13 November 2021 Pujabakti Sadhana Yidam Buddha Amitabha di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#LiputanTBSSeattleLingShenChingTzeTemple
Waktu telah memasuki musim dingin, kerisauan pun sirna laksana asap tertiup angin, segenap siswa penuh sukacita berhimpun di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺), menyambut kedatangan Dharmaraja Liansheng untuk memimpin pujabakti Sadhana Yidam Buddha Amitabha (Amituofo-阿彌陀佛).
Usai pujabakti, Mahaguru mengungkapkan kesan menyaksikan video produksi Tbboyeh mengenai "Kesaksian Sejati" dari buku nomor 286 "Peristiwa Supernatural", setelah kremasi, sarira dari Akademisi Zhu Shiyi (Shih-I Chu-朱時宜院士) disemayamkan di rumah abu Double Lotus Realm di Rainbow Temple, beliau memberi mimpi kepada putrinya untuk pergi ke Taman Arama Zhenfo berterima kasih kepada Mahaguru Lu. Mahaguru mengatakan, semua makhluk adalah setara, yang benar-benar mencapai alam Arya atau Bodhisattva sama sekali tiada perbedaan, yang masih punya perbedaan adalah makhluk hidup.
Sesungguhnya hidup ini sangat singkat, hanya sebuah mimpi, di dunia saha ini tidak ada yang patut dipertikaikan. Akademisi Zhu Shiyi adalah seorang akademisi internasional, memiliki pengetahuan yang sangat tinggi, begitu pula dengan orang lain, seperti seorang konglomerat yang sangat kaya, atau perempuan yang secantik dewi, pada akhirnya semua sama saja, tiada perbedaan, yang paling penting hanyalah menemukan arah, tekun, dan terlahir di alam suci.
Mahaguru membacakan artikel yang diberikan oleh seorang siswa:
Seorang laki-laki bertanya kepada Buddha: "Saya putus dengan kekasih, tapi masih merindukannya, bagaimana ini?
Buddha menjawab: "Lepaskan."
Ada seorang perempuan bertanya kepada Buddha: "Saya dikhianati oleh teman, marah sampai tidak nafsu makan dan tidak bisa tenang, bagaimana ini?
Buddha menjawab: "Lepaskan."
Meskipun keduanya adalah masalah yang berbeda, tapi jawaban Buddha sama saja, kenapa?
Ibarat mimpi, meskipun Anda tidur sebanyak ribuan kali, bermimpi ribuan kali, tapi satu-satunya cara mengakhiri setiap mimpi adalah "bangun", sedangkan untuk menghadapi berbagai macam kondisi sukar dalam kehidupan, satu-satunya cara adalah "melepas".
Melalui kisah ini, Mahaguru memberitahu kita semua, yang tidak sanggup melepas berarti insan awam; Yang sanggup melepas baru bisa mencapai keberhasilan Bodhisattva.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya:
Mendaftarkan nama untuk Taisui, pelita, atau altar dirgahayu di vihara selama satu tahun penuh, jika orang yang mendaftar tiba-tiba meninggal dunia, apa pengaruh yang timbul jika namanya terus terpasang pada pelita berkah yang diperuntukkan bagi orang hidup? Apakah ini bisa merintangi mendiang, atau masih ada daya adhisthana bagi mendiang?
Mahaguru menjawab:
Mendaftarkan nama untuk pemasangan Taisui, pelita, dan altar dirgahayu adalah metode untuk menenangkan batin, membuat hati Anda tenang, dan tentu saja memperoleh adhisthana Buddha dan Bodhisattva, seperti permainan bisbol, adhisthana Buddha Bodhisattva ibarat embusan angin yang menambah laju bola sampai jauh sehingga mencetak home run. Bola yang menggelinding, atau bola diluar lintasan, bola yang sangat tinggi, atau bola yang berhasil ditangkap, sama seperti nasib dan peruntungan setiap insan yang berbeda-beda, orang yang memukul bola itu adalah diri sendiri. Oleh karena itu, kita perlu memasang pelita, Taisui, dan altar dirgahayu. Dalam pandangan Mahaguru, sesungguhnya tiada lahir dan mati.
Tiga pertanyaan dari seorang siswa:
1. Meskipun alam suci Buddha adalah alam suci, apakah benar di sana masih ada sila yang harus dipatuhi dan tidak bisa sepenuhnya leluasa? Bagaimana supaya bisa benar-benar leluasa?
2. Mohon petunjuk Mahaguru, apakah roh yang buyar berarti musnah? Apakah sepenuhnya lenyap dan tidak ada kesadaran apa pun, tidak lagi terlahir kembali?
3. Saya sangat ingin mengetahui, apakah kedua hal di atas ada hukum sebab dan akibatnya? Di alam suci kita tidak berbuat karma buruk, apakah sebab dan akibat masih dapat menemukan kita?
Mahaguru menjawab:
Sampai di alam suci Buddha, Anda benar-benar leluasa. Karena Anda mematuhi sila, sehingga dapat terlahir di alam suci. Sampai di alam suci, tentu saja tidak akan melanggar sila, sebab di sana juga tidak ada tempat di mana Anda bisa melanggar sila. Dengan sendirinya Anda tidak akan melanggar sila, ibarat ikan di dalam air, dengan sendirinya mereka bisa berenang. Ibarat burung di angkasa, bisa terbang dengan alamiah. Insan yang bersih akan mencapai alam suci Buddha, mana mungkin masih perlu sila?
Mengenai pertanyaan kedua, tidak perlu dipikirkan, karena bersarana kepada Mahaguru, roh tidak akan buyar, setibanya di alam suci Buddha sudah tidak mundur lagi, tidak akan terlahir kembali, sebab di sana setiap insan dapat menjadi Buddha, menjadi Bodhisattva, menjadi Arya.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
Bagian 11, Keunggulan Berkah Asamskrta
Apa itu asamskrta? Tidak menetap adalah asamskrta.
"Keunggulan berkah" membuat perbandingan berdasarkan berkah dan kebajikan, ini adalah isi yang hendak dibahas di bagian sebelas.
Teks Sutra:
"Subhuti, diibaratkan seperti seluruh butiran pasir di Sungai Gangga, dan setiap butir pasirnya diibaratkan lagi sebagai satu Sungai Gangga, akankah engkau katakan bahwa butiran-butiran pasir dari Sungai Gangga tersebut sangat banyak?"
Subhuti menjawab, "Sungguh sangat banyak Bhagavan! Jika Sungai Gangga sudah tak terhitung jumlahnya, betapa jauh lebih banyak lagi jumlah butiran pasirnya!"
Mahaguru mengungkapkan bahwa Sang Buddha suka menggunakan dua macam perbandingan, yang pertama adalah Gunung Sumeru untuk menggambarkan besar, tinggi dan besar; Yang kedua adalah pasir Sungai Gangga, untuk menggambarkan jumlah yang sangat banyak.
Orang India menyebut Sungai Gangga sebagai sungai suci, sungai ini melintasi seluruh India, dan tentu saja pasir Sungai Gangga tidak bisa dihitung, sehingga mengandung arti tak terhingga. Tapi coba perhatikan kalimat ini, "Diibaratkan seperti seluruh butiran pasir di Sungai Gangga, dan setiap butir pasirnya diibaratkan lagi sebagai satu Sungai Gangga." Satu Sungai Gangga ada pasir yang tak terhingga banyaknya, jika setiap butir pasir adalah satu Sungai Gangga, jadi berapa banyak pasirnya?
Subhuti menjawab, "Sungguh sangat banyak Bhagavan! Jika Sungai Gangga sudah tak terhitung jumlahnya, betapa jauh lebih banyak lagi jumlah butiran pasirnya!"
Ini adalah sebuah tanya jawab yang unik, setiap butir pasir menjadi Sungai Gangga, dan di setiap Sungai Gangga ada butiran pasir. Ada yang mengira bahwa Buddha hanya sedang membahas "Pasir Sungai Gangga", tak disangka Beliau bisa membuat butir pasir menjadi Sungai Gangga.
"Subhuti, kini Aku hendak bertanya padamu: jikalau seorang putra atau putri yang berbudi luhur mengisi tiga juta jagat raya dengan tujuh permata berharga sebanyak butiran pasir di Sungai Gangga, kemudian didermakan, apakah orang itu akan mendapatkan banyak berkah karena perbuatan bajik tersebut?"
Subhuti menjawab, "Sangat banyak, wahai Bhagavan!"
Tujuh permata adalah benda yang paling berharga di dunia, seperti emas, kima, dan akik… "Tiga juta jagat raya" ini menandakan sangat banyak. Mahaguru mengatakan: Kita sering mendengar lima ratus pedagang dan Lima Ratus Arahat, apakah hanya berjumlah lima ratus? Kenapa Mahaguru hanya mengatakan lima juta siswa? Sebab belajar perumpamaan dari Buddha.
Menggunakan tujuh permata sebagai derma kepada tiga juta jagat raya yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, berkah yang diperoleh sangat besar, sebab dalam Enam Paramita Bodhisattva, Danaparamita merupakan urutan pertama.
Buddha berkata pada Subhuti, "Jikalau seorang putra atau putri yang berbudi luhur menerima, mengamalkan, dan menjelaskan Sutra ini kepada orang lain, walau hanya gatha empat kalimat, maka berkah yang diperoleh dari kebajikan ini mengungguli berkah sebelumnya."
Bagian ini adalah perbadingan, jika ada seorang putra maupun putri yang berbudi luhur, menerima, mengamalkan, atau menjelaskan gatha empat kalimat: "Tiada atribut pribadi, tiada atribut perorangan, tiada atribut makhluk hidup, dan tiada atribut jangka waktu kehidupan." Maka berkah yang diperoleh mengungguli berkah berderma tujuh permata memenuhi tiga juta jagat raya yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga.
Mahaguru mengingatkan, asalkan kita berhasil mengamalkan anatman, berarti sudah merupakan seorang Arya. Tujuh permata dunia kalah dengan "Tanpa atribut pribadi", apalagi gatha empat kalimat, ada "ego" baru ada perselisihan.
Usai Dharmadesana, Mahaguru berwelas asih mengadhisthana semua.
Dalam Dharmadesana hari ini, Mahaguru mengingatkan kita semua, dalam ketidakkekalan belajar melepas, di antara perebutan keuntungan, belajar melepas, di antara cinta dan benci, belajar melepas, melepas merupakan pelajaran yang mesti ditekuni oleh setiap insan, sadarilah bahwa hidup ini laksana mimpi, ilusi, gelembung, dan bayangan, pahami arah bhavana dan tekunlah, hanya kesucian yang merupakan satu-satunya tiket berlayar menuju alam suci Buddha.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BuddhaAmitabha
Yidam pujabakti minggu depan adalah #BodhisattvaAvalokitesvara
#SutraVajra
----------------------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
https://ch.tbsn.org/news/detail/1518/2021%E5%B9%B411%E6%9C%8813%E6%97%A5%E8%A5%BF%E9%9B%85%E5%9C%96%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E9%98%BF%E5%BD%8C%E9%99%80%E4%BD%9B%E6%9C%AC%E5%B0%8A%E6%B3%95%E5%90%8C%E4%BF%AE.html
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia