4 Desember 2021 Pujabakti Sadhana Yidam Bhagavati Cundi di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#LiputanTBSSeattleLingShenChingTzeTemple
Seiring dengan semakin longgarnya peraturan masuk wilayah Amerika Serikat, banyak umat dari berbagai penjuru dunia yang datang dengan antusias demi berjumpa dengan Buddha Guru Liansheng yang sudah lama dirindukan, perjumpaan tulus antara Guru dan siswa sungguh sangat menyentuh.
Pada hari Sabtu, tanggal 4 Desember 2021, pukul 8 malam, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) menyelenggarakan pujabakti Sadhana Yidam Bhagavati Cundi, dengan dipandu oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, semua berpuja bakti Sadhana Yidam Bhagavati Cundi yang istimewa. Saat melimpahkan jasa, Mahaguru Lu secara khusus memanjatkan permohonan kepada Bhagavati Cundi untuk memancarkan cahaya terang, menjemput semua bardo yang berjodoh maupun yang tidak berjodoh, supaya semua terlahir di alam suci Buddha. Memanjatkan permohonan kepada Bhagavati Cundi supaya semua penyakit tersingkirkan, sehat sentosa. Memancarkan cahaya terang, supaya semua virus tersingkirkan, mengadhisthana semua supaya mencapai keberhasilan dalam utpattikrama dan Sampannakrama.
Seperti sebelumnya, terlebih dahulu Mahaguru Lu mengisahkan cerita humor yang sarat akan rasa Buddhadharma, dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan siswa.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya:
Saat ini saya mempunyai seorang anak berusia empat bulan, begitu lahir langsung membantunya untuk bersarana kepada Mahaguru Lu, kelak dalam pertumbuhannya, karena faktor ayah, mungkin ia akan meyakini Buddhadharma, bisa bersadhana, melafal Nama Buddha, dan menjapa Mantra. Jika kelak ia beranjak dewasa, memiliki pandangannya sendiri, kemudian memeluk agama lain, apakah ini berarti dia telah merusak sila samaya? Apakah menyebabkan sebab dan akibat yang tidak baik? Bagaimana cara membedakan apakah telah merusak sila samaya? Sebagai kepala keluarga, upaya apa yang mesti kami lakukan, supaya anak kami terus bersarana kepada Mahaguru Lu? Apakah ini berarti melekat?
Mahaguru Lu menjawab:
Menurut saya pribadi, membantu anak untuk bersarana kepada Guru Lu, tidak bisa disebut bersarana kepada Guru, karena banyak agama maupun organisasi keagamaan juga menyebut kata Guru, oleh karena itu, akhir-akhir ini saat menulis selalu menambahkan kata "Lu", yaitu Guru Lu, artinya adalah Guru yang bermarga Lu, sedangkan Guru adalah istilah. Jadi, Mahaguru di Zhenfo Zong ditambah satu kata "Lu".
Begitu lahir langsung membantunya untuk bersarana kepada Mahaguru Lu, setiap orang berbeda dalam proses menjadi dewasa, mungkin kelak ia akan memeluk agama Kristen, atau Katolik, atau agama lainnya, semestinya bukan termasuk melanggar sila, karena saat itu ia belum tumbuh dewasa, belum matang, karena orang tua yang membantunya bersarana, sehingga itu hanya menjalin jodoh, sedangkan jodoh ini buyar saat ia beranjak dewasa, tidak ada lagi jodoh tersebut. Kecuali setelah ia tumbuh, saat pemikiran sudah matang, memutuskan bersarana, kemudian berubah, barulah disebut merusak sila samaya, karena ia telah mengikat sumpah dengan Mahaguru Lu, "Saya ingin bersarana kepada Anda, terus sampai menjadi Buddha.", tapi berhenti di tengah jalan, merusak ikrar yang pernah ia buat.
Kepala keluarga mesti mengupayakan supaya anak dapat belajar ajaran Buddha sejak kecil, menyekolahkannya di TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, maupun pusdiklat Zhenfo Zong, mengajarkan Mantra dasar, membentuk Mudra dan lain sebagainya, supaya jodohnya terus bertambah, ini sudah sangat baik.
"Apakah ini berarti melekat?" Anda terus membimbingnya, mengenalkannya pada Buddhadharma, memberikan pengetahuan Zhenfo Zong, mengenai bagaimana kelak, semua mengikuti pilihannya sendiri, ini berarti tidak melekat. Anda tidak boleh memaksanya untuk terus bersarana kepada Zhenfo Zong, menapaki jalan Zhenfo Zong, karena ini berarti melekat.
Siswa bertanya:
Ibu hampir berusia 90 tahun, beliau telah mengalami dua kali mukjizat yang luar biasa, pertama adalah ketika sakit jantungnya kambuh, dalam perjalanan bardo, beliau melihat Mahaguru Lu muncul dan memberi tahu bahwa tempat ini bukan yang semestinya Anda datangi, cepat kembali, ini dikatakan sebanyak tiga kali, dan ibu pun siuman. Satu lagi adalah saat menjalani kateterisasi jantung, dokter mendapati jantung ibu dengan sendirinya memproduksi pembuluh darah baru, sehingga tidak perlu menjalani pembedahan. Ibu saya buta huruf, hanya bisa menjapa Mantra Hati Mahaguru Lu dan Nama Agung Bodhisattva Ksitigarbha. Mohon petunjuk Mahaguru Lu, apakah melafal Nama Agung Bodhisattva Vajracitta sama fungsinya dengan menjapa Mantra Sataksara? Apakah untuk menekuni setiap pelafalan Nama Agung perlu abhiseka khusus atau cukup abhiseka sekali saja kemudian boleh melafal Nama Agung dari sarwa Bodhisattva?
Mahaguru menjawab:
Kedua mukjizat yang dialami oleh ibu Anda sungguh luar biasa. Ibu Anda buta huruf, bisa menjapa Mantra Hati Mahaguru Lu dan Nama Agung Bodhisattva Ksitigarbha sudah sangat baik.
"Apakah melafal Nama Agung Bodhisattva Vajracitta sama fungsinya dengan menjapa Mantra Sataksara?" (Mahaguru Lu mohon petunjuk melalui ramalan dewata) Beliau menjawab 90 persen sama. Singkat kata ada sedikit perbedaan, yang satu adalah menjapa bagian dalam, yang satu adalah bagian luar.
"Apakah untuk menekuni setiap pelafalan Nama Agung perlu abhiseka khusus atau cukup abhiseka sekali saja kemudian boleh melafal Nama Agung dari sarwa Bodhisattva?" (Mahaguru melakukan Ramalan Dewata) Jika hendak melafal Nama Agung, setiap Yidam perlu abhiseka, bukan setelah melafal nama satu Yidam maka bisa melafal nama setiap Yidam.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
Bagian 14, Nirvana Tanpa Atribut
Sewaktu Subhuti mendengarkan dan menyelami makna mendalam Sutra ini, Beliau tergugah sehingga meneteskan air mata.
Bebas dari segala atribut adalah Nirvana, kebenaran terakhir dari Trilaksana, yaitu Nirvana adalah kedamaian sempurna. Setelah bebas dari segala atribut, memasuki "Bagian 14, Nirvana Tanpa Atribut". Apa itu tanpa atribut? Yaitu bebas dari empat atribut: Tiada atribut keakuan, tiada atribut pribadi, tiada atribut makhluk hidup, dan tiada atribut jangka kehidupan. Bebas dari empat atribut ini, memasuki Nirvana. Nirvana bukan tiada suatu apa pun, bukan kosong. Lebih mendalam lagi, tiada sebab kelahiran, tiada sebab kematian, sudah tidak ada lagi enam alam samsara, disebut Nirvana. Tidak ada sebab-sebab kelahiran, sudah tidak ada sebab-sebab kematian, ini adalah Nirvana, tingkat Buddha. Setiap insan tidak ingin terlahir kembali, tapi, apakah Anda sudah bebas dari atribut? Apakah Anda masih ada karma tubuh, ucapan, dan pikiran? Jika Anda ada karma tubuh, ucapan, dan pikiran, maka Anda pasti terlahir kembali di enam alam samsara.
Para Dewata seperti Mahabrahma, Mahesvara, dan Wisnu, Beliau semua adalah Dewata yang sangat tinggi, tapi masih harus terlahir kembali, sedangkan Dharma yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni: "Nirvana Tanpa Atribut", sudah bebas dari enam alam tumimbal lahir. Ingin bebas dari samsara, sungguh sukar!
"Sewaktu Subhuti mendengarkan dan menyelami makna mendalam Sutra ini, Beliau tergugah sehingga meneteskan air mata." Kenapa saat mendengarkan Buddha Sakyamuni membabarkan Sutra ini, Subhuti meneteskan air mata? Ada dua sebab. Buddha Sakyamuni telah menyingkap tabir misteri sepanjang masa, menyingkap kebenaran atas enam alam samsara, telah menghancurkan samsara, tentu saja kebenaran ini sangat mengharukan Subhuti, sehingga Beliau pun meneteskan air mata, ini disebut air mata mahasukacita. Selain itu, ini adalah air mata mahakaruna, karena semua makhluk hidup belum memahami kebenaran ini, mereka masih berada dalam enam alam samsara, terus membuat karma buruk demi mengejar nama, keuntungan, harta, seks, makan, minum, dan tidur, selamanya tidak bisa mencerahi Bodhi, tidak bisa mencapai tingkat Buddha, tidak bisa mencerahi tiada kelahiran kembali, sehingga Subhuti meneteskan air mata welas asih demi semua makhluk.
Usai pujabakti, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada siswa baru, kemudian berwelas asih mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani dan menginisiasi rupang Buddha, dilanjutkan dengan menganugerahkan adhisthana bagi semua umat yang hadir dan yang menyaksikan melalui internet. Terima kasih Mahaguru Lu.
Om Mani Padme Hum.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BhagavatiCundi
#SutraVajra
----------------------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
https://ch.tbsn.org/news/detail/1524/2021%E5%B9%B412%E6%9C%8804%E6%97%A5%E8%A5%BF%E9%9B%85%E5%9C%96%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E5%87%96%E6%8F%90%E4%BD%9B%E6%AF%8D%E6%9C%AC%E5%B0%8A%E6%B3%95%E5%90%8C%E4%BF%AE
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia