11 April 2021 Upacara Homa Bhaisajyaguruvaiduryaprabharaja Buddha di Rainbow Temple
【Liputan TBSN】
Pada tanggal 11 April 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Homa Bhaisajyaguruvaiduryaprabharaja Buddha, serta melanjutkan pengulasan Lamdre.
Usai upacara, Dharmaraja memberitahukan bahwa minggu depan akan memimpin Upacara Homa Caturbhujalokesvara. Dharmaraja juga membabarkan keunggulan Mantra Hati Caturbhujalokesvara atau Mantra Sadaksari Mahavidya. Dharmaraja mengungkapkan bahwa seluruh Tibet merupakan Bodhimanda bagi Caturbhujalokesvara, ada beberapa Rinpoche agung yang merupakan titisan Caturbhujalokesvara, di antaranya adalah Gyalwa Karmapa ke-16 dan Dalai Lama. Guru dari Dharmaraja pernah mengatakan bahwa mantra "Om Mani Padme Hum" mengandung makna yang sangat luas, jika hendak mengulasnya, dikhawatirkan membutuhkan waktu selama lebih dari setengah tahun. Dalam Tantra Tibet, Caturbhujalokesvara sangat penting.
Mengulas Istadevata upacara hari itu, Dharmaraja mengatakan bahwa beliau memiliki kesan yang sangat mendalam terhadap Bhaisajyaguruvaiduryaprabharaja Buddha (Yaoshiliuliguangwangfo - 藥師琉璃光王佛). Dalam karya tulis, buku nomor 162, Dharmaraja menulis, setelah memuja Bhaisajyaguru Buddha di Donghwasa Korea, di dalam bus wisata pertama kali memperoleh penglihatan penampakan Bhaisajyaguru Buddha beserta parivar. Saat itu Dharmaraja sedang sakit berat, bahkan membungkukkan badan untuk mengikat tali sepatu pun akan pusing sampai hampir pingsan, setiap malam tidak bisa tidur nyenyak. Saking parahnya sakit kepala yang terasa, Dharmaraja menyebutnya sebagai sakit kepala terbelah.
Saat Dharmaraja melihat Bhaisajyaguru Buddha secara langsung, mendadak teringat salah satu ikrar di antara 12 ikrar agung Bhaisajyaguru Buddha, yaitu: menyembuhkan berbagai macam penyakit para insan. Oleh karena itu, kemunculan Bhaisajyaguru Buddha memberikan kelegaan bagi Dharmaraja, tak lama kemudian, sakit pun sembuh secara ajaib. Dharmaraja juga mengisahkan, pada saat membabarkan Dharma di Taiwan, sempat terkena selulitis, penyakit ini sangat berbahaya, ada risiko amputasi. Ada seseorang yang setelah mengetahui kabar ini, langsung terbang ke Donghwasa di Korea, memohon kepada Bhaisajyaguru Buddha untuk menolong Dharmaraja sekali lagi. Saat melakukan namaskara pertama, ia melihat seekor burung hinggap di atas tangan Bhaisajyaguru Buddha, ia pun langsung memotretnya, sekembalinya ke Taiwan diperlihatkan kepada Dharmaraja. Dharmaraja pun merasakan bahwa Bhaisajyaguru Buddha akan mengulurkan tangan-Nya untuk menyembuhkan Dharmaraja. Selain itu, Mahabiksu Xuyun dan Bodhisattva Ibu Pertiwi juga hadir mengadhisthana Dharmaraja. Pada akhirnya Dharmaraja berhasil terbebas dari kondisi bahaya. Dharmaraja sungguh merasa sangat bersyukur atas pertolongan dari para Buddha dan Bodhisattva.
◎ Anda Bertanya Saya Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Pertanyaan pertama dari biksu di Kamboja:
Saat pelayanan ritual duka, siswa menjumpai ada kasus dalam setahun terjadi kematian berturut-turut, sehingga pihak keluarga menanyakan bagaimana cara mengatasinya? Menurut tradisi mesti lakukan Sadhana Tubuh Pengganti. Entah bagaimana cara menangani persoalan ini? Siswa sempat minta petunjuk seorang Acarya, Acarya pernah menjumpai kasus serupa, namun tidak terlalu memahami perihal Sadhana Tubuh Pengganti. Mohon petunjuk Mahaguru.
Mahaguru menjawab:
Jika dalam sebuah keluarga, setelah satu orang meninggal dunia, menyusul dua atau tiga orang meninggal dunia dalam waktu dekat, maka bisa lakukan Sadhana Tubuh Pengganti. Di Taiwan ada sebuah tradisi, saat upacara tutup peti, pihak keluarga tidak boleh menghadap atau melihat ke arah peti, jika ini dilanggar, mereka khawatir rohnya akan terisap masuk. Dharmaraja memberi petunjuk, bisa membuat orang-orangan dari kertas atau rumput sebanyak jumlah keluarga mendiang yang masih hidup, tuliskan nama dan bazi masing-masing anggota keluarga hidup, kemudian gambarlah fu tubuh pengganti.
Setiap orang yang membutuhkan tubuh pengganti mesti mengembuskan chi tiga kali ke arah orang kertas atau orang rumput milik masing-masing setiap subuh, selama tiga hari berturut-turut. Kemudian serahkan tubuh pengganti kepada biksu atau biksuni untuk dibakar di hadapan kuburan mendiang.
Dharmaraja mengisahkan peristiwa ajaib saat tamasya Dharma di Kamboja, saat itu di Kamboja sedang musim hujan dan selalu turun hujan lebat, namun tiap kali Dharmaraja turun dari bus wisata, matahari pun bersinar cerah. Setelah Dharmaraja berjalan-jalan, dan telah masuk kembali ke dalam bus, mendadak hujan pun turun. Peristiwa alam yang menakjubkan ini terjadi 7 sampai 8 kali, membuat semua orang keheranan, bahkan pemandu wisata pun langsung berlutut untuk mohon abhiseka sarana dari Dharmaraja.
Dharmaraja pernah menerima surat permohonan dari seorang umat, umat itu mengirimkan USD 100 untuk menyeberangkan 3 juta arwah korban revolusi Kamboja. Karena ikrar "Tidak meninggalkan satu insan pun", setiap malam Dharmaraja melakukan ritual penyeberangan sampai tengah malam, setiap malam menjelmakan Bahtera Dharma untuk menjemput para arwah, mendoakan supaya mereka semua bisa bersama terlahir di Buddhaksetra.
Pertanyaan dari umat di Taiwan, mengenai Sutra Raja Agung (Gaowangjing):
Saya mendengar ada sangat banyak umat yang mengalami banyak kontak batin setelah menyelesaikan pembacaan Sutra Raja Agung Avalokitesvara sebanyak seribu kali, sebagian besar permohonannya juga terkabul, siswa juga membaca Sutra Raja Agung seribu kali untuk suatu permohonan, namun permohonan tidak terkabul, kemudian siswa lanjutkan membaca seribu kali lagi dan belum terkabul. Mohon petunjuk Mahaguru, mengalami kondisi seperti ini, kita mesti tekuni sadhana apa? Ataukah mesti baca sekian ribu kali lagi karena karma buruk yang terlampau berat? Ataukah karena permohonan tersebut telah menjadi karma tetap dan tidak akan bisa terkabul?
Terlebih dahulu, Dharmaraja memperagakan pembacaan Sutra Raja Agung dalam bahasa Taiwan. Setiap hari Dharmaraja membaca Sutra Raja Agung, dan tidak pernah dihitung, juga tidak ada permohonan khusus pribadi. Setelah membaca seribu kali Sutra Raja Agung, namun permohonan belum terkabul, ada banyak macam penyebabnya, salah satunya adalah mungkin permohonan terlalu besar. Kedua, karma buruk terlalu berat, mungkin punya karma buruk pancanantraya (lima pelanggaran tak terhingga). Pancanantarya menyebabkan penderitaan setiap saat tanpa henti, penderitaan yang tidak terbatas ruang dan waktu. Sebab dan akibat di baliknya sungguh tak terbayangkan, oleh karena itu Dharmaraja menyarankan kita semua untuk terus membaca Sutra Raja Agung, sekuat tenaga mengkis karma buruk berat.
Dharmaraja menyayangkan, manusia zaman sekarang gemar melakukan karma buruk yang sangat berat, Dharmaraja juga mengisahkan pengalaman yang membuat bulu kuduk berdiri: Pernah ada seorang perempuan yang selalu berusaha mendekati Dharmaraja, hal ini membuat suaminya merasa sangat tidak senang. Selain melarang istrinya untuk tidak lagi datang ke vihara, ia juga ingin membunuh Dharmaraja, ia bahkan telah merencanakan pembunuhan. Mahadewi Yaochi mengetahui hal ini, sehingga tiap kali perempuan itu berkonsultasi, sengaja memberi jawaban keliru, supaya keyakinannya luntur, dan kembali kepada suaminya. Oleh karena itu, suaminya menghentikan rencana pembunuhan tersebut. Demikianlah, di balik sebuah peristiwa sudah ada nidana tetapnya, oleh karena itu, teruslah tekun membaca Sutra Raja Agung!
Pertanyaan ketiga, dari umat di Inggris:
Dalam agama Kristen, ada Doa Keteduhan, seperti berikut di bawah ini:
"Tuhan beri saya keteduhan untuk menerima hal-hal yang tidak dapat saya ubah. Keberanian untuk mengubah hal-hal yang saya dapat ubah. Dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya."
Mohon petunjuk Mahaguru, dalam agama Buddha, bagaimana kita bisa membedakan mana yang karma tetap, dan mana yang bisa diubah?
Pertanyaan ini sesuai dengan pertanyaan sebelumnya, Dharmaraja mengupas makna Doa Keteduhan: "Hal yang tidak dapat saya ubah" sama seperti telah membaca Sutra Raja Agung seribu kali tapi permohonan belum terkabul, berharap supaya saya bisa memiliki keteduhan hati untuk menghadapinya. Jika setelah membaca Sutra Raja Agung seribu kali permohonan dapat terkabul, berharap supaya saya bisa melakukannya. Panjatkan permohonan supaya saya memiliki kebijaksanaan untuk membedakan daya karma dalam persoalan ini. Bagaimana cara membedakan mana yang karma tetap dan mana yang bukan? Dharmaraja tertawa, baca Sutra Raja Agung seribu kali, dan Anda pun akan tahu. Yang harapannya bisa terkabul berarti merupakan karma yang masih bisa diubah, jika tidak terkabul, berarti itu karma tetap.
◎ Dharmaraja Mengulas Lamdre
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana menggunakan tiga macam metode untuk mendirikan ksetraparisuddhi (alam suci). Berdasarkan enam setengah cakra antara lain: svadhisthana, manipura, anahata, untuk ksetraparisuddhi nirmanakaya. Cakra visuddha dan cakra ajna untuk mendirikan ksetraparisuddhi Sambhogakaya. Cakra usnisa untuk mendirikan ksetraparisuddhi Dharmakaya. Saat kita berbhavana mencapai Kebuddhaan, di atas kepala akan muncul sikabandha, sama seperti yang kita lihat pada pratima Buddha, di situlah letak ksetraparisuddhi Dharmata. Keempat jenis ksetraparisuddhi ini ada pada tubuh kita. Berdasarkan 32 simpul nadi, terlebih dahulu diuraikan 16 simpul, 12 simpul, 3 setengah simpul dan setengah simpul pada sikabandha. Ini berarti telah mendirikan ksetraparisuddhi nirmanakayaka, Sambhogakaya, Dharmakaya, dan Dharmatakaya. Demikian pula dengan prinsip empat mandala.
Di akhir, Dharmaraja menyayangkan bahwa manusia ibarat hidup dalam angka. Di masa kini, secara tak kasat mata, semua terikat oleh angka. Dharmaraja memberikan beberapa contoh, mulai dari indeks kesehatan, tabungan di bank, kebiasaan makan dan minum, ruang dan waktu, bahkan sampai penjapaan sutra dan mantra, semua diukur menggunakan angka. Yang menakjubkan adalah, seribu tahun lampau, Virupa telah menyebutkan beberapa angka di dalam Lamdre, mengupas bagaimana mengetahui tingkat Bodhisattva bhumi ke-1 sampai bhumi ke-12 setengah, ada berapa banyak nadi dalam lima cakra, dan lain sebagainya. Bagaimanakah kelak kehidupan manusia yang saat ini bagaikan angka?
Usai upacara, Dharmaraja melambaikan tangan berpamitan dengan para siswa melalui Zoom. Semua siswa membentuk tanda cinta menggunakan jari tangan, semua berseru. "Mahaguru, kami ingin datang untuk menjenguk Anda!" Mungkin kita hanya berharap supaya pandemi segera berakhir, supaya Guru dan siswa dapat berhimpun kembali.
Dharmaraja menganugerahkan abhiseka kepada segenap umat yang hadir. Dengan demikian, upacara pun usai dengan sempurna, kami menantikan perjumpaan selanjutnya dengan Anda semua pada Upacara Homa Caturbhujalokesvara minggu depan!