19 Desember 2021 Upacara Agung Homa Buddha Amitabha di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 19 Desember 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Anuttara Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Buddha Amitabha (Amituofo-阿彌陀佛). Usai upacara, terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng memberitahukan bahwa Yidam homa hari Minggu depan adalah Amoghapasalokesvara (Bukongjuansuoguanyin-不空羂索觀音). Di antara perwujudan Bodhisatwa Avalokitesvara, Amoghapasa paling terkenal, sebab ikrar-Nya adalah tidak akan membiarkan semua permohonan menjadi kosong, permohonan yang dipanjatkan kepada-Nya pasti dijawab.
Buddha Amitabha adalah Yidam sekaligus mulabumi dari Dharmaraja Liansheng, Dharmaraja Liansheng sendiri juga pernah menekuni metode Tanah Suci. Dharmaraja Liansheng menuturkan bahwa dalam sekte Tanah Suci ada tiga Sutra dan satu sastra utama. Mendirikan sekte berdasarkan pada tiga Sutra yang dibabarkan oleh Buddha, yaitu: Sutra Amitabha, Maha Sutra Amitabha, dan Sutra Amitayurdhyana. Sedangkan sastra yang digunakan adalah Sukhavativyuhopadesa. Rapal Nama Buddha sebagai metode utama. Kemudian, Dharmaraja Liansheng melantunkan Nama Buddha dalam empat suku kata dan enam suku kata, kelembutan dan welas asih hati Buddha mengalir memasuki relung hati kami.
Dalam metode rapal nama Buddha ada metode sekali tarikan napas merapal sepuluh kali "Amituofo". Sesuai dengan aturan, satu tarikan napas sepuluh kali Amituofo dilakukan sebanyak sepuluh kali. Merapal nama Buddha tidak hanya dilakukan di pagi dan siang hari saja, melainkan mesti dilakukan setiap hari. Terus berlatih sampai jelang wafat, merapal Nama Agung Buddha Amitabha, Trini Arya Sukhavati hadir menjemput terlahir di alam suci. Meskipun ini adalah metode mudah, titik beratnya adalah satu hati tak galau, sesungguhnya tidak mudah untuk mencapai kondisi tersebut. Saat jelang wafat bisa masuk samadhi, merupakan kiat yang sangat penting. Sedangkan Tantra tergolong metode sukar, tekun berbhavana mencapai alam suci. Tidak peduli menekuni metode mudah atau sukar, sadhaka mesti memahami kiat utamanya, yaitu satu hati tak galau.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa dari Brasil mengajukan beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah ada aturan waktu tertentu di mana Sutra dan Mantra tidak boleh dirapal?
Dharmaraja Liansheng menjawab, kadang semua dikarenakan kebiasaan diri sendiri, seperti berpendapat bahwa di dalam toilet sangat kotor, atau saat baring di atas kasur sebaiknya fokus tidur, tidak boleh merapal Sutra dan Mantra. Sesungguhnya, setiap saat boleh merapal Sutra dan Mantra, tidak ada batasan. Tentu saja sebelum mulai, mesti terlebih dahulu merapal Mantra Pembersihan.
2. Apakah sarana puja harus berjumlah ganjil?
Dharmaraja Liansheng memberi contoh, saat sembahyang leluhur, ronde yang dipersembahkan tidak perlu sampai mempermasalahkan warnanya, besar dan kecilnya, atau bahkan jumlah rondenya harus ganjil atau genap, sarana puja sebaiknya sesuai dengan ketulusan diri sendiri. Terhadap sarana puja, Dharmaraja Liansheng tidak ada pantangan, jumlah ganjil atau genap, sesuai ketulusan.
3. Apakah ada waktu khusus untuk bersadhana?
Dharmaraja Liansheng menuturkan, menurut aturan Tantra, siang hari Sadhana Yidam, mala hari Sadhana Dharmapala, sadhana yang ditekuni sebelum atau sesudah tanggal 15 Imlek juga berbeda. Sedangkan menurut Dharmaraja Liansheng tidak ada pantangan.
4. Setelah bersarana kepada agama Buddha, apakah tidak perlu lagi mengacuhkan agama lain?
Dharmaraja Liansheng menjelaskan, kita mesti menghormati semua agama, etika dan kebenaran yang diajarkan oleh setiap pemimpin agama mesti dihormati, setiap sekte pasti memiliki hal baik yang bisa kita pelajari.
Pertanyaan dari siswa di Afrika Selatan:
Dharmaraja Liansheng pernah mengungkapkan bahwa saat ini Yeshe Tsogyal ada di dunia fana, bahkan berada di Zhenfo Zong. Yeshe Tsogyal adalah Bhagavati nomor satu di Tantra Tibet, merupakan seorang Mahasiddha, mengapa tidak mengundangnya untuk tampil memutar Dharmacakra?
Dharmaraja Liansheng menjawab, ia masih sedang belajar, Bodhisatwa juga mempunyai teka-teki beda kehidupan. Dharmaraja Liansheng sendiri sebagai contoh, meskipun merupakan titisan Padmakumara, setelah memperoleh petunjuk dari Mahadewi Yaochi, masih perlu dalam waktu lama dan penuh perjuangan belajar Dharma dan berbhavana. Bukan berarti sejak awal langsung memahami semua, melainkan harus mulai dari awal, termasuk perlu bersarana dan belajar kepada Guru Sutrayana dan Guru Tantra, masih perlu mendalami pustaka Buddha. Terus berbhavana sampai kontak yoga, baru lebih memahami, juga bisa kontak yoga dengan banyak makhluk suci. Oleh karena itu, hanya bisa menunggu beliau mencapai keberhasilan bhavana, baru mengundang beliau untuk muncul membabarkan Dharma. Dharmaraja Liansheng menekankan pentingnya tahapan Sadhana Tantra dan kontak yoga, karena kontak yoga dengan satu Yidam maka juga bisa kontak yoga dengan setiap makhluk suci.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
Teks Sutra:
Buddha berkata pada Subhuti, "Benar demikian adanya. Jika seseorang mendengar Sutra ini dan tidak terkejut, tidak merasa takut, dan tidak merasa khawatir, ketahuilah bahwa orang itu sungguh langka."
Pengulasan:
Dharmaraja mengatakan, "Tidak terkejut, tidak merasa takut, dan tidak merasa khawatir" ini sangat penting, pada umumnya yang mendengar pengulasan Sutra Vajra ini akan merasa terkejut. Kenapa? Selain Buddha Sakyamuni, sangat jarang ada orang yang bisa memahami "Tiada atribut keakuan, tiada atribut pribadi, tiada atribut makhluk hidup, dan tiada atribut jangka waktu kehidupan." Buddha Sakyamuni berasal dari India, saat itu Tiga Dewa Utama agama Hindu memilki wujud dan wahana masing-masing, tapi dalam pandangan Buddha Sakyamuni, tiada Anda, tiada aku, dan tiada dia, bahkan tiada semua surga dan tiada neraka. Mengapa demikian? Karena Buddha Sakyamuni telah berbhavana mencapai tingkat tertinggi, Sutra Vajra merupakan esensi titik tertinggi, paling langka.
Sebagai contoh, sebuah koan Zen, ada dua orang siswa yang bergantian bertanya kepada Gurunya: "Apakah neraka itu ada?" Guru menjawab pertanyaan siswa pertama: "Ada!"; Tapi kepada siswa yang kedua, Guru menjawab: "Tidak ada!", abdi di samping merasa heran, maka abdi pun bertanya kepada Guru, sebenarnya ada atau tidak? Guru itu menjelaskan: "Ada atau tidak, semua benar, sebab siswa yang pertama punya karmavarana yang menyebabkan jatuh ke alam neraka; Sedangkan siswa yang kedua, berbhavana dengan murni, sehingga baginya tidak ada alam neraka."
Sutra Vajra adalah raja Sutra yang paling langka, yang mendengarkannya dapat melampaui triloka, bahkan neraka dan surga pun tiada, hanya Buddha Sakyamuni yang sanggup membabarkan kebenaran ini. Merenungkan diri sendiri tiada suatu apa pun, mendengar hal ini, insan di dunia akan merasa terkejut dan takut. Seperti saat berada dalam dhyana samadhi, melayang ke angkasa, di angkasa tidak ada sandaran dan tidak ada penopang, merasa ketakutan. Sebenarnya, tiada suatu apa pun merupakan realitas sejati, dan realitas sejati bukan atribut. Ada karma baru ada atribut, tidak ada karma maka tidak ada atribut, juga tidak perlu terlahir kembali atau Nirwana. Bisa dibilang merupakan Buddha kehidupan kekal, sampai pada empat tingkat kesucian sudah merupakan kehidupan kekal.
Di dunia ini, tidak peduli setinggi apa pun kedudukan dan kekuasaan Anda, sebanyak apa pun harta Anda, serupawan apa pun paras Anda, semua hanya sesaat. Ketika mendengar makna Sutra ini, tidak terkejut, tidak takut, maka ia adalah manusia yang sudah sangat langka di masa kini. Sebab sebagian besar orang takut kehilangan, Qin Shihuang dan Kaisar Wu dari Han bahkan mencari pil hidup abadi, semua kembali dengan tangan hampa. Tidak peduli tubuh jasmani, kekuasaan, tempat tinggal, tanah, bahkan asmara, semua hanya sesaat. Pahamilah, sehingga sadhaka bisa mengurangi hasrat, belajar "Tidak masalah, bukan persoalan, tidak apa." Menjadi selaras dengan kondisi, mengalir, dan terserah Anda semua.
Teks Sutra:
"Mengapa? Subhuti, apa yang Tathagata sebut Paramita utama, bukan Paramita utama, sehingga disebut Paramita utama."
Pengulasan:
Utama mencapai pantai seberang, berarti bukan utama dalam mencapai pantai seberang. Mencapai pantai seberang, berarti tidak mencapai pantai seberang. Karena sama sekali tidak ada pantai seberang, maka pantai ini adalah pantai seberang.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng berpamitan dengan siswa melalui Zoom. Di penghujung acara, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Buddha Amitabha, sesi abhiseka sekaligus menjadi akhir yang sempurna bagi serangkaian kegiatan Upacara Homa Buddha Amitabha yang istimewa.
------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
https://ch.tbsn.org/news/detail/1530/2021%E5%B9%B412%E6%9C%8819%E6%97%A5%E5%BD%A9%E8%99%B9%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E9%98%BF%E5%BD%8C%E9%99%80%E4%BD%9B%E8%AD%B7%E6%91%A9%E5%A4%A7%E6%B3%95%E6%9C%83.html
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#TautanPendaftaranUpacaraRainbowTemple: https://tbs-rainbow.org/Donate
Tautan partisipasi dalam upacara homa melalui Zoom: https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
#BuddhaAmitabha
Yidam upacara minggu depan adalah #Amoghapasalokesvara