18 April 2021 Upacara Agung Homa Caturbhujalokesvara di Rainbow Temple
【Liputan TBSN】
Sore hari tanggal 18 April 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Caturbhujalokesvara (Sibi Guanyin - 四臂觀音).
Kedua tangan utama Caturbhujalokesvara beranjali mengapit permata mani di tengahnya, merepresentasikan mestika. Kedua lengan yang lain, tangan kanan memegang japamala, merepresentasikan virya (ketekunan), dan tangan kiri memegang teratai putih, merepresentasikan kesucian. Caturbhujalokesvara merupakan Istadevata utama dalam Tantra Tibet, semua orang Tibet menjapa: "Om. Mani. Bami. Hom.", yang merupakan Mantra Hati Caturbhujalokesvara, dan disebut juga sebagai Mantra Sadaksari atau Sadaksari Mahavidya, merupakan mantra yang paling sering dijumpai dalam agama Buddha. Seluruh Tibet merupakan Bodhimanda Caturbhujalokesvara, sebab utamanya adalah karena pengaruh mendalam Dalai Lama bagi wilayah Tibet.
Nadi silsilah hrdayaputra (Putra dalam Buddhadharma) dari Guru Sesepuh Gelugpa Je Tsongkhapa, serta pengaruhnya bagi dunia.
Hrdayaputra pertama dari Je Tsongkhapa adalah Khedrup Gelek Pelzang yang penitisannya disebut sebagai Panchen Lama, sedangkan hrdayaputra paling bungsu adalah Gedun Drup yang penitisannya disebut sebagai Dalai Lama, merupakan penitisan Caturbhujalokesvara, sedangkan sebab utama Tibet menjadikan Caturbhujalokesvara sebagai Istadevata adalah karena pengaruh Dalai Lama.
Hrdayaputra yang kedua, Sakya Yeshe, yang mewakili Je Tsongkhapa untuk berjumpa dengan Ming Chengzu (Kaisar Yongle), di kemudian hari menitis ke Mongolia sebagai Jetsun Dampa, yang kemudian menjadi sistem Changkya Khutukhtu dan Kanjurwa Khutukhtu. Kanjurwa Khutukhtu mentransmisikan kepada Thubten Nima, kemudian ditransmisikan kepada Thubten Dali, suksesi silsilah ditransmisikan kepada Thubten Dhargye, dan Thubten Dhargye mentransmisikan kepada Thubten Qimo (Dharmaraja Liansheng), ini adalah sistem silsilah utama Zhenfo Zong dari Gelugpa. Silsilah sangat penting, semua siswa Zhenfo Zong mesti mengetahuinya.
Istadevata dalam Sadhana Dhumapuja Zhenfo Zong adalah Caturbhujalokesvara, jika sadhaka bisa kontak yoga dengan Caturbhujalokesvara, maka kontak batin yang muncul dari Sadhana Dhumapuja akan sangat besar.
◎ Anda Bertanya Saya Menjawab – Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa tekun membaca Sutra Ksitigarbha (Dizangjing -地藏經) melimpahkan jasa bagi arwah janin dan mendiang ayahnda. Dalam mimpi siswa berjumpa dengan ayahnda yang tampil dalam wujud muda, penuh sukacita, mengenakan pakaian yang rapi dan bersinar terang. Selain itu, dalam mimpi siswa melihat seorang anak kecil pergi meninggalkan saya. Mohon petunjuk Mahaguru, selain membaca sutra dan mendaftarkan mereka dalam upacara penyeberangan arwah, siswa mesti menambahkan dengan penjapaan sutra dan mantra apa?
Dharmaraja menjawab:
Cukup membaca Sutra Ksitigarbha! Dalam mimpi berjumpa dengan mendiang ayah mengenakan pakaian rapi dan bersinar terang, berwujud muda dan penuh sukacita, ini menandakan ayah Anda telah terlahir di alam yang sangat baik ! Bermimpi arwah janin pergi meninggalkan Anda, ini tandanya arwah janin telah terseberangkan ke alam yang lebih baik.
Siswa dari Malaysia bertanya:
Saat hadir dalam pertemuan teman-teman, mendadak seorang kawan mengalami kesambet. Mohon petunjuk Mahaguru, bagaimana menanganinya? Bagaimana supaya arwah penjerat (chanshenling) mundur sementara? Di Asia Tenggara ada ilmu teluh yang disebut hantu Kuyang, ia suka mengisap darah bayi dan darah binatang. Jika berjumpa dengannya, apakah ia harus ditaklukkan?
Dharmaraja menjawab:
Sadhaka yang berlatih prana (Sadhaka yang berlatih prana, nadi, dan bindu) bisa membentuk mudra khadga (pedang) dan mudra tarjani, untuk mengadhisthanakan qi positif ke tubuh orang yang kesambet. Bisa juga melakukan "Ha Qi" ke telapak tangan, kemudian telapak tangan memudrai dahi orang itu, atau bisa mengundang Istadevata atau Dharmapala untuk manunggal dengan diri sendiri, baru kemudian mengadhisthana orang itu dengan cara menepuk punggungnya, dengan demikian hawa kotor akan pergi dari tubuh orang itu, dan orang itu pun akan sadar.
Menghadapi ilmu teluh mesti mengukur kemampuan diri sendiri, jika punya kemampuan boleh menaklukkannya, jika tidak punya kemampuan, lebih baik menghindar. Cara menaklukkan ilmu teluh semacam itu bisa menggunakan metode yang disebutkan di atas, bisa juga mengundang kehadiran Acalanatha Vidyaraja, menjapa Mantra Navaksara, membentuk mudra khadga atau mudra empat vertical lima horizontal untuk menaklukkannya.
Pertanyaan siswa dari Hong Kong:
Apakah puasa yang dimaksud dalam Sutra Satya Buddha (Zhenfojing - 真佛經) dan Sutra Ksitigarbha (Dizangjing - 地藏經) adalah bervegetarian? Apakah masih ada ketentuan lainnya?
Dharmaraja menjawab:
Apakah makna dari puasa? Tubuh, ucapan, dan pikiran yang bersih adalah puasa. Tubuh yang bersih – Mandi, atau mengenakan jubah Dharma (pakaian bersih), jangan berhubungan seks. Mulut yang bersih – Sikat gigi dan berkumur, jangan memaki orang, jangan berkata-kata jahat (bertengkar), mesti menjapa mantra. Pikiran bersih – Jangan terlalu banyak pikiran (melantur), jangan membangkitkan kerisauan batin. Siswa Tantra tidak ada keharusan untuk bervegetarian, mengenai vegetarian bisa disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Dharmaraja menjelaskan, "Prana berhenti 10 jari", artinya adalah panjang perhentian prana, yang disebut puncak kepala adalah lokasi 8 jari dari akar rambut di dahi, memasukkan prana ke dalam nadi tengah sebanyak 1800 napas, mencapai fenomena prana diam menetap di dalam nadi.
Sang Buddha membabarkan bahwa tumimbal lahir bersumber dari 12 nidana (kegelapan batin, kehendak, kesadaran, nama rupa, enam landasan indra, kontak, perasaan, ketagihan, kemelekatan, eksistensi, kelahiran kembali, penuaan dan kematian. 12 nidana ini terus bersirkulasi tanpa henti, setelah mencapai kondisi ini, sirkulasi di bawah kesadaran akan berhenti. Secara tanda-tanda eksternal, bindu akan semakin kukuh, bisa membuka 12 simpul nadi cakra visuddha dan cakra ajna, sesuai dengan urutan Dharma, dapat mencapai Bodhisattva bhumi ke-7 sampai ke-10. Dharmaraja mengisahkan bahwa Bodhisattva bhumi ke-7 telah menitis ke dalam keluarga Dharmaraja, akan tetapi meskipun ia adalah titisan Bodhisattva, sampai saat ini ia masih belum memahami asal-usul dirinya.
Usai upacara, Dharmaraja berjalan ke hadapan layar Zoom untuk berinteraksi dengan para siswa. Melalui internet, segenap siswa di seluruh dunia mengirimkan harapan baik dan kerinduan, dengan welas asih Dharmaraja membalas sapaan semua, kemudian mengadhisthana para siswa di lokasi dan semua yang menyaksikan siaran langsung secara daring. Dengan demikian Upacara Agung Homa Caturbhujalokesvara telah usai dengan sempurna.