10 Maret 2024 Upacara Agung Homa Bhagavati Prajnaparamita di Rainbow Temple
Dewi Menaburkan Bunga Membabarkan Dharma Luhur
Hati Suci Pembebasan Sarwadharma
Liputan TBSN Lianhua Yuanxing (願行)
Pada tanggal 10 Maret 2024, bertempat di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Homa Bhagavati Prajnaparamita (Boyefomu/般若佛母). Setelah Homa dimulai, semua tenggelam dalam lantunan suara mantra yang merdu, bervisualisasi manunggal dengan Istadewata Homa Bhagavati Prajnaparamita dan Api Homa, merasakan kedamaian tiada tara.
Dharmaraja Liansheng Berdharmadesana, terlebih dahulu mengumumkan bahwa minggu depan adalah Upacara Homa Padmakumara (Lianhuatongzi/蓮花童子). Mengenai Istadewata hari ini, Bhagavati Prajnaparamita, Dharmaraja membabarkan: Mantra di akhir Sutra Hati (Xinjing/心經): “Jiē dì jiē dì. Bō luó jiē dì. Bō luó sēng jiē dì. Pútí. Suoha.” Adalah Mantra Hati Bhagavati Prajnaparamita.
Dahulu, Buddha Sakyamuni membabarkan Sutra Mahaprajnaparamita (Daboyejing/大般若經), diringkas menjadi Sutra Vajra (Jin’gang jing/金剛經), diringkas lagi menjadi Sutra Hati. Ini merupakan kali kedua Buddha Sakyamuni memutar Dharmacakra, yaitu Pintu Dharma Prajna. Buddha Sakyamuni melakukan tiga kali pemutaran Dharmacakra: yang pertama adalah Sunya Avatamsaka. Yang kedua adalah Sunyata Prajna. Yang ketiga adalah Sunyata Pembeda Vijnaptimatra. Bhagavati Prajnaparamita adalah pemimpin utama dari segenap Bhagavati, merupakan Bhagavati tertinggi. Bagian dalam mantra: “Jiē dì jiē dì” berarti suci, semuanya suci, dengan kebijaksanaan ini baru bisa mencapai pantai seberang.
Pratima Bhagavati Prajnaparamita, kepala mengenakan mahkota dewi, mengenakan jubah surgawi berlapis, telinga mengenakan anting, tangan mengenakan gelang, tampak penuh keagungan. Kedua tangan utama membentuk mudra dhyana Amitabha, tangan kanan atas memegang vajra emas bersula sembilan, tangan kiri atas memegang Sutra Prajna.
◎ Sesi Interaksi Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa mohon Mulacarya Dharmaraja Liansheng menjapa Mantra Pendek Surangama Dharani, serta mohon petunjuknya apakah boleh menjapa mantra pendek tersebut.
Dharmaraja mengungkapkan, mantra hati, mantra pendek, dan mantra panjang, pahalanya sama saja. Dharmaraja berwelas asih menjapakan mantra pendek (Mantra Hati Surangama Dharani):
“Om. Ā ná liě. Ā ná liě. Wéi xià dá. Wéi xià dá. Pán dá. Pán dá. Pán dá nǐ. Pán dá nǐ. Huái lǎ. Fá jí lǎ. Bā ní. Pà dōu. Hōm. Bó lǔ mǔ. Pà dōu. Suōhā.”
Menjapa mantra ini visualisasikan aksara Sanskerta “Bhrum” berwarna emas, berada di puncak kepala, memancarkan cahaya menerangi semua makhluk. “Bhrum” adalah bija aksara dari usnisa Buddha Tathagata Mahavairocana.
◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 7, Varga Mengamati Semua Makhluk
Hari itu kita mengulas kisah Dewi Menaburkan Bunga yang sangat termasyhur. Dharmaraja Liansheng mengupas: Ada Dewi Penabur Bunga yang menyembunyikan wujudnya, dan senantiasa menyertai Arya Vimalakirti, Beliau menampakkan diri saat melihat para Arya berbincang Dharma, kemudian menaburkan bunga kepada Buddha, para Bodhisatwa, dan para siswa utama. Bunga yang jatuh ke tubuh Bodhisatwa akan jatuh ke bawah, tetapi bunga itu menempel pada tubuh para siswa utama, sekalipun mereka telah menggunakan daya abhijna, tetap saja tidak dapat melepaskan bunga yang menempel.
Dewi Penabur Bunga bertanya kepada Arya Sariputra, mengapa ingin mengambil bunga tersebut? Arya Sariputra mengatakan, menurut aturan Buddha, bunga tidak sesuai kaidah Dharma, oleh karena itu Beliau ingin membuangnya dari tubuh.
Dewi Penabur Bunga mengatakan, bunga tidak punya pikiran diskriminasi, para siswa utama lah yang punya konsep diskriminasi. Perumah tangga, atau biksu dan biksuni, tiada berbeda, mereka yang memiliki pikiran diskriminasi justru tidak sesuai Dharma, terhadap apa pun tiada diskriminasi, inilah Buddhadharma yang sejati. Yang masih punya diskriminasi berarti tidak sesuai Dharma, tiada diskriminasi barulah sesuai Dharma.
Bunga tidak ada yang menempel pada tubuh para Bodhisatwa, sebab Bodhisatwa telah memutus semua pikiran diskriminasi. Sama halnya dengan jika seseorang takut terhadap hantu, maka hantu justru akan mengerjai Anda, jika Anda tidak takut terhadap hantu, mereka tidak akan mengerjai Anda. Jika Anda takut lahir dan mati, maka lahir dan mati justru akan mendapatkan Anda. Jika Anda telah meninggalkan lima jenis hawa nafsu kehidupan, rupa, suara, wewangian, cita rasa, dan sentuhan, ia tidak melakukan apa pun terhadap Anda, lima hasrat tidak akan bisa mencelakai Anda. Oleh karena itu, jika tidak ada tabiat semacam ini, tidak ada diskriminasi, maka bunga surgawi itu tidak akan menempel pada tubuh Anda.
Arya Sariputra bertanya kepada Sang Dewi, sudah berapa lama di sini, Dewi menjawab: “Berapa lama Anda vimoksa, maka selama itu pula saya di sini.” Dewi itu bertanya kepada Arya Sariputra, untuk menguji apakah benar punya kebijaksanaan agung. Arya Sariputra menjawab, “Saya orang yang vimoksa, tidak ingin terlalu banyak bicara.” Semua ucapan dan tulisan Sang Dewi adalah atribut vimoksa, tidak di dalam, tidak pula di luar, pun tidak di tengah, tulisan pun juga sama, tidak di dalam, tidak di luar, pun tidak di tengah. Tanpa meninggalkan tulisan, bisa mengupas vimoksa, sarwadharma adalah atribut vimoksa.
Arya Sariputra mengatakan: “Anda mengatakan bahwa sarwadharma adalah atribut vimoksa, apakah berahi, kemarahan, dan kebodohan juga vimoksa?” Menurut Arya Sariputra, mesti meninggalkan berahi, kemarahan, dan kebodohan, barulah atribut vimoksa. Sang Dewi menjawab: “Orang yang menyatakan bahwa atribut vimoksa berarti meninggalkan berahi, kemarahan, dan kebodohan, adalah orang yang sombong, menyangka diri sendiri telah vimoksa, sudah meninggalkan loba, dvesha, dan moha, merasa lebih tinggi dari insan awam, ini adalah kesombongan. Loba, dvesha, moha, berahi, kemarahan, dan kebodohan, adalah vimoksa.” Dharmaraja menekankan, loba, dvesha, dan moha adalah Buddhadharma. Berahi, kemarahan, dan kebodohan juga adalah Buddhadharma.
Arya Sariputra bertanya kepada Sang Dewi, sebenarnya apa yang diperoleh, mengapa perlu melakukan debat pembuktian ini. Sang Dewi menjawab, diri ini tiada memperoleh dan tiada membuktikan, sehingga bisa berdebat, “Jika Saya memperoleh sesuatu, mencapai sesuatu, maka dalam Buddhadharma saya tergolong sangat sombong.” Arya Sariputra bertanya kepada Sang Dewi, terhadap Dharma Tiga Yana dalam Buddhadharma sesungguhnya ingin memperoleh Dharma apa, Dewi Penabur Bunga menjawab: “Jika menggunakan Dharma Sravaka untuk membimbing para insan, maka Aku adalah Sravaka, aku adalah Arahat. Jika dengan Dharma Arahat membimbing para insan, maka Aku adalah Arahat. Menggunakan Dharma 12 pratityasamutpada untuk membimbing para insan, maka Aku adalah Pratyekabuddha. Dengan Dharma mahakaruna menyeberangkan semua makhluk, maka Aku adalah Dharma Mahayana.” Dan lagi, saat manusia masuk ke pasar ikan, akan tercium bau amis, jika masuk ke kediaman Arya Vimalakirti, akan ada wangi kebajikan Buddha, menyukai wangi kebajikan Buddha, sehingga tidak akan menyukai wanginya kebajikan Sravaka dan Pratyekabuddha.
Dharmaraja Liansheng mengatakan: “Kita membahas berahi, kemarahan, dan kebodohan, semua adalah Buddhadharma. Sesungguhnya, dalam Sutra Surangama disebutkan, dalam beberapa sutra yang lain juga disebutkan: Terlebih dahulu menggunakan nafsu keinginan untuk memancing, baru kemudian dibimbing memasuki jalan Kebuddhaan. Nafsu keinginan manusia pada dasarnya sangat sukar untuk diputus. Namun, menggunakan nafsu keinginan manusia untuk berbhavana, akan sangat mudah, oleh karena itu, nafsu keinginan juga merupakan Buddhadharma. Dahulu, profesor Zhang Chengji (張澄基), siswa dari Mahaguru, menjadi profesor di Connecticut, ia menulis “Apa itu Buddhadharma”. Saat itu saya sowan kepada seorang bijak, ia memberitahu saya: “Anda undang Zheng Chengji untuk datang, saya berdebat dengannya ‘Apa itu Buddhadharma?’ ini membahas ‘Sutra Vimalakirti’. Anda bukan berbhavana karena tamak akan berahi, melainkan berbhavana demi Buddhadharma, perbedaan ini pun muncul. Loba, dvesha, dan moha juga Buddhadharma. Berahi, kemarahan, dan kebodohan juga Buddhadharma, di sini lah landasannya. Yang satu adalah Buddhadharma, yang satu adalah keduniawian, perbedaanya ada pada Anda menekuni Buddhadharma, atau Anda sedang melakukan hal duniawi, hanya demikian perbedaanya, sesungguhnya semua adalah Buddhadharma.”
Di akhir, Dharmaraja menekankan: “Dengan hati yang suci, melakukan segala aktivitas duniawi, maka semua aktivitas dunia adalah Buddhadharma. Semula sangat duniawi, tetapi keduniawian adalah sifat kita umat manusia di dunia. Anda gunakan dharma dunia, ditransformasikan menjadi Buddhadharma, maka ia adalah Buddhadharma. Namun, jika Anda melakukan hal duniawi, tidak mengubahnya menjadi Buddhadharma, maka ia akan tetap duniawi, demikian adanya.”
Hari itu, hujan turun sangat deras, seolah memberikan tepuk tangan meriah bagi Dharmadesana hari ini! Setelah Dharmaraja Liansheng memandu semua untuk bernamaskara kepada Buddha dan Bodhisatwa mandala, menuju ke depan layar Zoom untuk berinteraksi dengan segenap siswa yang berpartisipasi secara daring. Di akhir, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Bhagavati Prajnaparamita kepada segenap siswa yang hadir secara langsung, semua dengan hati penuh rasa terima kasih bersembah puja kepada Dharmaraja Liansheng, upacara homa hari ini pun usai dengan sempurna.
----------------------------
Teks Sutra
Bagian 7, Varga Mengamati Semua Makhluk
Saat itu, di rumah Arya Vimalakirti ada sesosok Dewi, melihat para Dewata mendengarkan Dharma yang dibabarkan, Ia menampakkan diri, menggunakan bunga surgawi, ditaburkan di atas para Bodhisatwa dan siswa utama.
Begitu bunga mengenai para Bodhisatwa, langsung jatuh ke bawah. Namun, saat bunga mengenai tubuh siswa utama, bunga tetap menempel pada tubuh. Semua siswa mengerahkan daya gaib untuk menyingkirkan bunga yang menempel, tetapi gagal.
Saat itu, Sang Dewi bertanya kepada Arya Sariputra: “Mengapa berusaha menyingkirkan bunga itu?” Arya Sariputra menjawab: “Bunga ini tidak sesuai Dharma, oleh karena itu perlu disingkirkan.” Sang Dewi menimpali: “Jangan menyebut bunga ini sebagai tidak sesuai aturan Dharma, mengapa? Bunga ini tiada diskriminasi, Anda Sang Bijak lah yang membangkitkan konsep diskriminasi! Jika meninggalkan keduniawian dengan Buddhadharma, tetapi tetap ada diskriminasi, justru inilah tidak sesuai dengan Dharma. JIka tiada diskriminasi, maka sesuai Dharma. Lihatlah bunga tidak menempel pada para Bodhisatwa, sebab semua telah memutus konsep diskriminasi. Laksana ketika seseorang merasa takut, maka makhluk bukan manusia justru berpeluang mengganggu. Karena para siswa gentar akan kelahiran dan kematian, justru terpengaruh oleh rupa, suara, bebauan, cita rasa, dan sentuhan. Bagi yang telah meninggalkan rasa gentar, kelima hasrat tidak akan berpengaruh. Selama tabiat belum habis, bunga akan tetap menempel pada tubuh! Jika tabiat telah usai, maka bunga tidak akan menempel.”
Arya Sariputra mengatakan: “Sudah berapa lama Dewi berada di rumah ini?” Sang Dewi menjawab: “Saya berdiam di rumah ini, selama tetua telah lama vimoksa.” Arya Sariputra mengatakan: “Apakah Anda sudah sangat lama di rumah ini?” Sang Dewi menjawab: “Apakah vimoksa tetua sudah sangat lama?” Arya Sariputra terdiam tak menjawab.
Sang Dewi: “Wahai tetua, Engkau memiliki kebijaksanaan agung, mengapa terdiam?” Arya Sariputra menjawab: “Karena vimoksa tak terperikan, oleh karena itu Aku tidak tahu apa yang harus dikatakan.”
Sang Dewi: “Kata-kata yang diucap, semua memiliki atirbut vimoksa, mengapa demikian? Vimoksa, tidak di dalam, tidak di luar, tidak di antara keduanya, demikian pula dengan kata-kata, tidak di dalam, tidak di luar, tidak di antara keduanya, oleh karena itu Sariputra, babarkan vimoksa tanpa meninggalkan kata-kata, mengapa demikian? Sarwa Dharma memiliki atribut vimoksa.”
Arya Sariputra menjawab: “Bukankah vimoksa berarti meninggalkan berahi, kemarahan, dan kebodohan?” Sang Dewi menjawab: “Demi orang yang sangat angkuh, Buddha membabarkan vimoksa meninggalkan berahi, kemarahan, dan kebodohan; Bagi yang tidak memiliki keangkuhan, Buddha membabarkan sifat berahi, kemarahan, dan kebodohan adalah vimoksa.”
Arya Sariputra menjawab: “Sadhu! Sadhu! Bagaimana Sang Dewi memperoleh? Apa yang direalisasi? Sehingga memiliki kefasihan sedemikian rupa.” Sang Dewi: “Aku, tiada yang diperoleh, tiada yang direalisasi, sehingga kefasihan demikian, mengapa? Selama ada yang diperoleh dan ada yang direalisasi, berarti Buddhadharma hanya menambah rasa angkuh.”
Arya Sariputra bertanya kepada Sang Dewi: “Dalam ketiga yana, apa yang Anda upayakan?” Sang Dewi menjawab: “Demi membimbing insan dengan Dharma Sravaka, maka Aku adalah Sravaka; Demi membimbing insan dengan Dharma hetu-pratyaya, Aku adalah Pratyekabuddha; Demi menyeberangkan insan dengan mahakaruna, Aku adalah Mahayana. Arya Sariputra! Jika Anda memasuki hutan cempaka, maka hanya mencium wangi cempaka, tidak mencium bau lain. Demikian pula, jika memasuki ruangan ini, hanya mencium wangi kebajikan Buddha, tidak menyukai wangi kebajikan Sravaka atau Pratyekabuddha.”
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BhagavatiPrajnaparamita
Upacara minggu depan #Padmakumara
#SutraVimalakirti