Upacara Agung Homa Jambhala Merah di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 22 Mei 2022, Dharmaraja Liansheng tiba di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi-彩虹雷藏寺) untuk memimpin Upacara Agung Homa Jambhala Merah (Hongcaishen-紅財神). Dharmaraja Liansheng mengenang ketika bertamasya ke New Delhi di India, kebetulan bertepatan dengan hari jadi Jambhala Merah (Ganesh), seluruh wilayah New Delhi menyalakan kembang api untuk merayakan. Dalam agama Hindu ada Trimurti: Syiwa (Mahesvara/Dewa Pelebur), Brahma (Mahabrahma) atau Dewa Pencipta, dan Wisnu (Subhakrtsna) atau Dewa Pelindung. Ada Sambharapati yang sangat termasyhur, yaitu Jambhala Merah atau Ganesh (Dewa Rezeki Berkepala Gajah), putra dari Dewa Syiwa, menjadi Empat Dewa Utama dalam agama Hindu.
Dalam Tantra ada lima Jambhala: Jambhala Kuning, Jambhala Merah, Jambhala Hijau, Jambhala Putih, dan Jambhala Hitam. Jambhala Merah disebut sebagai Sambharapati Tantra Tibet, Beliau gemar menghitung daun lobak (yang merupakan sumber daya harta manusia sepanjang masa hidupnya), memiliki Dharmabala agung, bisa menganugerahkan harta, merupakan Raja dalam menganugerahkan berkah. Hal yang paling penting dalam Sadhana Jambhala Merah adalah memberikan persembahan dengan Vajranrti (Tari Vajra), Vajragita (Nyanyian Vajra), Vajrakusumamala (Perhiasan Vajra), Vajralasi (Permainan Vajra). Di antaranya "kusuma" berarti bunga, "mala" berarti perhiasan, bagi sadhaka perempuan, setelah mandi bisa merias diri dengan cantik, sedangkan sadhaka laki-laki bisa merias diri dengan rapi. Memberikan persembahan kepada Jambhala Merah, supaya Jambhala Merah bersukacita, sehingga Beliau menganugerahkan berkah kepada semuanya.
Dharmaraja Liansheng mengumumkan bahwa tanggal 29 Mei 2022 adalah Upacara Agung Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra (Qianshou Qianyan Guanshiyin Pusa-千手千眼觀世音菩薩). Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, ketika melakukan penyeberangan Ribuan Bahtera Dharma, Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra mengerahkan Dharmabala yang sangat besar dan kuat, pernah beberapa kali dalam ritus penyeberangan arwah melihat ribuan tangan memegang ribuan bahtera Dharma, kemudian menggunakan rddhividhijnanam (kemampuan leluasa mencapai lokasi yang diinginkan) untuk mengantarkan segenap arwah terlahir di Sukhavatiloka.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa dari Australia bertanya:
Siswa menekuni Sadhana Catur Prayoga, tahap awal kira-kira 30 menit, sampai pada tahap inti, pikiran mulai bercabang, tidak betah duduk, dan efeknya tidak baik. Pada saat biasa, jika hanya menekuni tahap inti, sebelum visualisasi kesunyataan dan rapal Mantra, apakah perlu terlebih dahulu merapal Mantra Pembersihan, Mantra Pengundang, Mahanamaskara, Mahapujana, Catur Sarana, dan Simabandhana Diri? Apakah di akhir perlu melimpahkan jasa?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Munculnya pikiran bercabang adalah wajar, setiap umat manusia, dalam bhavana pasti ada pikiran bercabang, bisa menggunakan Sembilan Langkah Pernapasan Buddha, batin fokus pada napas, perlahan menghapus pikiran bercabang, lama-kelamaan menjadi satu, mencapai satu pikiran merupakan samadhi. Jika tidak ada waktu, bisa bervisualisasi, merapal mantra, kemudian masuk tahap inti, tapi di akhir tetap harus lakukan pelimpahan jasa. Dalam melakukan segala sesuatu, Vimalakirti selalu fokus, setiap saat senantiasa berada dalam samadhi, bagi Mahasiddha tidak ada perbedaan antara keluar atau masuk samadhi.
Siswa bertanya:
Mengapa Sadhana Internal baru boleh ditekuni setelah berhasil dalam Sadhana Catur Prayoga? Apakah karena saat menekuni olah prana nadi, dan bindu, tubuh, ucapan, dan pikiran yang belum sepenuhnya bersih bisa menyebabkan transformasi energi jiwa dan raga semakin memperbesar pikiran kotor sadhaka dan mengundang pikiran menyimpang?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Dahulu sadhaka menekuni sadhana tahap demi tahap, mulai dari Catur Prayoga, Guru Yoga, Yidam Yoga, Sadhana Internal, Anuttara Tantra, kemudian Mahapurna. Sekarang menekuni Sadhana Yidam bisa sekaligus menekuni olah prana, nadi, dan bindu. Namun setelah kontak yoga dengan Sadhana Yidam, menekuni olah prana, nadi dan bindu bisa melipatgandakan hasilnya, jika pikiran tidak bersih, visualisasi juga tidak bersih, mudah mengundang pikiran menyimpang. Bisa gunakan kiat tubuh yaitu membentuk mudra, kiat ucapan yaitu merapal mantra, dan kiat pikiran yaitu visualisasi, supaya tubuh, ucapan, dan pikiran menjadi bersih.
Pertanyaan:
Apakah metode olah chi dalam Tao dan Sadhana Internal dalam Tantra ada persamaannya? Bolehkah terlebih dahulu menekuni Zhoutianfa dari Tao, tunggu sampai Catur Prayoga berhasil baru menekuni olah prana, nadi, dan bindu, supaya usia tidak terlalu lanjut yang menyebabkan tidak bisa membangkitkan kundalini.
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Tentu saja ada persamaannya, bisa dijadikan referensi dan pelengkap, tapi bukan sebagai latihan utama, Sadhana Cakra dan visualisasi dalam Tantra dan metode Tao memang tidak sama. Untuk membangkitkan kundalini butuh bindu, usia lanjut bindu sedikit, tidak mudah untuk menghasilkan kundalini, seperti usia lanjut sangat sukar untuk Berdharmadesana dalam waktu lama.
Mahaguru mesti Berdharmadesana mengulas Sutra dalam waktu panjang, setiap malam mengalirkan cairan candra Bodhicitta untuk turun, berputar di dalam mulut, menghasilkan ludah, supaya lidah bisa hidup, berlatih bicara, baru bisa Berdharmadesana. Bersadhana mesti menghargai masa muda, jangan menunggu usia lanjut baru belajar Tao, lihat di pemakaman banyak yang masih berusia muda.
Pertanyaan:
Terbiasa prana berjalan di nadi ren dan nadi du, saat menekuni Sadhana Internal diubah menjadi nadi tengah, apakah manfaatnya berlipat ganda, atau justru tidak bermanfaat?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Tentu saja berlipat ganda, ada metode Tao sebagai fondasi, supaya prana bisa berjalan di nadi tengah, sehingga bisa memperoleh: pertama adalah mahasukha, bhavana yang sesungguhnya adalah 24 jam berada dalam kondisi sukha, siang dan malam senantiasa tembus nadi, bersirkulasi ke atas dan bawah, bergesekan menghasilkan sukha. Sukha semacam ini tidak terbayangkan oleh orang lain, ibarat minum air, diri sendiri yang bisa merasakan hangat atau dinginnya air tersebut. Setelah mengalami mahasukha, mengalami cahaya terang, kemudian mengalami sunyata (Buddhata), inilah anak tangga bhavana.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Surta Vimalakirti
Teks Sutra:
Bagian 1: Varga Buddhaksetra
"Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang berdiam di taman Amra di Vaisali bersama sejumlah Delapan Ribu Mahabiksu. Bersama mereka terdapat Tiga Puluh Dua Ribu Bodhisatwa, beserta segenap Kalyanamitra."
Pengulasan Dharmaraja Liansheng:
Apa yang dimaksud dengan Varga Buddhaksetra? Seorang siswa Tantra, setiap bangun pagi mesti bervisualisasi, menyadari diri sendiri terbangun di Buddhaksetra, diri sendiri adalah Yidam, bertemu ayah adalah Buddhapitri, bertemu ibu adalah Buddhamatri, bertemu istri adalah Bhagavati, bertemu anak adalah putra dan putri Buddha, rumah adalah istana Yidam, tiap orang yang dijumpai adalah Bodhisatwa." Taman Amra adalah Buddhaksetra. "Demikianlah yang telah kudengar" berarti demikianlah yang aku dengar saat itu di lokasi tersebut.
Ada siswa yang bertanya kepada Dharmaraja Liansheng: "Bersama Delapan Ribu Mahabiksu. Bersama mereka terdapat Tiga Puluh Dua Ribu Bodhisatwa. Bagaimana cara menghitung jumlah tersebut?" Dharmaraja Liansheng menjawab: "Buddha dan Arhat memiliki abhijna, sehingga dengan sendirinya mengetahui. Dharmaraja pernah Berdharmayatra ke gunung Grdhrakuta tempat Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma, perkiraan Bodhimanda itu hanya bisa menampung dua ratus sampai tiga ratus orang, sedangkan menurut yang tertulis dalam Sutra Buddha, dalam Sutra Amitabha ada seribu dua ratus lima puluh orang yang mendengar Dharma, di dalamnya ada hal yang menakjubkan."
Apa itu Mahabiksu? Dharmaraja Liansheng mengungkapkan perbedaan besar antara Buddha Sakyamuni dengan Vimalakirti, Buddha Sakyamuni sangat mengutamakan sila dan vinaya. Mahabiksu adalah biksu yang berusia di atas enam puluh tahun, atau biksu yang menjaga sila dan vinaya agung, pada masa Buddha, dalam hal makan, berpakaian, berdiam, dan beraktivitas, semua diatur dengan sangat disiplin, berjumpa dengan umat perempuan pun harus menjaga jarak, mata hanya boleh memandang ke tanah, berbincang tidak boleh lebih dari empat kalimat, makan tidak boleh masak sendiri, hanya boleh didapatkan dari pindapatra, sehari hanya bersantap sekali, lewat tengah hari tidak makan, tidak ada kudapan, sebelum makan visualisasi makan berubah menjadi kotoran atau air seni, dan tidak mungkin ada kulkas. Tempat tinggalnya hanya bisa memilih di bawah pohon, kuburan, dan gua untuk berbhavana dengan sebaik-baiknya. Tangan tidak boleh menyentuh uang, pakaian tidak boleh mewah, hanya boleh satu warna.
Kemarin Dharmaraja telah mengulas makna dari Buddhaksetra, hari ini mengulas Mahabiksu, berharap supaya segenap siswa dapat menyadari bahwa Buddhaksetra Maha Ada, dan harus lebih ketat menjaga sila dan vinaya. Dalam Homa, Dharmaraja Liansheng memberikan persembahan kepada Jambhala Merah dengan menggunakan Vajragita, Vajranrti, Vajralasi, dan Vajrakusumamala, sehingga Jambhala Merah sangat bersukacita, menganugerahkan berkah kepada segenap siswa, baik itu nama, kedudukan, dan harta, semua harapan akan dipenuhi.
Di penghujung acara, Dharmaraja Liansheng berjalan ke depan layar Zoom untuk berinteraksi dengan segenap siswa, semua mengungkapkan rasa terima kasih atas Dharmadesana Dharmaraja Liansheng. Kemudian Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Jambhala Merah kepada segenap siswa yang hadir di lokasi. Upacara pun telah sempurna.
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#JambhalaMerah
#SutraVimalakirti
Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://tbnewshq.org/epaper_detail2266.htm