitahu, saat ini Jiang Ziya sedang melakukan penganugerahan Kedewataan, Anda jangan berkeliaran di luar. Tetaplah di dalam gua, dan baca 'Huangtingjing' dengan sebaik-baiknya." Dalam Huangtingjing disebutkan bahwa di setiap bagian tubuh bersemayam Dewa tertentu, jubah apa yang digunakan, dan berapa jumlahnya. Dalam kitab Tantra juga disebutkan, pada setiap bagian tubuh terdapat Bodhisattva yang berbeda. Melihat kemunculan banyak tubuh maya di dalam tubuh merupakan bukti bahwa bhavana Anda mengalami kemajuan.
Dharmaraja juga memberitahu, roh keluar bukan berarti prana jiwa keluar, melainkan tubuh maya dalam tubuh yang keluar, kadang tidak hanya satu, bahkan bisa beberapa. Dharmaraja memberikan contoh pengalaman pribadi, saat tidur pintu langit cakra ajna terbuka, di dalamnya nampak banyak kumara kecil yang sedang membaca sutra dan bersadhana, bahkan bisa terdengar suara pembacaan sutra yang dilakukan oleh mereka. Ini artinya, selain berbhavana di siang hari, bahkan di malam hari pun sadhaka juga terus berbhavana.
Siswa ini juga mohon petunjuk perihal: "Mudra Aksara Tebas Dua Tangan Acalanatha Vidyaraja", Dharmaraja memperagakan "Mudra Tebas Mantra Navaksara Acalanatha Vidyaraja" dan "Mudra Empat Vertikal Lima Horizontal", juga memperagakan pergerakan prana yang otomatis menghasilkan gerakan Mudra Tebas. Dharmaraja mengungkapkan, jika saat Dharmaraja berdiri di depan sebuah altar, kemudian tangan dengan sendirinya membentuk Mudra Tebas untuk mengadhisthana altar, itu artinya altar tersebut tidak bersih. Mudra Tebas yang terbentuk dan bergerak secara otomatis menandakan pembersihan altar dari roh yang kotor. "Mudra Tebas Dua Tangan" yaitu jemari kedua tangan saling merangkap keluar, kedua jari telunjuk tegak lurus saling tempel, kemudian menggunakan mudra ini untuk melakukan gerakan Mudra Tebas Navaksara.
◎ Sebelum Sadhana Membaca Gatha Pengundangan - Setelah Sadhana Baca Gatha Pujian
Ada siswa yang mohon petunjuk, pada tahun 2008 ia ikut serta dalam transmisi Perisai Kalacakra, batinnya masuk dalam kondisi hening, seolah-olah melihat, seolah-olah mendengar: "Kalacakra senantiasa berputar, timbul dan lenyap kembali pada sunya. Vajrakila berdiri, perisai melindungi empat istana." Apakah ini adalah kontak batin? Atau halusinasi?
Dharmaraja mengungkapkan, sesungguhnya gatha pujian digubah oleh manusia, ada sangat banyak Guru Sesepuh yang menggubah gatha, contohnya buku "Seratus Ribu Nyanyian Milarepa", selain itu, Nagarjuna Bodhisattva juga menggubah banyak gatha. Dharmaraja mencontohkan gatha penggugah insan dari Samanthabhadra Bodhisattva: "Hari telah berlalu, usia juga berkurang. Laksana ikan kekurangan air, apa yang membahagiakan dari ini semua?" Gatha ini menasihati supaya sadhaka tekun berbhavana.
"Kalacakra senantiasa berputar, timbul dan lenyap kembali pada sunya." Seiring perputaran roda raksasa sang waktu, waktu di hari ini juga kembali pada sunya.
"Vajrakila berdiri, perisai melindungi empat istana." Kila Kalacakra mesti disemayamkan di empat sudut rumah, bisa melindungi ketenteraman rumah. Perisai Kalacakra juga disemayamkan di empat sudut rumah, berarti telah mendirikan empat istana Kalacakra, berfungsi sebagai perlindungan. Jika di empat sisi altar mandala disemayamkan Perisai Kalacakra, maka semua makhluk halus tidak akan bisa masuk.
Gatha tersebut sangat baik. Selain itu, gatha pengundangan atau mohon adhisthana dibaca sebelum bersadhana; Setelah bersadhana, boleh membaca gatha pujian, kemudian baru melakukan pelimpahan jasa, pelimpahan jasa juga sangat penting.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre:
Teks Lamdre: "Para Buddha internal merupakan 10 ayah dan ibu prana hati, marga sebagai nadi"
Dharmaraja menjelaskan, para Buddha internal berarti pikiran ditambah dengan prana, prana dan hati manunggal; Ditambah dengan bodhi putih (ayah) dan bodhi merah (ibu), kemudian nadi dalam tubuh yang merupakan jalan.
Teks Lamdre: "Ada usnisa, menghasilkan pembedaan dua kemelekatan, puncak dari dua nadi, kiri dan kanan; 'usnisa lokuttara' merupakan 10 ayah dan ibu prana dan hati mencapai puncak nadi tengah, ini disebut usnisa eksternal."
Dharmaraja menjelaskan, gunakan pikiran dan prana untuk mengirimkan Bodhi putih dan merah sampai ke puncak nadi tengah (usnisa eksternal). Kemelekatan pada ego dan Dharma, merupakan puncak dari nadi kanan dan nadi kiri.
Teks Lamdre: "Yana atau usnisa yang menghasilkan sunya dan sukha istimewa, disebut sebagai usnisa internal, demikianlah ada usnisa eksternal dan internal, disebut sebagai usnisa; Pahala menampilkan dua usnisa dari prayogamarga."
Dharmaraja menjelaskan: Sunya dan sukha semua terjadi dalam usnisa internal dalam tubuh, sunya dan sukha timbul dari antara usnisa eksternal dan usnisa internal.
Teks Lamdre: "Slokha: 'Yang tak tertahankan Dharma abhava, merupakan ksanti sunyata.',. Merupakan marga lokiya lampau, meski menghasilkan samadhi sunyata nan unggul, namun menghasilkan rasa takut, saat prana hati berhimpun di nadi tengah, pencerahan akan samsara dan nirvana merupakan samadhi sunyata, merupakan kesabaran tanpa rasa takut."
Dharmaraja menjelaskan, tingkat tertinggi dari ksanti (kesabaran) adalah Anuttpattikadharmaksanti, sebab tidak pernah membangkitkan kesabaran, karena semua kesabaran adalah sunya, hal yang membuat Anda harus bersabar juga sunya. Penghinaan orang juga sunya; Kesabaran diri juga sunya, sama sekali tiada kesabaran. Ini adalah Anuttpattikadharmaksanti.
Lebih lanjut lagi Dharmaraja menjelaskan, : Contohnya, orang lain mengatakan beberapa patah kata, sehingga memengaruhi Anda. Padahal sesungguhnya kata-kata tersebut adalah sunya, semula tidak memengaruhi Anda, namun karena Anda menerimanya, maka ia pun memengaruhi Anda. Jika Anda tidak menerimanya, sama sekali tidak akan terpengaruh. Manusia sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar."
Dharmaraja mencontohkan, ada orang datang ke Vihara Vajragarbha, dan semua menganggapnya angin lalu, tidak ada yang menganggukkan kepala dan tersenyum kepadanya, sepulangnya dia tidak bisa tidur, merasa jengkel, ini artinya bhavananya belum mencapai Anuttpattikadharmaksanti. Ini adalah hidup Anda, buat apa memedulikan bagaimana sikap orang lain?
Jika seorang sadhaka bisa sepenuhnya tenang dan damai, inilah Anuttpattikadharmaksanti, inilah keberhasilan bhavana. Jika orang lain meremehkan Anda, sama seperti kata pepatah, "Di antara sepuluh mulut, kesembilannya adalah pantat." Untuk apa dianggap? Ini adalah kesabaran sunyata. Berkat pencapaian Anuttpattikadharmaksanti, barulah sadhaka bisa memasuki meditasi sunyata, saat itu Anda tidak akan gentar terhadap omongan orang.
Dharmaraja melanjutkan, jika saat berada dalam meditasi muncul rasa takut, ketahuilah bahwa rasa takut itu muncul dari batin Anda sendiri, di saat tidak membangkitkan corak batin, sadhaka akan masuk dalam kondisi ketenangan tanpa rasa takut.
Usai pengulasan yang menjadikan makna mendalam Buddhadharma menjadi mudah dipahami, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Jambhala Kuning, dengan demikian upacara telah usai dengan sempurna.