24 Maret 2024 Upacara Agung Homa Vajra Mahabala di Rainbow Temple
Liputan TBSN Lianhua Lihua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 24 Maret 2024, bertempat di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Homa Vajra Mahabala (Dali Jin'gang/大力金剛), serta melanjutkan pengulasan Sutra Vimalakirti. Usai Homa, Dharmaraja memberitahukan bahwa Sabtu depan adalah Upacara Homa Bodhisatwa Ksitigarbha (Dizangwang Pusa/地藏王菩薩), meperingati festival Cengbeng. Mengenai Istadewata hari ini, Dharmaraja mengungkapkan bahwa dalam surga kamadhatu ada Surga Narayana, di sana ada Dewa Mahabala, tetapi Vajra Mahabala berbeda. Vajra Mahabala memegang vyajanacamara, merepresentasikan Mahadewi Yaochi; Satu tangan memegang danda, merepresentasikan Padmakumara; Beliau juga merupakan salah satu dari enam abdi Bodhisatwa Ksitigarbha, Mahabala Duta. Pada puncak kepala adalah Buddha Amitabha.
Dharmaraja mengisahkan pengalaman nyata cucu perempuan Beliau: Saat ia berkunjung ke rumah Dharmaraja, ia menjamah jari kaki Vajra Mahabala, dan menirukan permainan toya vajra Dharmaraja, serta membentuk mudra, sungguh menghibur.
Tadi malam, Dharmaraja mengupas perihal jalan tengah, seorang siswa mestinya tidak terlampau dekat dan tidak terlampau jauh dengan Guru. Dalam Tantra Tibet, Guru ibarat api, terlampau dekat bisa terbakar; Terlampau jauh, tidak mendapatkan cahayanya. Dalam belajar Tantra, mesti menjaga jarak tidak jauh pun tidak terlalu dekat. Pada zaman dahulu, terlampau dengan dengan Guru menyebabkan dari kemudahan menjadi menggampangkan, ini melambangkan terbakar oleh api. Di masa kini ada siaran langsung internet, semua mesti meluangkan waktu untuk melihat, supaya silsilah tidak terputus. Ada sebuah rekaman saat Dharmaraja Liansheng menganugerahkan adhisthana dengan menggunakan Mantra Liudingliujia dan Mantra Navaksara, daya adhisthana tersebut tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, banyak orang yang memutar ulang benar-benar memperoleh adhisthana dan mengalami mukjizat.
◎ Sesi Interaksi Anda Bertanya Saya Menjawab
Pertanyaan siswa dari Malaysia:
Segalanya adalah sunya, empat elemen utama adalah sunya, dan hati pun menampakkan sunyata, semua klesa dan semua penderitaan bertransformasi menjadi sunyata, hati dan Istadewata manunggal, dalam samadhi muncul sifat mula sukacita, yaitu priti-sukha, benarkah demikian?
Dharmaraja Liansheng menjawab, persoalan tersebut ada disebutkan dalam Sutra Vimalakirti. Saat melimpahkan jasa, Dharmaraja mengucapkan tiga vimoksa, termasuk di antaranya vimoksa sunya, vimoksa alaksana, dan vimoksa akrta. Dharmaraja mencontohkan kasus uang yang dicuri, setelah kejadian, dilakukan penyelidikan siapa yang mencurinya, melapor ke polisi untuk ditangani, semua ini adalah kerisauan batin. Pada saat itu, apabila dapat mentransformasikan pikiran, uang itu baik dipergunakan oleh diri sendiri maupun oleh insan lain, tiada berbeda. Yesus juga mengatakan: “Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Diri sendiri adalah semua makhluk, setara satu hakikat, segalanya adalah sunya.
Dharmaraja juga mengungkapkan bahwa dua rumah pribadi di Seattle, semua didermakan kepada yayasan, meskipun Rainbow Vila juga dibangun oleh Dharmaraja Liansheng, tetapi kini telah didermakan seluruhnya menjadi Rainbow Temple. Dharmaraja menekankan, di dunia ini tidak ada satu benda pun yang menjadi milik diri sendiri, empat elemen utama adalah sunya. Saat tiada lagi klesa dan kemelekatan, baru bisa manunggal dengan Istadewata. Manunggal tentu saja menghasilkan priti-sukha, diri sendiri mesti mencerahi ini semua, kelak akan dibahas dalam pengulasan Sutra Vimalakirti.
◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 7, Varga Mengamati Semua Makhluk
Arya Sariputra bertanya kepada Sang Dewi: “Apakah Anda telah lama memperoleh Anuttarasamyaksambodhi?” Sang Dewi menjawab: “Jika Sariputra kembali menjadi awam, maka Aku akan mencapai keberhasilan Anuttarasamyaksambodhi.” Arya Sariputra menimpali: “Saya mustahil menjadi awam lagi.” Sang Dewi melanjutkan: “Aku memperoleh Anuttarasamyaksambodhi, juga tidak ada hal demikian. Mengapa? Bodhi tidak menetap di mana pun, oleh karena itu tidak ada yang diperoleh.” Arya Sariputra mengatakan: “Kini sarwa Buddha memperoleh Anuttarasamyaksambodhi, telah memperoleh dan akan memperoleh, jumlahnya laksana butiran pasir Sungai Gangga, bagaimanakah hal ini?” Sang Dewi menjawab: “Semua angka tersebut adalah tulisan duniawi, dikatakan ada tiga kehidupan, padahal Bodhi tiada lampau, kini, dan mendatang.” Sang Dewi melanjutkan: “Sariputra! Apakah Anda memperoleh kesucian Arahat?” Sariputra menjawab: “Memperolehnya karena tiada suatu yang diperoleh.” Sang Dewi menjawab: “Sarwa Buddha dan Bodhisatwa juga demikian, memperolehnya karena tiada suatu yang diperoleh.”
Sang Dewi mengatakan, jika Sariputra menjadi awam, diri sendiri memperoleh Anuttarasamyaksambodhi. Arya Sariputra mengatakan bahwa diri-Nya adalah Arahat, tidak mungkin kembali menjadi awam. Sang Dewi menjawab, jika demikian, diri sendiri juga sama sekali tidak akan memperoleh Anuttarasamyaksambodhi. Mengapa demikian? Anuttarasamyaksambodhi diciptakan oleh awam, sama sekali tiada Anuttarasamyaksambodhi, juga tidak ada insan yang memperoleh Anuttarasamyaksambodhi.
Arya Sariputra menyanggahnya, sarwa Buddha memperoleh Anuttarasamyaksambodhi, sehingga menjadi Buddha, bahkan jumlahnya laksana butiran pasir Sungai Gangga.
Sang Dewi menjawab, semua tulisan duniawi memperdaya, contohnya adalah trikala, padahal sama sekali tiada kehidupan lampau, kehidupan kini, dan kehidupan mendatang. Jika ada Anuttarasamyaksambodhi, berarti ada datang dan pergi. Tiada datang dan tiada pergi, inilah Tathagata. Sang Dewi balik bertanya kepada Sariputra, bagaimana memperoleh kesucian Arahat, Sariputra menjawab: “Tiada suatu yang diperoleh.”. Sang Dewi lanjut menyatakan, demikian pula dengan Buddha dan Bodhisatwa, mencapai Bodhi karena tiada suatu yang diperoleh.
Dharmaraja Liansheng lanjut menjelaskan: Buddha tiada datang dan pergi, juga dicapai karena tiada suatu yang diperoleh. Sama seperti yang disebutkan dalam Sutra Vajra: “Batin lampau tidak bisa diperoleh, batin kini tidak bisa diperoleh, batin mendatang tidak bisa diperoleh.” Yang lampau telah berlalu, kini telah menjadi lampau, dan mendatang juga sedang menjadi kini, tiga masa satu hakikat. Sekalipun segala sesuatu yang kini dimiliki, semua akan menjadi tiada. Mencerahi tidak memperoleh suatu apa pun, maka terbebas dari klesa. Karena tidak memperoleh apa pun, yang tersisa semua didermakan kepada semua makhluk: derma harta, derma Dharma, dan derma abhaya.
Di akhir, Dharmaraja menekankan: Karena tiada suatu yang diperoleh, barulah Anuttarasamyaksambodhi. Buddhata tidak membawa karma, ini sangat penting, manusia hidup adalah demi membayar karma, bertobat atas karmavarana lampau, merealisasi tiada suatu yang diperoleh, dengan sendirinya tidak akan berbuat karma buruk. Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng menyapa segenap siswa yang berpartisipasi melalui zoom, kemudian menganugerahkan Abhiseka Sadhana Vajra Mahabala kepada segenap siswa yang hadir secara langsung. Upacara pun usai dengan sempurna.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#VajraMahabala
Upacara minggu depan #BodhisatwaKsitigarbha
#SutraVimalakirti