25 Mei 2025 Upacara Homa Avatara Mahadewi Yaochi di Rainbow Temple
Liputan Lianhua Yun Shen (蓮花云紳)
Pada tanggal 25 Mei 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Avatara Mahadewi Yaochi. Terlebih dahulu, Dharmaraja memberitahukan bahwa minggu depan, adalah Upacara Homa Mahottara Heruka (Dahuanhuawang Jin’gang/大幻化網金剛), yang merupakan Dharmapala teragung dalam Nyingmapa. Salah satu di antara banyak mukjizat yang pernah terjadi adalah, ketika Dharmaraja Lian Sheng memimpin Upacara Mahottara Heruka di Taipei, Beliau menyembuhkan sangat banyak orang yang sakit, menghasilkan banyak mukjizat penyembuhan.
Dharmaraja Lian Sheng memperkenalkan Istadewata Homa hari ini: Avatara Mahadewi Yaochi (Bianshen Jin’mu/變身金母): Dalam ajaran Tao dikenal Wulao, antara lain: Huang Lao di tengah yang berelemen tanah, Shui De di utara yang berelemen air, Huo De di selatan yang berelemen api, Donghua Dijun di timur yang berelemen kayu, dan Mahadewi Yaochi di barat yang berelemen logam. Avatara Mahadewi Yaochi sama seperti Bodhisatwa Avalokitesvara, yang berlengan dan bermata seribu, memiliki perwujudan yang tak terhingga banyaknya: Di tengah adalah Mahadewi Yaochi berwarna kuning (paustika), di timur adalah Mahadewi Yaochi berwarna biru (penyembuhan dan penaklukkan), di barat adalah Mahadewi Yaochi berwarna emas (sesuai harapan), di utara adalah Mahadewi Yaochi berwarna hitam (abhicaruka), di selatan adalah Mahadewi Yaochi berwarna merah (vasikarana).
Cahaya terang yang dipancarkan oleh Avatara Mahadewi Yaochi, cahaya emas merepresentasikan sesuai harapan, cahaya hijau berarti menaklukkan kejahatan, cahaya warna air berarti menghancurkan nasib buruk, cahaya warna api berarti vasikarana dan memikat, cahaya warna tanah berarti rezeki dan peruntungan yang baik, cahaya warna merah berarti memikat para dermawan, cahaya warna kuning berarti rezeki, warna emas berarti menang undian, warna biru kehitaman berarti menaklukkan musuh, inilah Maha Sadhana Avatara Mahadewi Yaochi. Mudranya adalah teratai setengah mekar, mantranya adalah: “Om. Biezha. Jinmu. Muladi. Suoha.”
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, seumur hidup ini ikut Mahadewi Yaochi, hingga kini sudah lebih dari 50 tahun, Mahadewi Yaochi lah yang membimbing hidup Beliau. Hidup ini juga terus berubah, bermula dari Taiwan, tinggal di sebuah bangunan ilegal di atas selokan, setelah bertahun-tahun, sekarang menetap di Arama Nanshan. Dari tidak ada menjadi ada, dan kelak, dari ada menjadi tiada. Dharmaraja mengatakan: “Orang yang berbhavana tahu, bahwa segala sesuatu tiada yang diperoleh. Dalam Sutra Hati dikatakan sangat jelas, ‘Berlandaskan pada tiada suatu yang diperoleh, Bodhisatwa.’ Dalam Sutra Vajra dikatakan, ‘Membangkitkan batin tersebut melalui tidak menetap pada suatu apa pun.’ Di dunia saha ini, Anda tidak bisa memperoleh sesuatu apa pun, apa yang dapat kita peroleh, adalah mencerahi batin dan menyaksikan Buddhata, hanya tersisa sebuah Batin Sejati Terang nan Luhur.”
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Ada siswa dari Taiwan yang bertanya:
Semenjak berlatih Pernapasan Ratnakalasa, saat masuk samadhi dalam sadhana, berlatih dhyana samadhi menggunakan tujuh postur Vairocana (tidak bersila penuh), merasakan Dharmasukha, tubuh sunya, ditambah dengan fokus pada visualisasi memasuki aku, menjadi tubuh dan batin tiada, dan pada saat pujabakti, setelah dalam hati memohon Istadewata masuk nadi tengah, fokus dalam sekejap mengabhiseka memasuki diri.
1. Mohon petunjuk Mahaguru Lu, jika nadi tengah (tulang belakang) tegak lurus, apakah baru bisa dengan lancar mengundang Istadewata untuk manunggal?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab: Anda sudah bisa manunggal dalam tahap memasuki aku, tapi Anda masih bertanya apakah tulang belakang harus lurus? Ini kontradiksi. Tiap kali kita bermeditasi, tubuh tidak boleh membengkok, mesti tegak lurus, kemudian mengundang Istadewata memasuki tubuh, ini sudah pasti harus. Memasuki aku dan aku memasuki, semua mesti demikian, ini menghasilkan kewibawaa Buddha.”
2. Prana menetap di tengah, yang diperoleh melalui latihan Pernapasan Ratnakalasa, apakah bisa langsung membantu keberhasilan dhyana samadhi?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Tentu saja! Berlatih Pernapasan Ratnakalasa, saat menahan napas, ini disebut mempertahankan prana. Saat prana gerak, batin pun gerak, saat prana tidak gerak, batin pun tidak gerak. Pada saat bernapas dengan halus, prana itu akan halus, pelan, dan panjang, sehingga dapat memasuki samadhi, ini merupakan metode dhyana samadhi dengan cara menghitung pernapasan. Jika napas kasar, pendek, dan cepat, maka akan susah untuk masuk samadhi. Prana gerak, maka batin pun gerak, prana tidak gerak, batin pun tidak goyah, ini adalah kiat bhavana. Mesti memikirkan prana ini, terus hingga dantian, dantian bawah, dantian tengah, dan bukan hanya sampai di tenggorokan atau paru-paru.”
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 2
Melanjutkan pengulasan Sutra Surangama kemarin, Buddha Sakyamuni membabarkan Batin Sejati Terang nan Luhur kepada Raja Prasenajit melalui perumpamaan Sungai Gangga.
Teks Sutra:
Ananda bangkit dari tempat duduk, bernamaskara kepada Buddha, kemudian beranjali, bersujud dan berkata kepada Sang Buddha: “Begawan, jika kesadaran visual dan kesadaran pendengaran, tidak menjelma dan tidak binasa, mengapa Begawan, menyebut bahwa saya dan kami semua, telah meninggalkan sifat sejati, sehingga tindakan kami berdasarkan delusi. Mohon berwelas asih, membasuh bersih debu ketidaktahuan kami.”
Saat itu, Tathagata mengulurkan lengan keemasan, dengan jemari cakra menunjuk ke bawah, dan memberitahu Ananda: “Kini engkau menyaksikan tangan-Ku yang membentuk mudra. Apakah ini terbalik, atau tegak lurus?”
Ananda mengatakan: “Insan di dunia, akan menganggapnya terbalik. Sedangkan saya sendiri, tidak tahu apa itu tegak lurus dan apa itu terbalik?”
Buddha memberitahu Ananda: “Jika insan di dunia, menganggapnya terbalik, jadi apa yang dianggap sebagai tegak lurus oleh insan?”
Ananda menjawab: “Mereka akan menyebutkan tegak lurus, jika Tathagata mengangkat lengan, sehingga tangan yang selembut kapuk, menunjuk ke angkasa.”
Kemudian, Buddha mengangkat lengan, dan memberitahu Ananda: “Insan awam terdelusi, jika mereka menganggap bahwa membalikkan ke arah mana lengan saya menunjuk, berarti posisi lengan saya telah berubah. Demikian pula, jika kita membandingkan tubuh Anda, dengan Dharmakaya suci sarwa Tathagata, kita memahami bahwa Dharmakaya dari Tathagata disebut Samyaksambodhi. Sedangkan tubuh Anda insan awam, disebut terbalik. Amatilah dengan saksama, perbandingan tubuh Buddha dengan tubuh Anda, yang disebut terbalik, di mana sesungguhnya, dapat ditemukan karakteristik terbalik?”
Saat itu, Ananda dan segenap hadirin, terpaku menatap Buddha. Mereka tidak mengetahui, di antara tubuh dan batin, di mana karakteristik keterbalikan tersebut berada. Buddha berwelas asih, mengasihi Ananda dan segenap hadirin, mengumandangkan suara debur ombak samudra, dan membabarkan kepada persamuhan: “Wahai segenap putra berbudi! Aku sering menyatakan: ‘Segala sesuatu yang berkondisi, semua fenomena dengan wujud fisik, dan fenomena batin, serta kondisi dari mana semua itu bangkit, semata merupakan manifestasi dari Esensi Sejati Batin Luhur nan Terang.”
“Bagaimana mungkin, Anda sekalian, kehilangan penyadaran akan batin terang yang sempurna dalam keluhuran dan merupakan keluhuran mula, yang merupakan sifat luhur mestika nan terang, sehingga kesadaran Anda akan hal tersebut menjadi terbingungkan?”
“Dari kegelapan, timbul kekosongan mental, dari kegelapan kosong ini tercipta rupa, berbagai rupa dan delusi, dan bentuk dari pikiran tersebut menjadi tubuh janin, berbagai kondisi terhimpun, guncangan internal, mengarah kepada ikatan eksternal, muncul kebingungan, menganggapnya sebagai sifat alami dari batin. Begitu menganggap ketidaktahuan ini sebagai batin, menjadi kepastian delusi bahwa batin ada di dalam tubuh jasmani. Tidak menyadari, bahwa dalam Batin Sejati Terang nan Luhur terkandung tubuh jasmani, beserta segala hal eksternal, seperti gunung, sungai, langit, dan seluruh dunia.”
“Engkau seperti seseorang yang gagal untuk melihat samudra maha luas selebar seratus ribu mil dan hanya menyadari adanya satu gelembung yang mengambang, menganggap gelembung tersebut sebagai gelombang pasang besar yang mengalir menuju bagian terjauh dari laut. Demikianlah dalam kebingungan yang berlipat-lipat, Anda sekalian segenap insan, sama bingungnya terhadap tangan yang Aku ulurkan.”
Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:
Dharmaraja Lian Sheng mengatakan, “Saat itu, setelah Ananda mendengar apa yang dikatakan oleh Buddha, sifat penglihatan (Batin Sejati Terang nan Luhur) tidak lahir pun tidak mati, timbul pertanyaan dalam hati, sehingga Beliau kembali berdiri, bernamaskara, dan berlutut, beranjali dan berkata kepada Buddha: ‘Wahai Buddha Sakyamuni, jika sifat penglihatan tidak menjelma dan tidak binasa, mengapa Buddha mengatakan bahwa kita insan ini telah menghilangkan sifat sejati, sehingga berperilaku keliru? Mohon Buddha berwelas asih, untuk kembali mengulas dengan jelas, supaya keraguan dan kotoran dalam hati kami ini dapat dibasuh sampai bersih.’”
Tangan mudra adalah tangan yang membentuk mudra, menjulur ke bawah memperlihatkan punggung telapak tangan kepada Ananda, “Lihatlah tangan ini, tegak lurus, atau terbalik?” Ananda menjawab, “Insan dunia menganggapnya terbalik, tetapi saya tidak tahu apa itu tegak lurus dan apa itu terbalik.” Buddha kembali memberitahu Ananda: “Jika insan dunia menganggap ini terbalik, jadi apa yang dianggap sebagai lurus oleh insan dunia?”
Ananda menjawab: “Jika Tathagata mengangkat tangan (tangan Buddha sangat lembut seperti kapas), menunjuk ke arah atas, itulah yang dianggap sebagai tegak lurus.” Maka, Buddha memberitahu Ananda, gunakan tegak atau terbaliknya telapak tangan ini sebagai perumpamaan, tubuh Buddha adalah Dharmakaya Tathagata nan suci, Samyaksambodhi, tidak terbalik, juga tiada diskriminasi tegak atau terbalik, sebab Buddha adalah Samyaksambodhi, pencerahan. Sedangkan insan, dikarenakan ada diskriminasi, diperdaya oleh rupa, sehingga membedakan antara lurus dan terbalik, sehingga insan melakukan segala sesuatu bertentangan dengan kebenaran.”
Dharmaraja kembali mencontohkan: “Arya Vimalakirti bisa pergi ke tempat perjudian dan rumah bordil, juga bisa bekerja mencari nafkah, sebab Arya Vimalakirti tidak diperdaya oleh harta dan seks. Namun, Bodhisatwa tahap pembangkitan tekad awal, tidak memiliki daya samadhi yang cukup, juga tidak benar-benar tercerahkan, sehingga tidak boleh menirunya, jika menirunya, maka mereka akan jatuh. Ada sebuah buku berjudul: ‘Catatan Menunjuk Rembulan’, meminta Anda untuk menatap rembulan, insan yang tidak sadar akan melihat jari tangan. ‘Catatan Menunjuk Rembulan’ mengajarkan supaya Anda melihat Batin Sejati Terang nan Luhur, bukan melihat pada jari tangan.”
“Oleh karena itu, insan di dunia terbalik, tetapi tubuh sejati Tathagata tidak terbalik, sebab Tathagata adalah Samyaksambodhi, yang memiliki pengetahuan lurus akan semua, Beliau memahami semua, inilah pencerahan. Dalam Sutra Vimalakirti disebutkan, harta, rupa, nama, berahi, amarah, dan kebodohan, semua adalah Buddhadharma, sebab Anda tidak diperdaya olehnya.”
Buddha Sakyamuni menggunakan lurus atau terbaliknya tangan sebagai perumpamaan, sesungguhnya Batin Sejati Terang nan Luhur tidak bergerak. Insan terbalik atau bingung, sehingga merupakan tamu. Yang tidak bergerak adalah tuan rumah. Anda tidak bergerak, batin tidak bergerak, maka tak gentar pergi ke mana pun. Tapi jika batin Anda goyah, berarti teperdaya.
Dharmaraja Lian Sheng menjelaskan, “Saat itu, Ananda dan para hadirin, terus menatap Buddha Sakyamuni, mereka tidak mengetahui di mana letak tubuh dan batin yang terbalik. Dengan welas asih Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda dan para hadirin, sehingga Ia mengumandangkan suara debur ombak, memberitahu semua orang: ‘Penglihatan, pendengaran, dan pemahaman Anda, terhadap segala sesuatu di semesta ini, semua muncul dari batin, sesungguhnya tampil dari Batin Sejati Terang nan Luhur.”
Kalian telah melupakan Batin Sejati Terang nan Luhur, menyangka diri sendiri telah tercerahkan, padahal belum, Anda masih dalam ketidaktahuan. Tubuh Anda merupakan perpaduan elemen tanah, air, api, angin, dan berbagai rupa, berbagai karut-marut pikiran, dan delusi. Anda sama sekali berada dalam kondisi goyah, dan tidak pernah berhenti, tidak pernah tenang. Menyangka tipu daya ilusi sebagai batin semula. Menyangka tubuh jasmani adalah nyata. Bahkan tidak tahu bahwa segala sesuatu di luar diri ini, seperti gunung, sungai, dataran, angkasa, semua adalah hal-hal dari Batin Sejati Terang nan Luhur.
Ibarat membuang samudra, hanya mengambil sedikit buih, dan menyangka bahwa buih tersebut adalah keseluruhan samudra. Kalian sedang bingung, sama seperti tadi saat melihat tangan Buddha, menjulurkan tangan ke bawah, dianggap terbalik.
Usai Dharmadesana, semua bertepuk tangan meluapkan rasa syukur karena kesempatan untuk menyimak Dharma yang sangat langka dibabarkan. Dharmaraja Lian Sheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Avatara Mahadewi Yaochi kepada segenap siswa yang hadir di lokasi, dan upacara pun usai dengan sempurna.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#AvataraMahadewiYaochi
Istadewata Homa Minggu depan #MahottaraHeruka