3 April 2022 Upacara Agung Homa Bodhisatwa Ksitigarbha di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 3 April 2022, pukul 3 sore, menyambut kedatangan hari Cengbeng, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi-彩虹雷藏寺) menyelenggarakan Upacara Homa Bodhisatwa Ksitigarbha. Pada masa Cengbeng, selalu turun hujan, hari ini hujan turun rintik, dalam kesejukan terasa belas kasih agung. Sekitar tiga ribu umat berpartisipasi melalui Zoom dan YouTube. Upacara dimulai dengan khidmat, Acarya Lianzhe (蓮者上師) mewakili semua mempersembahkan khata kepada Dharmaraja Liansheng sebagai tanda penghormatan tertinggi. Saat api homa dinyalakan, tampak Dharmaraja Liansheng mengalirkan air mata, membuat semua bertanya-tanya, pasti ada nidana luhur di balik peristiwa ini.
Usai ritus homa, Dharmaraja memberitahukan bahwa tanggal 10 April adalah Upacara Homa Bhagavati Cundi (Zhunti Fomu-凖提佛母), Dharmaraja Liansheng merapal mantra Bhagavati Cundi dan menyatakan bahwa Bhagavati Cundi memiliki Dharmabala tak terhingga. Bhagavati Cundi bisa dijadikan Yidam sekaligus Dharmapala.
Dharmaraja Liansheng memperkenalkan Yidam homa hari ini: Bodhisatwa Ksitigarbha (Dizangwang Pusa-地藏王菩薩) dan asal-usul gunung Jiuhua (Jiuhuashan-九華山), gunung Jiuhua diperoleh melalui peristiwa gaib jubah kasaya Jin Qiaojue (金喬覺), yang kemudian Bodhimanda Bodhisatwa Ksitigarbha didirikan di gunung Jiuhua. Dharmaraja Liansheng mengungkapkan anubhava dalam upacara homa hari ini, saat homa mulai, Bodhisatwa Ksitigarbha muncul memberitahu Dharmaraja bahwa Beliau menyeberangkan insan di alam neraka, dan Dharmaraja Liansheng menuntun insan di alam manusia. Bodhisatwa Ksitigarbha laksana saudara bagi Dharmaraja Liansheng. Gelar Vajra Bodhisatwa Ksitigarbha adalah Vajra Ikrar Karuna, ikrar Beliau adalah tidak menjadi Buddha sebelum neraka kosong. Namun, neraka tidak akan pernah kosong, Dharmaraja Liansheng bisa merasakan welas asih agung dari Bodhisatwa Ksitigarbha, sehingga beliau mengalirkan air mata.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Pertanyaan dari siswa di Malaysia:
Dalam konsep trikala satu hakikat, jika seorang Siddha tidak ingin hidup di masa kini, apakah ia bisa memindahkan semesta tubuh jasmaninya pada kehidupan di masa lampau, atau hidup di dunia masa mendatang?
Saat menjawab pertanyaan ini, Dharmaraja Liansheng mengungkapkan bahwa ketika baru saja menyalakan api homa, mendadak beliau memasuki kehidupan lampau, dan merasakan tiada berbeda dengan Bodhisatwa Ksitigarbha. Dharmaraja mengenang kehidupan lampau, pernah terlahir di Jepang pada zaman Asuka, sebagai pangeran Shotoku. Acarya Lianzhe (蓮者上師) yang berada di lokasi, langsung teringat kenangan kehidupan lampau, beliau menangis keras, sehingga membangkitkan rasa welas asih di hati Dharmaraja. Dharmaraja memberitahu semua, Acarya Lianzhe dari Diamond Temple New York adalah saudara beliau di kehidupan lampau, pernah terlahir di Jepang dan Tibet.
Kembali pada pertanyaan siswa di Malaysia, seorang Siddha dapat mengetahui masa lampau dan mendatang, jika hendak memindahkan semesta tubuh jasmani, mesti melatih hidup. Batin dan hidup dilatih bersamaan, melatih batin bisa membuat roh asal kembali ke masa lampau atau berpindah ke kehidupan mendatang. Jika tidak berlatih batin dan hidup, tubuh jasmani tidak bisa dipindahkan. Oleh karena itu mesti berlatih batin dan hidup, keduanya mesti mencapai keberhasilan baru bisa mencapai kemampuan tersebut.
Pertanyaan kedua dari siswa ini, mengenai konsep takdir dan ilmu membangun nasib. Dalam buku Mahaguru Lu disebutkan bahwa keduanya mesti ditekuni bersamaan. Namun, di sisi lain, juga dikatakan bahwa Buddha dapat mengetahui berbagai kehidupan yang tak terhingga, apakah ini berarti Buddha dapat mengetahui berbagai hal kecil maupun besar di dunia masa mendatang tanpa kesalahan sedikit pun, termasuk hasil dari membangun nasib? Jika benar demikian, berarti Buddha mengetahui semua takdir dan hasil dari membangun nasib, dalam pandangan Buddha segalanya adalah takdir, apakah ini tidak kontradiksi dengan ilmu membangun nasib?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Di sini tidak ada kontradiksi. Menurut Buddha, manusia bisa mengubah nasib dan peruntungan diri. Konsep takdir berarti segalanya sudah ada ketetapannya, ilmu membangun nasib berarti masa kini, di masa kini bersungguh-sungguh, menguasai kekinian di setiap saat. Meski Buddha mengetahui masa lampau, sekarang dan mendatang, tapi keduanya mesti berpadu. Contoh, ilmu topografi dan fengsui, jika medan magnetnya tepat, orang akan menjadi tekun, sebaliknya, jika medan magnet tidak tepat, orang akan menjadi malas. Tetap ada konsep tanah berkah ditempati oleh orang terberkati, ini tidak kontradiksi.
Pertanyaan terakhir adalah mengenai hukuman mutilasi dan penyiksaan di zaman kuno, eksekutor menggunakan golok tajam untuk mengiris kulit dan daging terpidana, diiris sebanyak ratusan bahkan ribuan kali, mohon petunjuk Mahaguru Lu, dalam penderitaan yang sangat hebat ini, apakah mungkin tetap mempertahankan samadhi tak gentar dan tak goyah? Bagaimana supaya berhasil melakukannya?
Dharmaraja Liansheng menjelaskan, dahulu ketika Buddha Sakyamuni terlahir sebagai Resi Ksantivadi, Beliau sanggup melakukannya. Yesus juga sanggup, ketika Beliau disalibkan, justru berdoa supaya Allah mengampuni orang-orang yang menganiaya Beliau. Ini merupakan semangat tanpa diri, hanya Arya yang mempunyai semangat tersebut baru bisa melakukannya.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
Teks Sutra:
Bagian 25, Menyeberangkan Tiada yang Diseberangkan
"Subhuti! Bagaimana pendapatmu? Kalian jangan mengatakan bahwa Tathagata berpikir: ‘Aku akan menyeberangkan semua makhluk.’ Subhuti! Jangan berpikiran seperti itu. Mengapa demikian? Sesungguhnya tiada makhluk yang diseberangkan oleh Tathagata, jika ada makhluk yang diseberangkan oleh Tathagata, berarti Tathagata melekat pada konsep diri, pribadi, makhluk hidup, dan jangka waktu kehidupan. Subhuti! Tathagata bersabda: ‘Ada diri berarti bukan ada diri, sedangkan insan awam menyangka ada diri.’ Subhuti! Insan awam, Tathagata menyebutnya bukan insan awam, dinamakan insan awam.’"
Siswa Buddha jangan berpikir bahwa Buddha menyeberangkan semua makhluk, sebab tidak ada makhluk yang diseberangkan oleh Buddha. Jika ada makhluk yang diseberangkan oleh Buddha, maka Buddha memiliki konsep diri, pribadi, makhluk hidup, dan jangka waktu kehidupan. Buddha bersabda, ada diri sesungguhnya adalah tiada diri, ada diri adalah tiada diri, sedangkan insan awam mengira ada diri. Insan pada umumnya mengatakan bahwa Buddha bukan insan awam, baru disebut insan awam.
Semua makhluk punya Buddhata, mendengar Buddha membabarkan Dharma, mengetahui Dharma, menggunakan Dharma, dan menyeberangkan diri sendiri. Buddha tidak menyeberangkan siapa pun, diri sendiri menyucikan diri sendiri, sebab setiap makhluk pada hakikatnya punya Buddhata. Bukan Buddha menyeberangkan makhluk, melainkan makhluk sendiri menyeberangkan diri sendiri. Setiap makhluk menyeberangkan diri sendiri, dan setelah menyucikan diri sendiri, menjadi Siddha. Ini adalah tiada yang membabarkan, tiada yang mendengar. Buddhadharma hanya sebuah alat. Semua makhluk bersarana kepada sifat diri, bersarana kepada diri sendiri, diri sendiri bersarana kepada Buddhata diri sendiri. Buddha membabarkan Dharma tanpa sebab, membabarkan Dharma tanpa pamrih.
Oleh karena itu, Buddha bersabda, jika ada diri, berarti tiada diri, karena ada diri sehingga bisa bersikap egois, orang yang belajar Buddha harus menyingkirkan diri, menghindari sikap egois. Insan awam bukan insan awam, orang biasa bukan orang biasa, dalam pandangan mata Buddha hanya ada Buddhata, sehingga tidak ada insan awam. Karena insan awam merasa ada diri, sehingga disebut insan awam. Buddhata adalah batin setara, tidak egois.
Di pengujung Dharmadesana, Mahaguru Lu menyatakan bahwa hari ini seolah memainkan sebuah drama, masa lampau, masa kini, dan mendatang, semua menjadi satu. Sukacita, amarah, kesedihan dan kebahagiaan banyak kehidupan muncul seketika dalam benak Mahaguru Lu. Upacara yang luar biasa ini, berakhir dalam kenangan. Seperti sebelumnya, Dharmaraja Liansheng berjalan menuju layar Zoom untuk menyapa segenap siswa, mendekatkan jarak ruang dan waktu. Sesi akhir, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Bodhisatwa Ksitigarbha kepada segenap siswa di lokasi. Upacara Cengbeng pun usai seiring dengan curahan tirta amerta dari langit, mungkin amerta ini adalah kesedihan, mungkin juga adalah berkat, mungkin membersihkan sanubari, mungkin hanya sebuah kemungkinan, sunyata.
------------------------
Tautan pendaftaran Upacara Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaKsitigarbha
#SutraVajra
Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://ch.tbsn.org/news/detail/1577/2022%E5%B9%B44%E6%9C%883%E6%97%A5%E5%BD%A9%E8%99%B9%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E5%9C%B0%E8%97%8F%E7%8E%8B%E8%8F%A9%E8%96%A9%E8%AD%B7%E6%91%A9%E5%A4%A7%E6%B3%95%E6%9C%83.html