27 November 2021 Pujabakti Sadhana Yidam Bodhisattva Ksitigarbha di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#LiputanTBSSeattleLingShenChingTze
Pada tanggal 27 November 2021, pukul delapan malam, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) dengan tulus mengundang Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu untuk memimpin pujabakti Yidam Bodhisattva Ksitigarbha, dan melanjutkan pengulasan Sutra Vajra. Keempat kelompok siswa (biksu, biksuni, upasaka, dan upasika) dari berbagai penjuru dunia datang berpartisipasi dalam pujabakti, mendengar suara Dharma, bersukacita meyakini, menerima, dan mengamalkannya. Beberapa negara mulai melonggarkan aturan terkait kondisi pandemi, sehingga sebagian umat bisa kembali Berdharmayatra ke vihara cikal bakal. Bisa berjumpa dengan Mahaguru dan Gurudara yang sudah lama dirindukan, sungguh merupakan sukacita tak terkira, semua meluapkan melalui seruan bahagia: "Mahaguru, Gurudara, sungguh bahagia bisa berjumpa Anda lagi!"
Usai pujabakti yang khidmat dan sempurna, terlebih dahulu Mahaguru membabarkan bahwa kata "Ksiti" dari nama Bodhisattva Ksitigarbha (Dizangwang Pusa-地藏菩薩) bermakna: "Tenang dan kukuh laksana bumi", "Garbha" berarti: "Mengandung kebijaksanaan Buddha Tathagata". Ikrar yang dibuat oleh-Nya adalah yang paling besar, semua tahu kalimat ini: "Berikrar tidak menjadi Buddha sebelum neraka kosong", oleh karena itu Ia disebut sebagai Bodhisattva Ksitigarbha Mahapranidhana (Ikrar Agung).
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya:
Ada beberapa pertanyaan atas gatha Y.A. Atisa: "Menyalahi Arya dengan sengaja, jauh lebih celaka ketimbang mati." mohon petunjuk Mahaguru:
1. Pemahaman siswa seperti ini: Jika menyalahi seorang Arya, akibatnya dalam kehidupan saat ini maupun mendatang kesempatan untuk mendapatkan bimbingan dari Arya tersebut akan semakin lambat diperoleh, atau bahkan bisa kehilangan kesempatan tersebut. Entah apakah pemahaman siswa ini benar.
2. Jika menyalahi seorang Arya, selain memperlambat atau bahkan kehilangan kesempatan memperoleh bimbingan Arya tersebut, juga memperlambat atau bahkan kehilangan kesempatan untuk memperoleh bimbingan dari semua Arya yang lain.
3. Siswa merasa jodoh dengan Mahaguru tidak dangkal, tapi dalam kehidupan saat ini, sebelum siswa mengenal Mahaguru, pernah dikarenakan ketaktahuan, dalam hati menyalahi Mahaguru (Siswa belum pernah mengungkapkan hal ini kepada orang lain), siswa berpendapat bahwa hal ini menyebabkan siswa semakin lambat kira-kira dua tahun baru bisa mendekati Mahaguru.
Selama dua tahun tersebut, siswa menapaki jalan berliku. Seandainya tidak pernah menyalahi Mahaguru, pasti siswa bisa lebih awal dua tahun dekat dengan Mahaguru, setidaknya jalan yang siswa lalui selama dua tahun itu bisa lebih lancar. Siswa bertobat kepada Mahaguru, dan dengan tulus menyatakan tekad: Semoga semua siswa Zhenfo, segenap upasaka dan upasika, dan semua makhluk, menjadikan kesalahan siswa ini sebagai peringatan, jangan sampai dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan menyalahi Mahaguru dan sarwa Arya.
Mahaguru menjawab:
Sebenarnya, mengenai "Menyalahi Arya dengan sengaja", bisa diketahui melalui Abdi Guru Pancasika, tiga poin yang ditulis oleh siswa ini juga benar adanya. "Akibatnya dalam kehidupan saat ini maupun mendatang kesempatan untuk mendapatkan bimbingan dari Arya tersebut akan semakin lambat diperoleh, atau bahkan bisa kehilangan kesempatan tersebut." tentu saja ini adalah hal yang alami. Yang kedua, dalam kehidupannya saat ini dan mendatang, bisa semakin lambat atau bahkan kehilangan kesempatan untuk memperoleh bimbingan Buddhadharma dari banyak Arya atau bahkan sarwa Arya, ini juga sudah tentu, pasti demikian. Jika Anda berjumpa dengan seorang Arya, tapi tidak tahu bahwa beliau adalah seorang Arya, dan malah menyalahi beliau, kelak Anda terlahir kembali sebagai manusia di tempat di mana Buddhadharma tidak terdengar, lebih celaka lagi adalah terlahir kembali sebagai kerang, selamanya hidup di dalam cangkang, tidak pernah mendengar suara di luar. Hanya orang yang memiliki berkah kebajikan baru bisa mendengar Buddhadharma.
Siswa bertanya:
Siswa pernah bermimpi, saya bernamaskara kepada Mulaguru, tapi siswa sungguh terkejut, karena Mahaguru juga balik bernamaskara kepada siswa. Terjadi saling namaskara beberapa kali, Mahaguru tidak mengatakan apa pun, kemudian siswa pun terbangun. Siswa mohon petunjuk Mahaguru, apa makna dari mimpi ini?
Mahaguru menjawab:
Hari ini kita mengulas Sutra Vajra, bukankah sedang mengulas mengenai menghormati? Apa yang dihormati? Menghormati ajaran benar. Anda bernamaskara kepada Mahaguru, berarti bernamaskara kepada Buddhata Mahaguru. Mahaguru bernamaskara kepada Anda, juga bernamaskara kepada Buddhata Anda. Ketika Anda bernamaskara kepada Mahaguru, wajah saya, hidung, mulut, telinga, leher, tubuh mengenakan jubah biksulama, semua hanya atribut lahiriah, hanya sebuah cangkang, yang terutama adalah bernamaskara kepada Buddhata. Mahaguru balik bernamaskara kepada Anda, bernamaskara kepada Buddhata Anda. Oleh karena itu, saling menghormati, demikianlah Kebijaksanaan Kesetaraan.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Sutra Vajra
Bagian 13, Mengamalkan Sesuai Dharma
"Subhuti! Bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagata membabarkan Dharma?"
Subhuti menjawab, "Bhagavan, tiada yang dibabarkan oleh Tathagata."
Mahaguru mengulas:
Buddha Sakyamuni bertanya kepada Subhuti, apakah Tathagata membabarkan Dharma? Subhuti menjawab, Tathagata tidak membabarkan Dharma. Bagaimana menjelaskan kalimat ini? Jelas-jelas Buddha membabarkan Dharma, bukankah Sutra yang dibabarkan adalah Dharma? Mengapa Subhuti menjawab "Tathagata tidak membabarkan Dharma."?
Seluruh bumi ini mengalami pembentukan, menetap, lapuk, dan sunya, sampai pada kalpa kekosongan, bumi ini sudah sepenuhnya lebur, tidak ada lagi umat manusia, tidak ada lagi segala sesuatu, pertanyaanya, siapa yang membabarkan Dharma? Siapa yang mendengar Dharma? Di mana Buddhadharma?
Buddha membabarkan segala sesuatu adalah tidak kekal, Trilaksana yang dibabarkan Buddha adalah kebenaran. Apa itu Trilaksana? Yaitu segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal, segala sesuatu tanpa keakuan, Nirvana adalah kedamaian sempurna. Yang paling akhir adalah Nirvana adalah kedamaian sempurna, maksud Buddha adalah Anda mengosongkan keakuan, tanpa keakuan, menggunakan sunya untuk mengonfirmasi sunyata alam semesta, sunya beryoga dengan sunya, inilah Nirvana.
Sutra Vajra adalah sebuah Sutra di mana bahkan samsara pun telah lenyap, tiada sebab, tiada kondisi. Apa itu Nirvana? "Tiada sebab kelahiran, dan tiada sebab kematian." Sunya manunggal dengan sunya, menggunakan sunyata diri untuk mengonfirmasi sunyata, manunggal, memasuki Dharmata alamiah, tidak lagi terlahir kembali, ini adalah kondisi yang melampaui segalanya, Buddha Sakyamuni mengatakan tiada kondisi apa pun yang bisa diungkapkan, oleh karena itu Buddha mengatakan, "Tathagata tidak membabarkan Dharma". Subhuti nomor satu dalam hal memahami sunyata, sehingga beliau bisa mengatakan: "Tathagata tidak membabarkan Dharma", inilah maksudnya.
Usai Dharmadesana, Mahaguru menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada umat yang datang dari jauh, kemudian mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani, menginisiasi rupang Buddha, dan terakhir menganugerahkan adhisthana menggunakan vyajanacamara bagi semua umat yang hadir di lokasi.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisattvaKsitigarbha
#SutraVajra
----------------------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
https://ch.tbsn.org/news/detail/1523/2021%E5%B9%B411%E6%9C%8827%E6%97%A5%E8%A5%BF%E9%9B%85%E5%9C%96%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E5%9C%B0%E8%97%8F%E7%8E%8B%E8%8F%A9%E8%96%A9%E6%9C%AC%E5%B0%8A%E6%B3%95%E5%90%8C%E4%BF%AE.html
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia