29 Mei 2022 Upacara Agung Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 29 Mei 2022, Mulacarya Zhenfo Zong, Dharmaraja Liansheng, Sheng-Yen Lu hadir di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi-彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat untuk memimpin Upacara Agung Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra (Qianshou Qianyan Guanshiyin Pusa-千手千眼觀世音菩薩). Usai Homa, terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng memberitahukan bahwa Yidam Homa hari Minggu depan adalah Vajra Vyaghravaktra (Hutoujingang-虎頭金剛). Vajra Vyaghravaktra adalah perwujudan Mahadewi Yaochi, sekaligus merupakan Yidam utama Homa dan penyeberangan arwah Ribuan Bahtera Dharma yang dilakukan oleh Dharmaraja Liansheng. Selain itu, Vajra Vyaghravaktra sangat terang dan berwibawa, ada Beliau, maka semua roh jahat tidak akan ada, semua teluh dapat diatasi. Ada panji Beliau, maka segala hal bisa sukses.
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, Yidam Homa hari ini, Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra mencakup lima bagian: Buddhakula, Padmakula, Vajrakula, Ratnakula, dan Karmakula. Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, suatu ketika, pada saat bersadhana di jam dua sampai tiga dini hari, karena terlalu lelah, sehingga tertidur, ketika Dharmaraja membuka mata, yang ada dalam pandangan adalah Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra menopang ribuan bahtera Dharma dengan menggunakan ribuan Tangan-Nya, menunggu Dharmaraja bangun. Hati Dharmaraja sungguh berterima kasih, dan memohon supaya Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra mengantarkan ribuan bahtera Dharma ke Sukhavatiloka, alam suci Buddha Amitabha. Dharmaraja Liansheng juga mengungkapkan bahwa dalam penyeberangan arwah ribuan bahtera Dharma, Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra yang paling sering muncul, sering memberikan respon spiritual. Selain mencakup lima bagian, Beliau juga dapat menyempurnakan santika, paustika, vasikarana, dan abhicaruka.
Mahakaruna Dharani dari Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra sangat termasyhur, dahulu ketika Dharmaraja masih di Taiwan, Biksuni Hengshu pernah datang berkonsultasi, saat itu beliau memberitahu Dharmaraja bahwa dirinya sangat berjodoh dengan Buddha, Dharmaraja pun bertanya bagaimana beliau melatih diri, Biksuni Hengshu menjawab bahwa beliau menekuni Mahakaruna Dharani. Saat itu, yang menyertai Biksuni Hengshu adalah istri dari ketua Hotel National, waktu itu Dharmaraja Liansheng belum menjadi Biksu, dan membantu mereka untuk melihat fengsui.
Selain Biksuni Hengshu, istri dari ketua editor The Bodhi Monthly dan Ayushmat Wuming juga menekuni Mahakaruna Dharani, dapat diketahui bahwa Mahakaruna Dharani sangat termasyhur. Dharmaraja Liansheng juga mengisahkan kisah legendaris bagaimana istri dari Bangdao Zhou menggunakan Air Mahakaruna Dharani menyembuhkan banyak insan, kisah ini juga tertulis dalam buku Dharmaraja Liansheng, artikel: "Legenda Segaris Air di Tengah Sungai".
◎ Anda Bertanya Saya Menjawab – Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa bertanya:
1. Tiap tanggal 1 dan 15 Imlek, dan tiap hari peringatan kematian leluhur, di depan altar leluhur menggelar upacara sembahyang dan berdoa mohon perlindungan, rezeki, kelancaran bisnis, dan lain-lain, apakah ini sama dengan memuja makhluk halus dan menambah kemelekatan leluhur kepada dunia fana?
2. Setelah sembahyang leluhur, anak dan cucu bersama makan bekas persembahan. Kadang anak dan cucu juga makan daging bekas persembahan. Bukankah kita tahu ini bisa menambah berat karma dari leluhur? Dalam Sutra Ksitigarbha disebutkan: "Membunuh makhluk hidup, digunakan untuk sesaji, sedikit pun tidak bermanfaat bagi mendiang, justru mengikat jodoh buruk, menambah berat karma buruk. Terutama bagi mendiang yang semasa hidupnya tidak pernah berbuat sedikit pun kebajikan, sehingga mengikuti karmanya terlahir di alam rendah, tapi mengapa anggota keluarga malah tega menambah berat karma buruk mendiang."
3. Jika Mahaguru pernah memberi petunjuk bahwa leluhur telah terlahir di alam suci, tapi anggota keluarga masih terus memuja leluhur, apakah leluhur akan benar-benar hadir untuk menerima persembahan? Atau justru makhluk halus lain yang datang dan menikmati persembahan tersebut?
Dharmaraja menjawab:
Ada yang bisa, ada yang tidak.
Sebab ada beberapa arwah yang menjadi roh pelindung bagi anak cucunya, karena mereka cenderung masih melekat kepada anak cucunya, sehingga terus menjaga anak cucu, jika kondisinya demikian, maka mereka yang akan datang untuk menerima persembahan anak cucu. Selain itu, ada juga leluhur yang berbhavana dan mencapai keberhasilan, telah terlahir di alam suci Buddha, memahami bahwa anak cucunya memiliki berkah masing-masing, dan tidak akan terus menjadi budak untuk melayani urusan anak cucu. Di Buddhaksetra ada amerta, tidak perlu kembali lagi ke dunia fana untuk menikmati makanan kasar. Meskipun mereka tidak menerima persembahan tersebut, tapi mereka tetap bisa menerima ketulusan anak cucu dalam memberikan persembahan.
Mengenai apakah sembahyang leluhur adalah memuja makhluk halus, Dharmaraja menjelaskan, tergantung pribadi apakah memandang leluhur sebagai makhluk halus. Manusia meninggal dunia pasti menjadi makhluk halus, tapi makhluk halus pun sama dengan manusia, ada yang baik dan ada yang jahat, dalam pandangan Dharmaraja, makhluk halus dan manusia tidak berbeda. Tidak perlu terlalu mempersoalkan, yang penting sembahyang leluhur dilakukan dengan ketulusan hati. Persembahan tidak akan menambah kemelekatan mereka kepada dunia, dengan tulus bersembahyang, leluhur pasti bisa merasakan ketulusan anak cucu, dan pasti melindungi anak cucu.
◎ Pengulasan Perdana Sutra Vimalakirti
Teks Sutra:
Bagian 1: Varga Buddhaksetra
"Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang berdiam di taman Amra di Vaisali bersama sejumlah Delapan Ribu Mahabiksu. Bersama mereka terdapat Tiga Puluh Dua Ribu Bodhisatwa, beserta segenap Kalyanamitra."
Dharmaraja melempar pertanyaan, apakah Mahabiksu berkesan tidak punya perasaan? Karena mereka sangat teguh dalam meninggalkan keduniawian, tidak berhasrat untuk menetap di dunia saha. Tekad mereka untuk moksa sangat besar, tekun dalam kesucian, menjaga sila, melampaui semua klesa dunia fana dan menyapu bersih rintangan Mara, inilah Mahabiksu. Pada masa Sang Buddha, ada banyak Mahabiksu yang telah mencapai keberhasilan. Sebab banyak siswa Buddha yang mencapai keberhasilan Arhat, tapi tetap tampil untuk menyeberangkan semua makhluk. Terhadap keturunan, bagi mereka setiap insan bertanggung jawab atas karma masing-masing, sehingga mereka pergi ke pedalaman gunung dan hutan untuk meninggalkan keduniawian, mencapai moksa.
Dharmaraja Liansheng melanjutkan dengan pengulasan mengenai Bodhisatwa. Bodhisatwa berbeda dengan Mahabiksu, dalam bahasa Mandarin, Bodhisatwa adalah Pusa, makna dari Bodhisatwa adalah Menyadarkan Semua Makhluk, maksudnya adalah tidak hanya diri sendiri yang mencapai pencerahan, tapi juga berharap dan berupaya membantu semua makhluk untuk bersama mencapai pencerahan, mencerahi diri dan semua, inilah Bodhisatwa.
Arhat Mahabiksu yang memiliki tekad besar untuk meninggalkan keduniawian, yang juga memiliki tekad untuk menyeberangkan semua makhluk, juga merupakan Bodhisatwa. Bodhisatwa lebih banyak yang terjun dalam urusan dunia, seperti Padmakumara yang hari ini duduk Berdharmadesana di atas Dharmasana, Kumara adalah Mahasattva, sama seperti Mahasattva Vimalakirti, semua Menyadarkan Semua Makhluk. Oleh karena itu, Mahasattva Vimalakirti juga datang ke dunia saha, merupakan Mahabodhisatwa yang membimbing semua makhluk. Di Buddhaksetra, Beliau adalah Tathagata Gandum Emas. "Bersama mereka terdapat Tiga Puluh Dua Ribu Bodhisatwa, beserta segenap Kalyanamitra." Bodhisatwa yang hadir berjumlah tiga puluh dua ribu, segenap Kalyanamitra berarti semua Kalyanamitra datang di sini, kelak juga akan dibahas siapa lagi yang hadir di sini.
Dharmaraja Liansheng membabarkan empat metode yang digunakan Bodhisatwa untuk membimbing semua makhluk, antara lain: ucapan menyenangkan, perbuatan yang bermanfaat, derma, dan kerja sama. Dharmaraja Liansheng melemparkan pertanyaan kepada umat di lokasi, apakah ada yang menghafal Varga Samantamukha yang menyebutkan berbagai wujud yang digunakan oleh Bodhisatwa Avalokitesvara untuk menyesuaikan dengan makhluk yang akan dibimbing. Di lokasi ada umat yang berusaha sekuat tenaga untuk menghafal bagian Sutra tersebut, sehingga berhasil mendapatkan gelang japamala dari Dharmaraja Liansheng. Dharmaraja Liansheng mengupas makna dari bagian Sutra tersebut, yang merupakan metode kerja sama yang digunakan Bodhisatwa untuk membimbing semua makhluk. Dharmaraja memberikan contoh lain, setelah perang dunia kedua, agama Kristen mulai mewartakan Injil di Taiwan, semua orang yang bersedia bergabung akan diberi hadiah tepung, ini adalah metode derma. Sedangkan metode perbuatan bermanfaat adalah memberikan manfaat sesuai kebutuhan insan, supaya mereka bersedia ikut belajar kepada kita.
Mengenai metode kerja sama, demi membimbing Vinayaka yang belum menjadi Dewa Kebajikan, Bodhisatwa Avalokitesvara sendiri menjelma menjadi Vinayaki, yang memikat Vinayaka dan membuatnya tergila-gila, kemudian Bodhisatwa Avalokitesvara memberitahu Vinayaka, jika ingin bersama, maka mesti berjanji melakukan dua hal: 1. Berhenti memangsa insan; 2. Mendukung dan melindungi Buddhadharma. Mendengarnya, Vinayaka langsung menyanggupi, akhirnya mereka menjadi suami istri, sehingga Vinayaka menjadi Dewa Kebajikan yang melindungi Buddhadharma, yaitu Jambhala Merah. Selain itu, Bodhisatwa Manjusri pernah memasuki Yamaraja dan menjadi Vajra Yamantaka, dengan rupa Yamantaka menaklukkan Yamaraja yang lain, ini tergolong metode kerja sama.
Dharmaraja menjelaskan makna metode ucapan menyenangkan, yaitu sopan memperlakukan orang lain, berbicara dengan santun demi membimbing insan. Dharmaraja juga mengingatkan supaya segenap Biksu dan Biksuni menggunakan metode ucapan yang menyenangkan ketika melayani umat, di kala umat membutuhkan, maka mesti gunakan perangai yang baik untuk memberikan bimbingan.
Usai Dharmadesana yang istimewa, Dharmaraja berpamitan dengan siswa yang berpartisipasi melalui Zoom. Kemudian, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Bodhisatwa Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra kepada segenap umat yang hadir di lokasi. Upacara Homa hari itu telah usai dengan sempurna.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaAvalokitesvaraSahasrabhujaSahasranetra
Yidam Homa minggu depan adalah #VajraVyaghravaktra
#SutraVimalakirti
Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://ch.tbsn.org/news/detail/1595/2022%E5%B9%B45%E6%9C%8829%E6%97%A5%E5%BD%A9%E8%99%B9%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E5%8D%83%E6%89%8B%E5%8D%83%E7%9C%BC%E8%A7%80%E4%B8%96%E9%9F%B3%E8%8F%A9%E8%96%A9%E8%AD%B7%E6%91%A9%E6%B3%95%E6%9C%83.html
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV